1

6.1K 303 38
                                    

Mobil yang aku tumpangi terus melaju. Bersamaan dengan derasnya hujan yang tak kunjung reda. Ku pandangi jalanan yang cukup senggang dari balik kaca mobil. Saat pantulan wajahku terbayang, aku kembali mendesah.

"Benar-benar.." Saat wajahku hampir kena sumpah, kembali ku beristighfar.
"Ampuni hamba Ya ALLAH."

Terkadang, aku selalu lupa bersyukur. Banyak sekali wanita di sana bahkan ingin memiliki wajah walaupun tidak cantik sepertiku.
Di dunia ini, mengapa semua orang selalu meninggikan orang yang cantik saja. Kenapa, wanita yang kurang cantik sepertiku selalu di tindas seperti ini?

Apakah wanita yang tidak memiliki wajah cantik itu tidak boleh bahagiah?

Gadis itu bernama Naurah. Berkali-kali ku memohon padanya agar membatalkan niatnya untuk menjadi maduku. Tapi, dia seolah enggan.

Ah..!! Sakit sekali hati ini.
Dia bahkan memiliki wajah yang begitu cantik. Mengapa harus menawarkan diri pada suami orang?

Ya Allah, sungguh berat cobaan yang engkau berikan. Aku benar-benar tidak kuat namun harus bagaimana?
Rasanya, kadar kekuatan imanku belum sanggup menapaki jalan itu.

Jadi ku pilih jalan ini.
Entah aku bisa bertahan berapa lama. Intinya, Mas Elvan tidak menikah di hadapanku. Aku hanya perlu pergi untuk menenangkan diri.
Naura benar-benar berhasil memikat anggota keluarga hanya dengan melepas kain penutup wajahnya.

Sedangkan aku, Ah!! Begitu sulit untuk di ungkapkan. Suara dering ponsel mengalihkan pikiranku. Segera kubuka pesan Wa dari Mas Elvan.

"Yang, jangan jauh-jauh perginya. Mas minta maaf. Jika saja bukan karena Ayah dan ibu, Mas akan sulit menerima ini"

Membaca itu, aku kembali menghela nafas panjang. Lalu segera ku balas pesan itu dengan stiker love. Hanya itu. Entah, rasanya aku sungguh ingin lenyap saja. Aku tahu Mas Elvan menyayangiku. Tapi, Mas Elvan bukan tipikal putra yang pembrontak.

Bawaannya nurut bahkan mungkin jika di suruh makan taik sapi sekalipun oleh orang tuanya dia rela-rela saja. Tapi, itu cuman perumpamaan. Saking patuhnya Mas Elvan pada orang tuanya.

Benar-benar di dunia ini tidak ada yang sempurna. Mas Elvan yang tampan lagi mapan, tapi tidak mampu membela ku barang sekali pun di hadapan orang tuanya.

Berat dan sulitnya tinggal di rumah mertua benar-benar sudah aku rasakan. Dan kali ini, sebagai syarat agar aku Redho dan tidak menuntut di pengadilan, Naurah harus tinggal bersama Ayah dan ibu mertua menggantikan diriku. Itu syarat yang pertama. Dan yang kedua, aku harus punya rumah yang cukup jauh dari kediaman mertua. Dan jelas itu hal yang cukup mudah bagi mertua. Uangnya kan berkarung-karung.

Hanya itu yang kuminta.
Jangan mereka pikir, karena wajahku yang tidak begitu cantik maka otakku juga tidak begitu cerdik. Tidak, alih-alih berdandan di wajah, ku pilih mendandani otakku lebih dahulu menggunakan buku dan juga bacaan Al-quran.

"Sudah sampai, Mbak!"
Si sopir menyampaikan dan segera kubuka pintu mobil lalu secepatnya turun.

Rumah kontrakan yang terlihat cukup kumuh. Tapi, tidak sekumuh wajahku. Cukup tenang dan sepertinya, aku akan jatuh cinta dengan suasana di sini.

Don't take My husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang