Menginap

21 4 0
                                    

Gigi nya kini sibuk mengunyah permen karet. Suka. Itulah yang mendefinisikan permen karet bagi-nya. Matanya tak diam, terus melihat orang yang berlalu lalang melewati nya. Sedangkan sang teman, keduanya sedang memakan batagor sambil berjongkok—dipinggir motor seperti gembel bagi Fino.

Yah, Fino, Pajar dan Ezra. Ketiga cowok itu kini sedang nongkrong di depan base camp mereka—tempat bermain game dan latihan band. Seperti anak yang terlantar, bukankah mereka bisa makan didalam basecamp dibandingkan harus berjongkok disamping sang motor kesayangan.

Tring!

Satu notifikasi membuat Fino menghentikan aktivitas nya yang sedang memperhatikan orang-orang. Pesan dari sang bunda membuat Fino harus berpisah dengan kedua Curut dipinggir nya ini.

"Gue balik" kata Fino menyalakan mesin motornya.

"Lah masih jam 9 malem bro, masih sore!" Kata Ezra santai.

"Bunda" mengerti akan hal yang diucapkan Fino, Pajar dan Ezra hanya ber-oh ria lalu melanjutkan makannya itu setelah kepergian Fino.

Membawa motornya dengan laju diatas rata-rata, membuat pengemudi lain membunyikan klakson nya, memberi tanda untuk Fino membawa motor dengan pelan.

Sebelum sampai di rumah, Fino memberhentikan motornya didepan Alfamart, dimana disitu juga ada tukang martabak, jus dan gorengan.

Memesan martabak rasa keju-susu, kesukaan sang bunda. Sambil menunggu Fino duduk diatas motornya sambil mengotak Atik hp nya, mengabaikan semua chat dari gadis-gadis aneh yang mendekatinya.

"FINO!" Panggil seseorang dari arah sebrang.

Fino merasa terpanggil pun menoleh, menyipitkan matanya, mencari siapa yang memanggilnya tadi. Melihat satu gadis yang sedang melambaikan tangannya keatas, Fino melirik kearah tukang martabak tadi.

"Mas saya ke sebrang dulu" kata Fino, pedagang itu mengangguk sambil masih mengolah martabak.

Fino menghampiri Meysha yang sedang merangkul Fira, entahlah mungkin Fira sedang mabuk kini. Sedangkan satu lagi... Fino tidak tahu siapa cowok yang ada dibelakang Meysha itu.

"Dia dewa, pacar gue" Seolah mengerti akan tatapan Fino, Meysha mengenalkan.

"Anter Fira pulang yah? Gue mau anter dewa, ini" tunjuk Meysha pada kaki dewa yang berdarah—mulai mengering.

"Kenapa gue?"

Meysha memutar bola matanya malas, "masa gue minta anter ke orang? Lag—"

Ucapan Meysha terpotong saat kedatangan tukang martabak, "Den, ini udah jadi"

Fino mengangguk, mengambil martabak itu dan memberikan uang 50ribu kepada sang penjual, "kembalian ambil aja"

"Rezeki ini mah" riang tukang martabak tersebut lalu pergi.

Back to topic!

Fino kembali melirik kearah Meysha, lalu beralih pada Fira yang daritadi meracau tak jelas.

"Bentar" Fino berjalan kearah motornya sambil menenteng plastik yang didalamnya ada satu kotak martabak.

Mengambil motor ninja hitamnya, melajukannya kearah Meysha, Fira dan dewa berada.

"Naikin dia" ucap Fino dibalik helm full face nya.

"Lah kalau jatuh gimana?" Melongo Meysha.

"Bentar deh" ucap dewa kemudian berlari ke warung, dan kembali lagi dengan membawa tambang berwarna biru.

"Iket, biar ga jatoh" Menjelaskan Dewa sambil menatap tambang nya itu.

"Uhhh pintarnya pacarkuuu" gemas Meysha mencubit pipi dewa.

MAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang