2| Ter-sial

28 5 1
                                    



"Cas, cepetan!" Mark menarik tas Lucas kemudian mencoba menyeretnya kearah lapangan.

"Woyy anjir sepatu mahal gue lecet!" Lucas mencibir, ia menghempaskan tangan Mark dan menoyor kepalanya kesal. "Akh, sakit bego!" Ringis Mark seraya memegang area bekas kekerasan Lucas.

"Ngapain sih lo?!" Tanya Lucas. Ia menatap sohibnya itu heran.

Mark menggeleng kemudian ia berniat menarik tangan Lucas kembali namun sayang Lucas lebih dahulu menjauhi tangannya. "Lo kenapa, anjir! Woyy jangan pegang-pegang!" Lucas mundur selangkah, ia menatap Mark ngeri.

"Heh bangsat!" Mark menjitak kepala Lucas sedikit kencang. "Buruan kelapangan!" Suruhnya, ia terlihat sudah sangat siap dengan topi, sabuk, dan dasi yang Lucas yakini bukan miliknya. 

"Ngapain?" Pertanyaan itu kembali muncul, membuat Mark menghela napas lelah. "Upacara lah, bego!"

Lagipula apa yang akan dilakukan para murid di Senin pagi yang cerah ini?

Pasti lah upacara bendera!

Namun bagi Lucas dan Mark tentu nongkrong diwarung Mang Jana adalah jawaban yang paling tepat. Meskipun sepertinya hal itu tidak berlaku dihari ini.

Mark sering mengeluh, ketampanan Lucas ternyata tidak berpengaruh sedikitpun pada kapasitas otaknya. Cowok yang sudah ia kenali sedari TK itu masih saja bobrok dan bego. Entahlah Mark sudah teramat lelah membicarakan keburukan Lucas yang tiada habisnya itu.

Lucas berdecak, ia menyisir rambutnya kebelakang sambil sesekali memberikan kiss bye jarak jauh kepada siswi-siswi yang lewat.  Membuat Mark lagi-lagi menghela napas lelah. "Bukan saatnya godain cewek, Cas! Hayu kelapangan!"

"Lo kesambet setan apaan sih Mark? Santuy lah, biasanya juga cabut." Cibir Lucas. Ia masih menatap kakak kelas dengan tubuh menggoda iman didepan sana sembari mengigit bibir dan mengedipkan mata bermaksud menggoda.

"Anjirr, gila bodiinya cuyy." Puji Lucas yang dibalas dengan sabetan dari dasi yang Mark pegang.

"Urusan bodi belakangan! Lo tau hari ini bakal ada ra..AKHH!" Mark menjerit begitupun dengan Lucas ketika kuping mereka berdua menjadi korban tarikan paksa Bu Wendy.

"Bagus! Mau bolos lagi, hm?" Tuduhnya.

Lucas menatap Mark seolah meminta penjelasan. Mark menggeleng, ia mengacungkan jari telunjuk serta jari tengahnya tanda perdamaian. "Ampun Bu gak bolos kok, sumpah!"

"Kalian ini! Baru kemarin Ibu peringatkan sekarang sudah berulah lagi?" Pertanyaan kembali dilayangkan meskipun menurut Lucas hal ini lebih cocok disebut sebagai pernyataan karena sekalipun mereka melayangkan pembelaan guru menyebalkan itu pasti tidak akan mendengarkan dan kembali menuduh mereka yang bukan-bukan.

"Demi kebotakan Pak Dio, Lucas yang tampan ini gak bolos bu. Ini buktinya kita mau upacara, ya kan Mark?" Lucas menyenggol lengan Mark sedikit kencang, meminta dukungan darinya.

"Iya bu! Ini mau upacara kok." Mark memasukan baju seragamnya kemudian merapihkan dasi serta memakai topi. Mark terlihat sangat siap mengikuti upacara bendera. Berbeda dengan Lucas yang tidak memakai atribut apapun.

"Baik, Mark silahkan masuk ke barisan." Suruh Bu Wendy. Mark tersenyum kemudian menyalimi tangan gurunya itu. Ia melambaikan tangan kearah Lucas sambil cekikikan tidak jelas. "Dadahh~~ Lucas."

Lucas menggeram, jari tengahnya mengacung tegak. "Gak setia kawan lo anying!" Makinya yang mendapat pelototan gemas dari wanita yang menjabat sebagai kepala bidang kesiswaan itu.

"Jaga bicara kamu, Lucas!" Peringat Bu Wendy membuat Lucas kembali menghela napas dan menunduk dalam. "Maaf, Bu."

"Yasudah, sekarang kamu pinjam atribut ke anak PMR disana." Bu Wendy menunjuk sekumpulan murid yang mengenakan rompi serta topi berwarna merah yang Lucas yakini sebagai anggota tim medis sekolahnya.

Lucas memandang Bu Wendy bingung. "Lah buat apa, Bu?" Tanyanya. Lagipula ia tidak terbiasa memakai atribut lengkap seperti siswa pada umumnya. Dan Lucas pun tidak mempermasalahkan seandainya ia dihukum dengan kasus 'tidak memakai atribut' seperti minggu sebelumnya. Lucas kan kuat, sangat tampan pula. Tentu, hukuman tidak akan berpengaruh sedikitpun bagi cowok dengan tinggi 183 cm itu.

Ya, lagi-lagi itu hanya sekedar anggapan tak bermutu Lucas saja. Bohong jika Lucas bilang itu semua tidak memiliki pengaruh, karena nyatanya hanya dengan sebaris kalimat yang diucapkan Bu Wendy pun sukses membuat Lucas membeku diiringi tatapan tidak percaya yang ia layangkan.

"Ibu ingin kamu jadi pemimpin upacara."





Nah kan!







"TIDAAAKKK!!"








HEYYOOO‼️
TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR~~

Freak [Lucas NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang