Kini keheningan melanda mereka berdua. Tak ada satupun diantara mereka yang bebicara hingga,
"Kalau boleh tau siapa namamu?" pria tersebut berhasil memecah keheningan yang ada di antara mereka.
"Aku Olivia Pramudina. Kau sendiri?" Ia balik bertanya pada pria yang kini berapa di sampingnya.
"Ray Pratama. Kau bisa memanggilku Ray. Senang berkenalan denganmu" ucapnya sambil mengukurkan tangan kanan miliknya untuk dapat menjabat tangan mulus Olivia. Olivia kini ikut menjukurkan tangan sebelah kanannya dan menjabat tangan halus Ray.
"Kalau aku boleh tau, apa isi map yang sedang kau pengku itu?" Tanyanya saat ia melihat Olivia memainkan map yang berisikan berkas-berkas pribadi miliknya untuk melamar kerja.
"Oh ini. Ini berkas-berkas saya untuk melamar keja. Namun tak ada satupun perusahaan yang menerima saya karna alasan sudah tidak menerima lowong kerja lagi" ucapanya lesu seraya menundukkan wajahnya untuk menyembungikan raut wajah kekecewaan yang ia alami saat ini.
"Sebelumnya kau kuliah dimana?"
"Saya kuliah di UI jurusan management"
"Tepat sekali. Saat ini aku sedang membutuhkan sekretaris baru karena sekertaris yang lama sudah aku pecat karna keteledorannya. Aku adalah pewaris tunggal perusahaan Pratama Group. Apakah kau bisa menjadi seorang sekertaris? Jika kau bisa dan bersedia, kau bisa datang ke alamat ini. Saat itu juga kau akan aku terima menjadi sekertaris pribadiku" ucapnya penuh ketegasan sembaru menyodorkan kartu nama miliknya pada Olivia.
Olivia menatap penuh arti kartu nama tersebut kemudian berpaling menatap wajah tampan pria yang adadi hadapannya tersebut.
"Anda serius?"
"Bahasamu terlalu baku Olivia. Anggap saja aku ini adalah temanmu saat di luar kantor" tegasnya penuh senyuman.
"Hmm, baiklah. Terimakasih atas bantuanmu yang sangat berharga ini. Ya, aku mau bekerja sebagai sekertarismu" ucapnya penuh kegembiraan.
"Besok pagi, pukul 08.00 kau harus sudah ada di kantor. Kau tidak perlu di test lagi, karna aku yakin, kau sudah pandai dalam melakukan pekerjaan ini"
Olivia mengangguk mendengar perkataan Ray. Akhirnya Tuhan mengabulkan doanya. Ia bisa di terima bekerja di perusahaan Pratama Group. Perusahaan terbesar di Kota Bandung.
*SKIP*
"Hari sudah mulai larut. Hujan juga sudah mulai reda dan kabut juga sudah mulai memudar. Aku akan mengantarkanmu pulang. Tidak akan ada bis yang datang hingga selarut ini. Biarkan aku yang mengantarkanmu pulang"
"Tidak terimakasih. Aku tak mau merepotkanmu. Aku bisa pulang menggunakan payung ini" ucap Olivia.
"Tidak, aku tak akan membiarkan seorang wanita sepertimu pulang sendiri berjalan kaki dan hanya di lindungi oleh payung hitam kecil seperti itu. Itu akan membuat tubuhmu basah dan bisa membuatmu sakit nantinya. Tidak ada penolakan lagi. Mari ikut denganku" ucap Ray mengulurkan tangannya hendak menarik tangan Olive untuk mengajaknya pergi menuju mobilnya tersebut.
"Ray tunggu"
"Ya? Ada apa?"
"Kita pakai payung ini untuk menuju mobilmu. Kalau tidak, badan kita akan basah" ajaknya dengan senyuman getir
"Baiklah" ucap Ray sembari tersenyum.
Olivia membuka payung hitam kecil miliknya. Walaupun kecil, payung ini bisa melindunginya bersama Ray dari tetesan air hujan.
Kini Ray mendekatkan tubuhnya ke tubuh Olivia. Menarik pinggang langsing Oliviw dan memeluknya erat-erat. Ia tergencang karna sikap Ray. Laki-laki yang baru beberapa jam ia temui.
"Begini lebih baik. Karna payung ini sangat kecil. Jika aku tak memelukmu seperti ini, itu akan membuat tubuhmu basah di bagian sisi kirinya. Jadi kau jangan banyak berkomentar, Olivia" ucapnya tersenyum menatap mata bening milik Olivia.
Olivia tersenyum mengikuti langkah Ray menuju mobil miliknya. Pelukan di pinggang Olivia makin mengerat. Udara dingin makin menusuk kulit mereka. Dan butiran-butiran air hujan semakin derasnya jatuh membahasi payung hitam kecil milik Olivia. Namun, rasa dingin itu hilang dalam sekejap karena laki-laki disampingnya--Ray-- tengah memeluknya dengan penuh kehangatan saat ini. Payung hitam itu kini setia menemani langkah mereka --Olivia&Ray-- menuju arah mobil jazz hitam di hadapan mereka.
Bersambung~