2

7.7K 410 95
                                    

Kompleks perumahan ini cukup sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kompleks perumahan ini cukup sepi.
Setiap lorong memiliki sepuluh rumah. Desainnya juga cukup unik, sih. Mirip labirin.

Atau jangan-jangan, aku cuman sendiri di lorong ini. Sudah pukul sembilan malam dan tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali.
Tidak ada suara anak-anak ataupun penjual cilok keliling.

Saat mengintip keluar jendela, semua lampu mereka redup. Tidak ada kesan-kesan kehidupan di sini. Rasanya, aku ingin menangis saja. Benar-benar nasib.

Tapi, sudahlah!
Dari pada aku tinggal di rumah Mama dan melihat pernikahan suamiku, mending aku di sini meratapi nasib.

Ah!

Tragis betul jalan hidupku ya Robb.
Tapi, aku yakin. Akan ada hikmah di balik semua ini. Seharusnya, aku senang sekarang. Tidak lagi capek-capek cuci piring, menyapu rumah, mengepel lantai dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.

Di sini, aku hanya perlu mengurus diriku sendiri. Tapi, aku kangen suamiku.
Hiks.. hiks.. hiks..

Pelukan hangatnya. Wajah tampannya. Senyumannya.

Ya Ampun!

Si Naura itu, kok jahat banget yah?.

Kok tega banget sih, sampai melamar suamiku.
Saat mengingat bagaimana aku memohon padanya, rasanya sesak sekali. Bahkan aura wajahnya begitu meremehkanku.

Tega sekali dia!

Ku raih mushaf Al-Qur'an pemberian Mas Elvan.
Berwarna putih sesuai warna kesukaanku.
Foto pernikahan kami juga kuselipkan di sana.
Saat melihatnya, bulir-bulir bening kembali membasahi pipiku.

Gini amat yah, jadi wanita enggak cantik!?

Tapi, seharusnya aku memang sadar diri.
Sudah tiga tahun pernikahan kami, dan juga tak kunjung mendapatkan keturunan.
Satu yang membuatku salut dari Papa dan Mama mertuaku. Mereka tak pernah mengungkit ataupun menyinggung itu.

Atau jangan-jangan?.

Ah, sudahlah.

Beberapa ayat Alquran yang aku baca, akhirnya membuatku tenang. Apalagi, saat membaca arti dari ayat yang aku baca. Bahwa, kita harus senantiasa bersyukur dan tidak mengkufuri nikmat dari-Nya.

Iya!

Kadang kita lupa bersyukur.
Kita lupa bahwa tubuh yang sehat adalah rezeki. Dapat bernafas dengan baik juga rezeki yang tak terkira oleh-Nya.

Dering ponselku membuyarkan renunganku.
Ke lirik benda pipih itu dan mendapati VC dari Mas Elvan. Si pria tampan itu, mengapa ingin Vidio Call sekarang?.
Rasanya, aku tidak siap.

Dering ponsel itu kembali berbunyi.

"Halo, Sayang!?"
Mas Elvan memasang wajah panik. Membuat dirinya makin tampan saja.

"Assalamualaikum!"
Salamku lebih dulu. Sepertinya, dia lupa salam karena panik.

"Waalaikumussalm. Sorry-sorry, tadi Mas sempat kaget karena kamu enggak angkat VC pertama tadi."

"Ada apa, Mas?"
Tanyaku to the point.

"Loh, kok nanyanya gitu? Pasti kamu kesal kan, sama Mas?"

"Kesel sih. Tapi, Ulfa bisa apa, Mas?"

"Mas kangen kamu, sayang! Boleh kasi tahu di mana alamat kamu sekarang?"

"No!"

"Sayang ...."
Mas Elvan merengek seperti bayi.

"No, way! Mas istirahat, gih. Ulfa juga udah ngantuk."

"Sayang, Stop! Mas benar-benar enggak bisa tidur. Sumpah!"
Tuh, kan kambuh lagi lebaynya.

"Ya udah, sekarang Mas Elvan baring terus aku nyanyiin. Mau?"
Tawarku. Memang menjadi kebiasaan sebelum kami tidur. Dia selalu ingin mendengar aku menyanyi atau mengaji.

Dia berbaring sambil tersenyum sangat tampan.
Aku hanya mampu berandai-andai. Jika saja dia bisa membelaku di hadapan orang tuanya sedikit saja. Mungkin aku akan  merasakan manisnya berumah tangga.

"Mas Elvan ..., Ulfah benar-benar tidak rela melihat Mas memeluk dan bermanja-manja dengan wanita lain. Ulfah enggak akan kuat!"
Aku membatin dengan air mata menetes sambil mengelus-elus wajah Mas Elvan yang sudah tertidur pulas usai mendengarku bernyanyi.

Walaupun hanya di layar ponsel, tapi cukup meredakan rindu yang cukup membukit.

"Don't take my husband, please!"




Ini kok rasa-rasanya pengen mewek, yah?.
Syedihh aku tuhh..
Atau Author aja yang lebay?.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't take My husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang