Tepat pukul 06.35 WIB, sebuah mobil bermerk Hyundai berwarna hitam elegan berhenti di depan gerbang sekolah SMA Panca Warna. Pintu penumpang bagian depan terbuka dan dari dalam mobil mewah itu keluarlah seorang siswa yang terkenal berlatar belakang dari keluarga menegah keatas, pintar, dan tentu yang tak tertinggal jika sudah disebutkan dua hal positif tersebut seakan menjadi paket sempurna bila ditambah dengan paras wajah yang dimilikinya.
Beberapa pasang mata dari siswi-siswi di SMA Panca Warna yang juga baru tiba di depan gerbang dan ketika mereka hendak masuk ke dalam sekolah seolah langkah kaki mereka melambat, tertahan oleh pemandangan yang setiap pagi akan terjadi seperti itu. Bukan kemewahan mobilnya yang jadi pusat perhatian, karena mereka yang bersekolah di SMA Panca Warna berada dalam kategori kelas ekonomi menengah keatas.
Tatanan rambut yang rapi, tidak pernah dibuatnya dengan gaya yang aneh-aneh. Sepasang AirPods warna putih yang terpasang di sepasang telinganya, tak lupa jaket berwarna biru, lalu ditambah tas dan sepatu bermerek yang digunakannya. Sungguh, dia memang dari kalangan atas.
Menghiraukan tatapan kagum perempuan-perempuan di sekitarnya, dia terus melangkah masuk ke dalam kawasan sekolah. Tak lama setelah itu, sebuah sepeda Vario berhenti di belakang mobil Hyundai. Seorang siswi turun dari jok belakang, melepas helm yang ia kenakan kemudian mencium punggung tangan pria setengah baya yang memboncengnya.
"Sekolah yang bener, gak boleh aneh-aneh." Tutur pria setengah baya itu sambil mengusap puncak kepala putrinya yang tertutup hijab. Di bagian kiri seragamnya terdapat nametag yang bertuliskan Alia Uzma Vida. Alia, begitulah gadis itu dipanggil.
"Alia masuk ya Bah.." ucapnya sembari tersenyum manis. Pria setengah baya itu mengangguk lantas juga bergegas pergi menuju tempat kerjanya.
Mendekati detik-detik bel masuk, banyak murid yang mulai berdatangan, membuat koridor sekolah tidak cukup leluasa untuk dilalui. Karena seperti yang sering ditemui oleh sepasang mata Alia, tipe-tipe orang di depannya ketika berjalan meliputi pertama jalan sambil megang handphone langkahnya menjadi tak teratur dan terkesan pelan, kedua jalan sambil pacaran hal ini sering ditemui pada seorang siswa dan siswi yang berjalan beriringan dan kadang bersenda gurau tidak tahu tempat dan kondisi sekelilingnya sehingga kerap menabrak orang yang lewat di samping kanan atau kirinya, ketiga jalan sambil menikmati musik lewat headhset, earphone, atau AirPods dengan langkah yang super santai misal kalau cewek akan dipadukan dengan gaya bersidekap dada dan kalau cowok akan bergaya dengan memasukkan kedua tangannya ke masing-masing saku celananya. Lagian ini lorong koridor, bukan red carpet atau catwalk untuk landasan fashion.
Tepat sekali seperti yang Alia lihat dari jarak sekian meter dari posisinya berjalan saat ini. Di depannya seorang pria mengenakan jaket berwarna abu gelap berjalan begitu santai sambil menimkati musik lewat AirPods yang dikenakannya. Kedua tangannya dimasukkan ke masing-masing saku celananya. Lalu dari arah belakang bahu kanan Alia sedikit tersenggol yang membuat tubuh kecilnya ikut terdorong ke depan. Seorang siswi berlari dari arah belakangnya, menghampiri pria yang tengah berjalan santai di depan Alia.
"Issh! Masih pagi udah buat orang emosi aja." Gerutunya seorang diri. Lalu dia memilih untuk menepikan dirinya ke sebelah kiri, posisi berjalan dengan dekat dinding kelas dirasanya cukup aman dan tidak akan membuat dia tersenggol orang lewat dengan gaya lari seperti tadi.
"Pulang sekolah nanti kamu bisa kan nemenin aku?"
Dialog pembuka itu terdengar jelas manakala jarak antara langkahnya dan langkah dua orang di depannya cukup dekat. Alia yang semula menunduk sembari memegangi pundak kanannya yang masih sedikit sakit karena ditabrak siswi itu kini perlahan mengangkat wajahnya. Dia melihat pria itu hanya menggeleng menanggapi perkataan perempuan di sampingnya.
"Kok kamu gitu sih Chan?" dasarnya si cewek orangnya memang centil, maka tak heran kalau sekarang dia justru dengan berani bergelayut manja dengan memeluk tangan kiri pria itu.
Alia sontak menghentikan langkahnya, masih cukup berjarak di belakang dua orang tersebut. Alia hanya ingin tahu reaksi apa yang akan dikeluarkan si cowok ketika mendapat perlakuan seperti itu dari seorang perempuan yang memiliki paras yang cantik.
Kedua alis Alia terangkat manakala matanya melihat dengan jelas tangan kanan pria itu meraih tangan kiri siswi tersebut, lalu dia menoleh dan menatap dalam ke wajah siswi itu sedangkan tangannya masih dengan kondisi menggenggam tangan kirinya.
Alia berdecak disambung dengan tawa gelinya melihat pertunjukkan drama yang terjadi di depannya. Sudah ia duga, si cowok akan melakukan hal seperti itu. Semakin dibuat kesal lagi dirinya saat bel sekolah berbunyi dan posisi dua orang di depannya seolah hampir memenuhi koridor, orang yang lewat saja sampai harus memiringkan tubuhnya. Alia mengabaikan dua manusia itu lantas berjalan tanpa pikir panjang dan tak perlu mengikuti gaya beberapa orang yang tadi lewat di sisi kanan kiri mereka berdua yang harus memiringkan tubuhnya.
DUGH!
"Aduh!!" erang siswi itu saat Alia dengan sengaja berjalan dan menyenggol dari arah belakang bahu kirinya. Ya, Alia sengaja berjalan tidak memiringkan tubuhnya.
"Makanya kalau mau pacaran jangan di tengah jalan!" bukan Alia namanya kalau tidak cukup dikenal dengan sinis pada nada bicaranya. Saat mengatakan hal itu tadi dia sempat menoleh, tetapi matanya entah kenapa malah langsung terpusat ke sosok pria di samping siswi itu. Tiga detik berlalu, keduanya saling menatap tajam. Tatapan mata yang terus mengobarkan api antara keduanya. Entah, kapan tatapan saling meneduhkan akan tercipta antara mereka. Atau bahkan tidak akan pernah ada tatapan meneduhkan itu.
Malas menatap wajah itu lebih lama, Alia kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas.
"Dia temen kelasmu kan Chan?" perkataan siswi tersebut membuyarkan tatapan tajam pria itu yang masih mengarah pada punggung Alia yang semakin menjauh.
Seketika pria itu langsung menepis kasar tangan siswi tersebut yang masih menggelayut di tangan kirinya. "Udah dibilang gue gak mau. Lagian lo siapa gue sih?! Pacar juga bukan!" balasnya dengan nada ketus.
Melepas kasar AirPods dari telinganya, kemudian tanpa memedulikan siswi tersebut, pria itu bergegas menuju kelasnya dengan langkah cepat.
"Chandra!! Ngeselin banget jadi cowok!" teriaknya dengan begitu kesal.
Seolah tak mendengar apa-apa, pria itu tetap berlari. Ya, namanya Chandra. Tertulis lengkap Chandra Andreas Bratajaya pada nametag seragamnya. Dan dia adalah musuh bebuyutan Alia Uzma Vida sejak mereka berada di kelas sepuluh.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Anggap aja di foto ini (Renjun as Chandra) pakai seragam SMA ya... Untuk jaket, tatanan rambut, gaya gendong tasnya, wajah specially wkwk mirip foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISJUNGSI || Huang Renjun
Teen FictionChandra, seorang siswa non muslim yang menjadi musuh bebuyutan Alia sejak pelajaran Matematika pertama kali dimulai di bangku SMA. Alia, seorang siswi muslim yang menjadi musuh bebuyutan Chandra sejak pertama kali gadis itu menyalahkan hasil kerjan...