✈A I R P L A N E 3✈

39 8 5
                                    

__A i r p l a n e__

✈✈✈

Alana berjalan mendekati Bian dan Bara, gadis itu memasang wajah ceria seperti biasa lalu kedua tanganya segera merangkul lengan Bian dan Bara.

"Ayo" ajak Alana, Bian dan Bara hanya menurut saja. "Lo kenapa gak mau dijemput?" Tanya Bara. "Supir gue udah jemput, kan gak mungkin gue nyuruh dia balik" jawab Alana.

"Pulang sekolah jangan pulang dulu" pesan Bara, Alana menatap Bara bingung "Sekolah ngadain belajar bareng, hari senin udah mulai ujian kan?" Ucap Bara, Alana mengangguk mengerti.

"Jadi sekarang bebas nih?" Tanya Alana semangat dan diangguki keduanya. "Yeay... kantin yuk, laper" ajak Alana. Ketiganya berjalan kearah kantin.

Alana terlalu bersemangat hingga tak menyadari sesuatu yang mengalir dikedua hidungnya begitupun dengan Bian dan Bara yang belum menyadarinya. "Oh iya, nih gue bawain oleh-oleh buat kalian" setetes darah jatuh mengenai tanganya, Alana yang sedang menunduk hendak membuka tasnya akhirnya ia urungkan.

Alana terdiam saat ia menyentuk lubang hidungnya, ahh ia harus segera membersihkan sebelum dilihat Double B nya... Alana telat Bian lebih dulu melihat darah yang keluar dari hidungnya "Al, hidung lo?" Bian berseru panik begitupun dengan Bara.

***

"Gue gak pa-pa B..." ntah berapa kali Alana mengatakan itu hanya untuk menenangkan kedua sahabatnya, tapi berbeda dengan Bian dan Bara keduanya benar-benar panik.

"Lo jangan kaya cewek ngambek deh Al" balas Bara kesal, cowok itu sesekali menyuapinya. Bian menatap Alana dalam "Lo kenapa sih?" Tanya Bian serius. Alana menggeleng lemah "Serius gue nggak pa-pa" yakin Alana, "Apa perlu gue telfon tante Oki, buat nanyain lo kenapa" ancam Bian, Alana menghela nafas.

Jika seperti ini keduanya pasti tidak akan berhenti sebelum mengetahui kebenaranya, "Gue cuma demam biasa, pas di Ausi udaranya dingin banget jadi ya gitu" jawab Alana. Bian menangkap keraguan dijawaban Alana, tapi ia hanya mengangguk seolah percaya.

"Gue mau lo sehat terus Al, biar acara kelulusan kita bisa ngerayain bareng" jawab Bian sendu, Bara menatap Bian dari samping, ia mengerti dibalik ucapan Bian.

Alana menggenggam tangan Bian dan Bara lalu tersenyum tulus "Kita rayain bareng, apapun keadaan kita" ucap Alana yakin setitik air mata meluncur dari sudut matanya.

Alana takut.

Ia terlalu takut untuk mengungkapkan keresahan hatinya.

Ia takut kebersamaan mereka tidak terjalin lama, Alana merasa waktu begitu cepat, kenapa Tuhan tak mempertemukan dirinya dengan Bian dan Bara dari dulu?. Tidak, setidaknya Tuhan menuliskan garis takdirnya untuk sedikit lebih lama dengan mereka.

"Yaudah lo istirahat aja" perintah Bara, Alana menurut dan membaringkan tubuhnya diranjang UKS. Dering telfon berbunyi, semunya tertuju kearah nakas dimana telfon milik Alana bergetar.

Alana hendak meraihnya namun lebih dulu Bian, cowok itu meloudspeaker agar semuanya mendengar, Bian membaca nama yang tertera layar.

Mama call

"Alana besok kamu udah mulai operasi sayang, dokter Aril udah nemuin orang yang mau donorin ginjal buat kamu" Suara Oki-Mama Alana- terdengar begitu semangat.

Wajah Alana pucat pasi, sedangkan Bian dan Bara keduanya menatap Alana dengan tatapan seakan..

Kecewa?

Ntahlah pandangan keduanya terasa menghunus dan menghujami Alana, pandangan datar yang ditunjukan mereka terlalu kentara, Alana takut mereka marah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Airplane (Double B)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang