'Prolog'

98 1 0
                                    

Kini hujan kembali membasahi Kota Kembang Bandung. Tak henti-hentinya butiran-butiran bening yang jatuh dari angkasa membasahi jalan kota ini. Semilir angin menyeruak menusuk-nusuk kulit seorang gadis cantik yang kini berada di halte bis. Ia kini sedang menunggu kedatangan bis untuk dapat mengantarkannya menuju rumah miliknya.

Dingin, itu mungkin yang ia rasakan saat ini. Saat ini tubuhnya hanya terbalut blazer hitam dngan perpaduan abu-abu di bagian samping, rok hitam 5cm di atas lutut dan sepasang high heels yang bertengger indah di kedua kaki mulusnya itu.

Payung, hanya payung tersebut yang kini menemani kesendiriannya. Payung inilah yang setia menemaninya kemanapun ia pergi. Sedih senang, ia lalui bersama payung ini. Payung itu adalah payung kesangan miliknya yang tak akan pernah bisa lepas dari dirinya.

Sudah beberapa perusahaan yang ia datangi, namun tak ada yang mau menerimanya untuk bekerja di sana.

Olivia Pramudina atau yang kerap dipanggil Olivia, ialah gadis cantik yang sedang duduk di halte tersebut sembari menunggu bis datang menghampirinya. Dengan paras cantiknya, kulit bersih, mata indah miliknya dengan rambut yang di kuncir kuda, membuat pelampilannya kian mempesona. Laki-laki mana yang tak ingin memiliki kekasih secantik dirinya. Namun ia tak pernah menanggapi semua gurauan laki-laki yang selalu ingin menggodanya.

Ia terus menggosok-gosokkan perlahan kedua telapak tangannya mencoba menghangatkan tubuhnya.

*Citttt*

Bunyi rem mobil kini menyeruak di telinganya, membuatnya melirik dan mencari-cari asal suara tersebut.

Kini mobil Jazz hitam berada tepat di hadapannya. Mobil ini berhenti di halte yang saat ini sedang di tempati oleh Olivia. Terlihat seorang pemuda bertubuh jangkung turun dari mobil mewah tersebut. Pemuda tersebut berlari kearah halte tempat Olivia berteduh sembari menanti kedatangan bis saat ini. Hujan kian kemari kian deras. Menyebabkan kabut tebal menyelimuti jalanan kota Bandung ini.

"Maaf, apakah aku boleh ikut berteduh di sini bersamamu?" Ucapnya lembut.

Kini laki-laki tersebut telah berada tepat dihadapan Olivia. Ia mengenakan jas hitam dengan kemeja putih di dalamnya, celana panjang hitam dan sepatu pantofel dengan gaya rambut yang elangan dan sedikit basah karena terkena air hujan, membuatnya tampak begitu menawan.

"Tampan" lirihnya dalam hati.

"Hey, apakah boleh aku ikut berteduh denganmu disini?" Suara itu berhasil membuat Olivia tersadar dari lamunan singkatnya.

"Hmm, sorry. Oh, berteduh? Yah, silahkan. Ini tempat umum. Semua orang bebas berteduh ditempat ini" ucap Olivia dengan penuh senyuman.

Pria itu hanya menanggapinya dengan seulas senyuman yang terukir indah dari bibir sensual miliknya tersebut. Kini perlahan ia berjalan mendekati Olivia dan duduk di tepat di sebelahnya dan membuat jantungnya kini bersebar 2 kali lebih cepat dari sebelumnya.

"Ada apa ini tuhan? Mengapa jantung ini berdebar begitu hebat?" Gumam Olivia dalam hati.

'Umbrella'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang