Prolog

115 9 1
                                    

Hari ini hari yang spesial. Kim Wooseok berpakaian sangat rapi dibanding biasanya. Ia memakai jas hitam, kemeja putih dan dasi hitam. Pakaian yang sangat formal. Ia memandang bayangan dirinya di cermin di kamarnya. Semua tampak sempurna, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Usai mengecek penampilannya didepan cermin, mata Wooseok tertuju ke sebuah kotak perhiasan kecil berwarna hitam yang terbuka. Terlihat sebuah cincin di dalam kotak itu. Diraihnya kotak itu dan dipandanginya sejenak dengan senyum mengembang dibibirnya membayangkan sesuatu yang indah yang akan dilakukannya sebentar lagi. Dimasukkannya kotak itu kedalam saku jasnya.

Sepertinya dia hendak bersiap-siap pergi ke acara penting. Ketika akan berangkat, langkahnya terhenti, pikirannya terusik karena sepertinya ia melupakan sesuatu. Wooseok lalu balik lagi kamar. Benar saja, ia melupakan jurnalnya, sesuatu yang sangat penting perannya hari ini. Ia mengambil jurnalnya yang terletak diatas meja kerjanya. Dia juga melihat sebuah piala yg terletak di samping jurnalnya. Piala itu bertuliskan penghargaan untuk kategori sutradara terbaik dalam festival film pendek internasional. Lalu dimasukkan jurnal dan piala itu kedalam tas kerjanya.

Wooseok segera bergegas pergi menuju basement dengan wajah berseri. Ia diam sejenak ketika sudah berada di samping mobilnya di basement. Lalu ia mengurungkan niatnya untuk pergi mengendarai mobil hari ini. Ia berpikir naik transportasi umum mungkin lebih menyenangkan sambil mengingat sedikit demi sedikit kenangan indah yang dia telah alami beberapa tahun terakhir. Dalam perjalanannya, ia mampir sebentar ke toko bunga dan mengambil buket bunga mawar putih pesanannya.

Wooseok akan mengunjungi tempat yang spesial. Ia pergi naik bus menuju tempat itu. Ia memilih duduk di kursi paling belakang. Bus pun berjalan perlahan. Dia melihat bangku di sampingnya dengan tatapan penuh makna. Senyumnya kembali merekah.  Kemudian ia mengeluarkan sebuah jurnal dari dalam tasnya. Dibukanya jurnal itu halaman demi halaman. Jurnal itu sudah terisi penuh dengan catatannya kecuali di halaman depan. Diambilnya pena dan mulai menulis di halaman yang masih kosong itu.

Teruntuk seseorang tercinta yang sangat penting dalam hidupku.

Betapa aku sangat bersyukur karena Tuhan telah mengijinkanku untuk bertemu dan mengenalmu.
Tak ada ungkapan yang pas untuk menggambarkanmu.
Malaikat.. hmm mungkin itu adalah kata yang paling mendekati.
Benar, kau adalah seorang malaikat bagiku.

Kau bukanlah orang hebat yang mampu merubah dunia.
Dunia akan tetap sama.
Tetapi, kau adalah satu-satunya orang yang berhasil merubah cara pandangku melihat dunia.

Kau adalah orang terbodoh yang pernah kukenal.
Selama ini, kau mencintai seseorang dengan sepenuh hatimu dalam diam.
Tapi jika itu yang membuatmu menjadi bodoh, maka aku juga orang bodoh.
Karena tanpa kusadari aku telah mencintaimu dalam diamku juga.

Namun aku tak akan bersembunyi lagi.
Aku ingin kau tahu bahwa ada orang lain yang mencintaimu dengan sepenuh hatinya.
Orang yang hanya bisa tersenyum saat melihatmu tertawa bahagia.
Dan orang yang hanya bisa menahan sakit saat melihatmu menangis.
Benar, orang bodoh itu akulah orangnya.

Oleh karena itu, hari ini aku akan mengungkapkan perasaanku kepadamu.
Perasaan yang mungkin kamu sendiri tidak pernah menyadarinya.
Lewat jurnal ini aku akan ceritakan kisahku padamu.
Kisah dari awal aku bertemu denganmu untuk yang pertama kalinya lima tahun yang lalu.
Mulai sekarang, perhatikan diriku baik-baik, Noona...

Noona Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang