Tertulis, Selasa 25 Juli 2017. Goresan awal yang selalu Bu Yumna tuliskan di pojok kiri papan tulis dengan spidol hitam. Berjarak sekian centimeter di bawahnya menggunakan huruf kapital beliau tulis judul materi untuk pembelajaran hari ini. LOGIKA MATEMATIKA. What the...! Matematika aja punya logika, masa kamu enggak?!
"Kalian kok serius banget sih ngelihatnya, saya belum penyampaian materi loh." Ucap guru matematika termuda di SMA Panca Warna itu pada peserta didiknya kelas 11 Mipa-1 dengan semua pandangan matanya tampak serius melihat beliau sedang menulis judul materi di papan tulis.
"Habisnya tulisan ibu terlalu bagus." Balas salah satu peserta didiknya yang duduk di bagian pojok kanan depan.
Guru cantik itu tersenyum hingga membuat satu dimple di pipi kirinya samar terlihat. "Baiklah, hari ini seperti yang sudah saya tulis di papan, kita akan belajar materi Logika Matematika. Evan maju ke depan!"
"Bu saya gak ngelakuin kesalahan kok." Kata orang yang namanya disebut oleh Bu Yumna. Wajahnya tampak takut karena tiba-tiba namanya disebut dan disuruh untuk maju ke depan kelas. Maklum, dia memang terkenal paling usil di kelasnya.
"Siapa juga yang mau ngehukum kamu. Udah sini maju."
Dengan ragu, Evan bangkit dari bangkunya dan berjalan menuju depan kelas. Teman-temannya terlihat saling menertawai sikap Evan yang tidak biasanya terlihat takut begini. Padahal Bu Yumna bukan termasuk dalam kategori guru killer di SMA Panca Warna.
"Kenapa kamu? Takut karena saya panggil tadi?" ucap Bu Yumna yang mengetahui sikap Evan yang tidak biasanya.
Evan menggeleng. "Kaget aja bu, soalnya dari tadi saya gak usil tapi tiba-tiba ibu manggil saya dan suruh maju ke depan. Saya kira ibu mau ngasih hukuman tambahan ke saya atas keusilan saya yang lalu-lalu."
"Kamu sering suudzhon ya sama orang.." tebak Bu Yumna walau hanya bercanda, namun dengan gelagapan Evan menyangkalnya.
"Enggak bu, enggak.. Saya lebih takut dosa."
"Ya sudah, sekarang kamu panggil nama perempuan yang ada di kelas ini, dan suruh maju ke depan."
"Bu Yumna.."
"Ha?"
"Saya manggil ibu. Kan ibu bilang tadi perempuan yang ada di kelas ini."
Tawa teman-teman kelas Evan langsung pecah melihat tingkah Evan yang kembali. Tapi dia tidak berniat jahil pada Bu Yumna, dia hanya ingin mencairkan suasana.
"Astaga! Kecuali saya nak.." jawab Bu Yumna dengan penuh penekanan.
Evan balas nyengir tanpa dosa. Lalu dia memindai dengan tatapan matanya ke wajah-wajah teman perempuannya. Sedetik kemudian, seperti senyum licik tersungging pada sudut bibirnya ditambah ada bola lampu pijar yang muncul di atas kepalanya. Jangan mencarinya dimana, bola lampunya tak nampak, tak kasat mata.
Mengeluarkan handphone dari dalam saku celananya, "Sebentar ya bu" ucapnya dengan santai.
Bu Yumna hanya bisa diam sambil memandang setiap pergerakan Evan. Peserta didiknya itu entah menyibukkan apa dengan ponselnya, sesekali mendekatkan speaker ponsel ke telinganya sendiri. Tak lama Evan berjalan ke bangku tepat di depannya yang dihuni Alka.
"Full-kan volumenya, terus play. Gue minta tolong." Bisiknya pada Alka. Lantas Alka mengikuti intruksi Evan.
Lagu Korea berjudul Beautiful yang dinyanyikan oleh Crush langsung membuncah memenuhi ruangan. Bermodal rasa percaya diri yang overdosis, Evan berdiri dengan gaya manly di samping bangku Alka, setelahnya dia berjalan dengan langkah mantap ke bangku urutan terakhir yang selorong dengan bangku Alka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISJUNGSI || Huang Renjun
Teen FictionChandra, seorang siswa non muslim yang menjadi musuh bebuyutan Alia sejak pelajaran Matematika pertama kali dimulai di bangku SMA. Alia, seorang siswi muslim yang menjadi musuh bebuyutan Chandra sejak pertama kali gadis itu menyalahkan hasil kerjan...