Terjadi Lagi

53 6 1
                                    

Gadis kecil berusia Tiga tahun itu berjalan mengelilingi ruang keluarga menuju dapur, hari pun sudah menjelang malam. Biasanya pengasuhnya ada didapur menyiapkan makan malam sang bunda, tetapi sosok yang dicarinya itu belum memunculkan diri.

Gadis kecil itu berdiri diam diantara pantry dan tangga. Ia menoleh kekanan kekiri seolah berbicara 'kenapa tidak ada orang?'.

Gadis kecil itu kemudian duduk diatas lantai hanya dengan menggunakan sempak bergambar doraemon.

"Huwaaaaaaa mbaaaa!" Tiba-tiba gadis kecil itu menangis. Karena tidak ada satu orang pun yang menghampirinya.

Gadis kecil itu berjalan menuju ruang keluarga karena mendengar suara mobil. Masih dengan air mata yang menetes dipipinya gadis itu berlari kecil menuju pintu utama rumah minimalis tersebut.

Gadis kecil itu menjinjitkan kakinya berusaha membuka pintu dan menyambut orang yang datang. Tetapi, tubuhnya yang lebih pendek dibawah gagang pintu itu tidak bisa juga menggapainya.

Buk!

"Huwaaaaaaaaaa cakit undaaaaaa!" Gadis kecil itu terjatuh kebelakang. Kepalanya menghantam lantai keras diruangan itu akibat dorongan pintu dari seseorang yang ada dibalik pintu. Gadis itu menangis menahan pusing dan sakit dikepalanya.

Wanita dewasa memakai daster pun menghampiri gadis kecil itu. Dan menggendongnya sembari mengusap-ngusap kepalanya.

"Cup, dek. Adek kuat kok!" Wanita dewasa itu masih terus mengusap kepala bagian belakang gadis kecil tersebut. Terdapat benjol kecil dikepalanya

Tangis gadis kecil itu sudah mereda hanya tersisa sengsenggukan sehabis nangis. Melihat bundanya berdiri didepannya, gadis kecil itu merentangkan tangan seolah minta ditolong bundanya.

"Buna cakit," Tetapi, bukannya mendapat sambutan gadis kecil itu malah mendapat bentakan.

"Kamu itu anak haram! Jangan berdiri dibelakang pintu! Kalau kamu kenapa-napa nanti saya yang disalahin Oma kamu! Mba kalau jagain anak itu yang bener!" Wanita dewasa yang menggendong bayi kecil itu hanya menunduk dan bergumam 'Maaf, non'.

Wanita muda itupun berlalu begitu saja dari hadapan sikecil dan pengasuhnya.

Melihat kepergin sang bunda, gadis kecil itupun menangis mencodongkan badannya kearah perginya sang bunda. "Mau Buna huwaaa!"

"Cup, ah dek! Kita pakai baju dulu ya, sayang," Pengasuhnya pun membawanya ke kamar.

----------------------------------

Masih dengan suasana sesenggukan, gadis kecil itu dipakaikan baju oleh pengasuhnya.
Gadis kecil yang memegang bedak bayi itu melihat ke arah pengasuhnya sembari mencebikkan bibir. Seolah berkata 'Kenapa bunda marah-marah terus?'.

Pengasuhnya pun mengusap kepalanya sembari berkata, "Maaf ya, sayang. Gara-gara mbak ninggal yaya kedapur, yaya jadi dimarahin bunda lagi."

Gadis kecil itu malah tersenyum dan berkata, "Buna nda malah-malah. Buna cuma cape ajah hihihi" (Bunda ngga marah-marah. Bunda cuma cape aja).

Wanita dewasa itu memeluk gadis berusia tiga tahun tersebut, "Ghania anak baik. Anak pintar, cucu kesayangan oma Sara dan anak cantiknya bunda Nayzhilla, iyakan sayang? Jangan suka nangis ya, dek. Harus jadi gadis yang kuat"

Gadis kecil itu tertawa, "Yaya nda cukak nangis, buna pathi cayang aku!" (Yaya ngga suka nangis. Bunda pasti sayang aku!). Wanita dewasa yang merangkap sebagai pengasuhnya itupun menggangguk sembari tersenyum.

"Yaya bobo yuk! Ini susunya abisin, sayang!" Wanita dewasa itu memberikan susu dibotol training cup ungu itu kepada gadis kecil yang tengah memposisikan dirinya tertidur, yang langsung disambut gadis kecil itu.

"Mbak cini ja. Tak oweh mana-mana!" Wanita dewasa itu menggangguk mendengar perintah majikan kecilnya.

"Ibu mana yang tega mengabaikan anak sepintar dan selucu kamu, sayang? Walaupun mbak bukan mama kandung kamu, mbak janji akan selalu lindungin kamu dan menyayangi kamu seperti anak mbak sendiri, nak!"

Wanita dewasa itu mengelus kepala majikan kecilnya sampai majikan kecilnya tertidur. Setelah tertidur pulas, pengasuh gadis kecil itupun mengambil training cup ungu tersebut.

Sebelum pergi wanita dewasa itu membetulkan selimut kecil yang menutupi tubuh majikan kecilnya. Seolah tak ingin tubuh mungil itu merasa kedinginan.

-----------------------

Ini penampakan bunda baru pulang dari campus dan tempat kerjanya hihi🤪

Ini penampakan bunda baru pulang dari campus dan tempat kerjanya hihi🤪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yaya Was A Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang