bonus lagi?

10.7K 1.3K 150
                                    


renjun POV

"halo bintang... halo angin... halo bulan... halo mamang martabak... halo... halo halo bandung... ibu kota periangaaaaaaaan..."

racauan dari mulut gadis yang duduk di belakang gue makin random bikin gue terkekeh makin geli.

via kalo makin malem makin ngaco. makanya gitu...

motor beat merah gue melaju membelah jalanan kota jakarta malam ini. walaupun kecepatannya hampir sama kayak orang jalan, via gak protes karena via mulai terbiasa naik motor sama gue dalam kecepatan pelan.

kedua tangan kurusnya memeluk gue dari belakang dengan kepalanya yang menyender nyaman di sana, di pundak sebelah kiri gue.

via bakal meracau apapun kalo di jalan. mulai bahas sekolahnya, bahas orang gila depan kompleksnya yang bawa mobil-mobilan dan bahas kenapa tukang sayur di perumahannya hobi banget teriak-teriak.

via juga bakal random nulis sesuatu di punggung gue pake jarinya, lalu nyuruh gue nebak kata yang dia tulis. terus kalo gue salah guenya dicubit.

pelan sih, tapi tetep aja sakit.

walaupun via yang sering nyetir setelah insiden gue nabrak portal perumahan, kebiasaan itu gak bakal kelupain sama sekali.

kalo via yang nyetir ya gue yang nulis kata di punggung via, lalu nyuruh via nebak kata tersebut.

"jun jun! tebak ya!" jari-jarinya bergerak membentuk hurup tak kasat mata di punggung gue yang dibalut jaket. "apa coba?"

"i..." tebak gue karena via hanya menuliskan satu huruf.

"terus?" tanyanya seudah nulis kata kedua.

"love?..."

"apa lagi?"

gue bergumam agak lama walau sudah tau kata apa yang via tulis barusan, "hm... apa ya?" tanya gue buat via nulis kata tersebut lagi.

"apa hayo? masa gak bisa tebak?"

gue tersenyum kecil, menoleh ke belakang sambil menarik lengan via agar memeluk gue erat, "i love you 'kan?" tanya gue.

via mengangguk riang. "i love you too!" pekiknya senang. "renjun pinter deh..." ucapnya sambil dusel  punggung gue, "wangi juga hehe..."

gue ketawa doang sambil menepuk-nepuk lembut punggung tangan via. "ngantuk, ya?"

kepalanya mengangguk dua kali di belakang punggung gue.

"jangan tidur ah. nanti kalo kita nyium aspal bareng gimana?" tanya gue sambil meliriknya di kaca spion.

kepala via terangkat sekaligus, "gak mau!" pekik via. kini dagunya ada di pundak gue dengan pupil matanya yang terarah ke gue. "hihi..."

"kenapa?" tanya gue karena via malah tiba-tiba nyengir seudah nolak gak mau jatoh bareng gue.

kedua pipi via terangkat karena tersenyum lebar, "mau liatin kamu aja. abisnya kangen sih hihi..."

gue melirik via sekilas, "apaan sih?" tanya gue salah tingkah.

bukannya udahan natap guenya, via malah miringin kepala sambil terus menatap gue dalam, "mata kamu... item pekat... idung kamu... mancung..."

[1] Voice | renjun (au)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang