2

3.4K 309 46
                                    

Sebenarnya jika bisa, Omega manis itu ingin sekali melanjutkan mimpi indahnya. Melihat kembali dua sosok---atau lebih tepatnya, satu sosok---yang benar-benar ia rindukan dalam dalam hidupnya.

Jingyi tidak keberatan jika itu artinya dia harus tidur selamanya. Selama mimpi itu membuatnya bahagia, dia tidak keberatan. Bahkan, jika bertukar kehidupan dengan sosok yang mirip dirinya, dia akan melakukannya.

Seharusnya begitu, jika saja suara itu tidak menariknya paksa dari alam bawah sadarnya. Permata almond itu mungkin tidak akan pernah terbuka, jika pemilik suara tidak menariknya paksa dari mimpinya. Kesal, tapi sekaligus menyadarkannya bahwa, masih ada orang yang perduli pada omega ini.

"JINGYI !! KUMOHON BANGUNLAH !!,"

Suara itu, suara milik kedua sepupunya ya ? Entah, kenapa Jingyi  ingin tertawa. Seharusnya ia tahu, selama kedua sepupunya itu masih ada, dia takkan pernah bisa bebas dari takdir yang mengekangnya. Tapi, Jingyi tak keberatan selama kedua bintang itu memandunya dalam perjalanannya.

"uhuk !,"

"Di-Dia bangun !," pemilik permata ungu jernih mengungkapkan kelegahannya. Sementara, disampingnya sang pemilik manik emas, turut menghela nafas legah. "A Niang ! A Niang ! Jingyi sudah bangun !,"

Seorang wanita cantik berwajah ramah, masuk dengan terburu-buru. Wajahnya terlihat legah sekaligus khawatir. Dengan cekatan segera memeriksa keadaan dari keponakannya yang mulai terjaga itu.

Jin Yanli, "syukurlah. Demamnya sudah reda," Yanli tersenyum lembut, dan mengelus pucuk kepala milik Jingyi. "Bagaimana keadaanmu, Jingyi ? Lebih baik ? Kau tidur selama setengah hari, dan hampir membuat Sizhui dan A Ling memaksaku membawaku ke dokter,"

"Ah, tidak seperti itu Bibi Yanli !,"

"Aku tidak bersikap seperti itu !,"

Jingyi menatap kedua sepupunya itu, terkekeh sebelum, mengangguk lemah, dan berusaha menegakkan tubuhnya. "Masih, sedikit pusing. Tapi, aku baik-baik saja, bibi," ujarnya dengan nada ceria.

"Ck, jangan berkata terlalu keras. Kau baru saja bangun dari tidur panjangmu. Dasar putri tidur !," Jin Ling memperingatkan, seraya menyodorkan segelas air dan tonic milik Jingyi.

"Tonic ?,"

Alis Jin Ling berkedut mendengarnya. "Kau pingsan, saat sedang bekerja di minimarket, Jingyi. Tubuhmu demam tinggi dan kau tak sadarkan diri, karena heatmu yang datang tiba-tiba," Yanli menjelaskan, begitu menangkap raut kebingungan diwajah keponakan manisnya itu.

"Ah, ternyata begitu. Maaf, membuat bibi kerepotan,"

"Ck, kalau kau merasa menyesal. Cepat minum tonic-mu ini !!,"

"Iya-iya ! Cerewet !,"

Jingyi menghela nafas, dan menerima tonic dari Jin Ling dengan setengah hati. "Aku hanya tidur selama setengah hari saja, dan kalian berdua sangat khawatir," dirinya terkekeh, dan mendapati kedua sepupunya itu memalingkan wajahnya yang malu---lebih tepatnya merona.

"Kau juga ! Lain kali, jangan lupa meminum tonic-mu Jingyi," Sizhui mencubit hidung mancung milik Jingyi. "Tapi, sangat pahit ! Kenapa tidak kalian saja yang minum ?,"

Keduanya perpandangan sejenak sebelum menjawab dengan sangat santai, membuat Jingyi ingin sekali menangis mendengarnya.

"Kami Alpha, seharusnya kau ingat hal itu,"

Bolehkah, Jingyi iri pada status kedua sepupunya itu sekarang ?

🦋

Matahari sudah tenggelam, namun awan merah di ufuk barat masih terlihat dengan jelas. Jalanan kota Gusu yang macet pun, tak dapat Jingyi hiraukan lagi.

It's Already Late ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang