Chapter 2

2K 232 3
                                    

Seokjin memandang wajahnya sendiri di depan cermin westafel dengan pandangan ngeri. Ini kali pertamanya wajah mempesonanya ini dihiasi kantung mata akibat kesulitan tidur tadi malam.

Sial! Umpatnya dalam hati.

Ia terancam kehilangan gelar worldwide handsome diantara teman kantornya jika memperlihatkan tampilan mengerikan ini kepada mereka.

Seokjin mendesah, semalam memikirkan penyebabnya mengalami Heat dan Seokjin justru mengalami jalan buntu. Ia benar-benar tak mengerti mengapa diusianya yang sekarang ia justru merasakan siklus bergairah mengerikan itu bahkan secara mendadak.

"Aku rasanya ingin mati saja." Gumamnya dengan lelah.

Beberapa saat berlalu ia mematung dengan kedua tangan yang menopang pada meja wastafel, lalu tersentak ketika mendengar bel apartemennya dibunyikan secara bar-bar.

Seokjin menegakkan tubuhnya kembali, lalu menghela napas sejenak sambil mengacak-acak rambut hitam mullet-nya yang memang belum ia sisir.

Itu pasti Jimin! Seokjin membatin. Tidak lain dan tidak bukan. Tetangganya jelas tidak akan se-bar-bar itu dalam bertamu.

Dan jika tebakan Seokjin benar, Ia berjanji akan melayangkan satu kali jitakan pada pria mungil itu karena membuat paginya yang suram, semakin suram.

Seokjin melangkahkan kakinya dengan malas, lalu membuka pintu apartemennya dengan sekali tarik hingga memperlihatkan sosok Jimin yang tersenyum semringah menatapnya.

"Pagi, Jinnie, aku datang untuk— AU! SAKIT!" Jimin seketika memekik kesakitan ketika kepalanya dihadiahi sebuah jitakan yang cukup keras oleh Seokjin. Dengan penuh protes Jimin mendongak demi menatap Seokjin.

"Hei! Aku menjengukmu dan kau malah menjitakku?! Tega! Kau tega sekali!"

Seokjin mendengus, mengangkat sebelah tangannya dan mengacungkan carinya menjadi tanda satu,

"Pertama, kau menekan-nekal bel apartemenku dengan bar-bar," Seokjin berucap, lalu menambahkan jari tengahnya di sebelah jari telunjuk hingga membentuk tanda angka dua, "Kedua, kau memanggilku dengan sebutan Jinnie meski aku tidak suka. Jadi, butuh alasan apalagi kau untuk menolak jitakan sayang dariku, Park Jimin?"

Jimin menerjapkan matanya sejenak, lalu terkekeh canggung sambil mengusap belakang lehernya, "Itu salahku, maaf!" Ujarnya, tapi nampak tak menyesal sekali.

Seokjin memanyunkan sedikit bibir tebalnya, lalu mempersilahkan Jimin untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu.

"Aku akan bersiap-siap sebentar, setelah itu kita pergi ke kantor." Gumam Seokjin.

"Kau yakin sudah merasa baik? Aku tidak masalah menggantikan pekerjaanmu sementara."

"Aku baik," Sahut Seokjin dengan cepat, "Dan lagi kau harusnya mengutamakan kondisimu sendiri, ini bulan dimana siklus Heat-mu terjadi."

Jimin mendudukkan dirinya sejenak, "Ah, benar juga, akan jadi masalah kalau aku mengalami Heat mendadak di depan Alpha sepertimu..." Jimin berucap lalu tertawa.

Ia sibuk dengan dirinya sendiri hingga tak memperhatikan ekspresi Seokjin yang berubah menjadi tegang ketika mendengar candaannya.

Jimin menghentikan tawanya. Ia melirik Seokjin dengan bingung saat pria itu tak menggubris godaannya seperti biasa, lalu mengernyitkan dahinya ketika mendapati Seokjin mematung dihadapannya,

"Seokjin?" Panggil Jimin dengan bingung.

Seokjin tersentak, ia menatap Jimin sekilas lalu berdehem dengan pelan.

FATE - KookJin OmegaverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang