Chapter 2

20 0 0
                                    

"Begini lebih baik. Karna payung ini sangat kecil. Jika aku tak memelukmu seperti ini, itu akan membuat tubuhmu basah di bagian sisi kirinya. Jadi kau jangan banyak berkomentar, Olivia" ucapnya tersenyum menatap mata bening milik Olivia.

Olivia tersenyum mengikuti langkah Ray menuju mobil miliknya. Pelukan di pinggang Olivia makin mengerat. Udara dingin makin menusuk kulit mereka. Dan butiran-butiran air hujan semakin derasnya jatuh membahasi payung hitam kecil milik Olivia. Namun, rasa dingin itu hilang dalam sekejap karena laki-laki disampingnya--Ray-- tengah memeluknya dengan penuh kehangatan saat ini. Payung hitam itu kini setia menemani langkah mereka --Olivia&Ray-- menuju arah mobil jazz hitam di hadapan mereka.

*SKIP*

"Terimakasih karna sudah mengantarkanku pulang. Aku tak tau bagamana caranya aku membalas semua yang telah kau berikan" ucap Olivia.

"Kau tidak perlu membalasnya. Aku tidak akan meminta apa2 darimu. Yang ku ingin, kau mau giat bekerja di perusahaanku dan membantuku untuk lebih memajukan perusahaanku saat ini. Apa kau mau?" Tanya Ray menaikkan alis sebelah kanannya.

"Ya, pasti aku akan membantumu. Mana mungkin aku tidak mau membantumu. Sekali lagi terima kasih" ucapnya malu-malu. Tanpa sadar, pipinya mulusnya ikut memerah.

Ray hanya terkekeh melihat pipi Olivia yang memerah. Ketika ia--Olivia-- hendak turun dari mobil milik Ray, ia merasakan tangannya tercekat oleh tangan Ray. Dengan cepat ia menoleh kearah pria yang ada disampingnya itu.

"Ada apa?" Tanyanya

"Ingat, habis ini kau harus segera mandi, minum teh hangat untuk menghangatkan tubuhmu. Jangan lupa, payung milikmu" ucapnya melirik payung milik Olivia yang berada di sebelahnya.

"Baik. Terimakasih sudah mengingatkanku" ucapnya seraya turun dari mobil Jazz hitam milik Iqbaal.

Kini Ray hanya tersenyum menatap punggung Olivia yang kini telah kini telah menghilang di balik pintu pagar rumah miliknya.

"Wanita yang cantik, baik, sopan dan tegar. Apakah ini rasanya cinta pada pandangan pertama, Tuhan? Jika ia, dekatkanlah aku dengannya" ucapnya sambil menengadahkan kepalanya menatap langit-langit mobil miliknya dan senyuman simpul itu kembali terukir di bibirnya bila ia mengingat kejadian beberapa jam yang lalu yang telah ia lewati bersama gadis yang baru beberapa jam ia jumpai di halte bis.

-SKIP-

Malam telah berganti pagi. Cahaya matahari kini masuk, dari arah jendela kamar minimalis bercorak pink bercampur ungu dengan tatanan klasiknya yang membuat kamar tersebut nampak begitu indah. Terlihat seorang gadis masih tertidur dengan lelapnya dan enggan membuka kedua buah kelopak matanya. Namun, suara kicauan burung yang merdu mampu membangunkan gadis yang sedang telelap itu.

"Eghhhh"

Kini gadis tersebut mulai mengerjapkan perlahan matanya dan sedikit menggerakkan tangan, kaki, kepala dan anggota tubuh lainnya untuk merenggangkan otot-otot tubuhnya tersebut.

"Morning World" ucapnya dengan penuh semangat di pagi hari yang cerah ini. Kini ia tengah bersiap diri untuk menakukan aktifitasnya di pagi ini.

Hari ini adalah hari pertama ia bekerja di perusahaan ternama di daerah Bandung. Siapa lagi kalau bukan Olivia. Kini ia tengah berada di hadapan cermin rias yang berada di sebelah kiri tempat tidurnya. Ia sedikit mengoleskan bedak di wajah cantiknya. Eyeliner di bagian ke dua kelopak matanya dan sedikit sentuhan lipgloss pada bibir mungilnya yang sungguh menggoda. Tubuhnya kini di balut dengan blazer hitam dengan baju kaos ketat putih di dalamnya, dengan perpaduan rok selaras dengan blazer yang sedang di kenakan saat ini. Kira-kira 5cm di atas lutut, dan high heels yang tingginya 5cm. Ini membuatnya semakin tampak menawan.

"Perfect" gumamnya pelan seraya tersenyum menatap ke arah cermin.

Kini ia telah siap untuk berangkat kerja di hari pertamanya. Ia segera mengambil tas yang ada di atas tempat tidurnya seraya  pergi meninggalkan kamar kesayangannya.

"Lancarkanlah semuanya di hari pertama ini, Tuhan" lirihnya pelan.

Tak lupa, ia selalu membawa payung hitam kecil kesayangannya. Ia selalu membawa payung itu untuk sekedar melindunginya dari terik matahari dan rintik-rintik hujan yang bisa turun kapan saja. Karna saat ini merupakan musim hujan dan kota Bandung ini akan sering di guyur derasnya air hujan.

'Umbrella'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang