Awal Luka itu Hadir

28 1 0
                                    

Semuanya berawal dari usaha ayah yang bangkrut karena ditipu temannya, sehingga perekonomian kami menjadi kacau. Aku yang awalnya bersekolah dipesantren bersama adik keduaku dipaksa pindah oleh mama karena tak sanggup membayar uang spp. Kerena beberapa bulan belum membayar spp rapot kami terpaksa ditahan. Bunda berusaha mengumpulkan uang untuk membayarkan tunggakan spp sehingga kami bisa mendapatkan surat pindah dan rapot kami. Dari situ pula ayah dan bunda semakin sering bertengkar mengenai hal-hal sepele. bahkan tak jarang aku dan adik-adik menjdai pelampiasan kemarah bunda.

Namun masalah tak hanya sampai disitu, bunda yang mulai pandai memainkan sosial media FB mulai berselingkuh dengan temannya FBnya secara terang-terangan didepan ayah. Mereka sering video call dan chattingan. Awalnya ayah tak menghiraukan itu semua sebab ayah berpikir itu hanya melalui sosial media dan tak pernah bertemu. Tanpa ayah sadari itu adalah awal semua kehancuran keluarga kami. Awal yang membuat luka dan rasa sakit yang tak akan pernah hilang.

Malam itu semua orang menangis sedih dan sebagian sedang besitegang. Aku dan ketiga adikku hanya bisa menangis ketakutan. Malam itu adat pereceraian orang tua ku dilanksanan 1 minggu setelah pemakaman kakekku. Saat itu bunda kepergok menginap ditempat laki-laki dan pulang dari gereja bersama laki-laki itu. Hingga akhirnya ayah marah besar. Malam itu aku merasa jadi orang asing diantara keluarga. Semua orang menyalahkan aku atas perceraian mereka. Semua orang marah karena aku cuma diam dan duduk dibelakang ayah sambil menangis. Malam itu aku melihat tatapan kebencian di mata mereka.

" Lihat dia hanya diam dan padahal kakak yang sudah susah payah membesarkannya dan menyekolahkannya. Sudah kak biarkan saja toh dia juga perempuan. Suatu hari nanti dia pasti akan merasakan apa yang kakak rasakan." ucap tante Kina Adik bunda

Nadha gadis yang menjadi perbincangan tante Kina itu hanya bisa diam dan terus menangis. Hatinya hancur malam itu, tapi bukan hancur karena patah hati seperti pemuda pada umumnya. Melainkan hancur melihat perpisahaan orang tuanya.

" Kak Nadha tenang saja. Ini bukan salah kakak kok. Masih ada ayah yang sayang sama kakak." ayah menghibur anak sulungnya itu saat mereka diperjalanan pulang.

Nadha hanya tersenyum sambil memeluka adik bungsunya yang masih duduk dikelas 2 SD.  Saat ini dia bingunng harus berbuat apa dan harus bagaimana. hidupnya berubah 99% dalam sekejam mata. Rasanya baru kemarin dia tertawa bersama keluarganya. Tapi hari ini keluarganya telah terpecah belah.

Seminggu setelah perceraian orang tuanya Nadha memutuskan kembali kekota untuk bekerja. Dia sudah lulus MAs namun mimpinya unutk melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi pupus karena perekonomian keluarganya yng belum membaik. Tapi Nadha tidak kehilangan harapan, dia masih ingin berusah untuk bisa melanjutkan pendidikannya suatu hari nanti.

" Kak Nadha, kok melamun sih. Mikirin apa sih?" Tanya Novi sepupu Nadha tempat dia tinggal selama bekerja.

" Kakak cuma keingat dek Rasya. Siapa yang urusin makannya, siapin baju sekolahnya. kan dia tinggal sama bapak. bapak juga suka keluar malam pulang subuh." Wajah Nadha tampak murung.

" Sabar yah kak. Ini cobaan untuk kakak dan keluarga kakak. Aku juga bingung kenapa tante tega kayak gitu." Novi memeluk kakak sepupunya itu. Mama Novi adalah kakak dari bunda  Nadha. Mama Novi tidak seperti keluarga yang lain menyalahkan Nadha dan ayahnya atas apa yang terjadi. karena mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi.

" Gimana kalau kakak nanti malam ikut Novi ke gereja aja. Nanti malam kan ibadah muda mudi tuh. Anak pasti latihan musik. Lumayan buat menghibur hati." Novi dan keluarga memang beragama kristen dan bundanya seorang mualaf.

"Enggaklah kakak malu. Masa kakak ke gereja kan kakak muslim dek. Nanti apa kata orang lihat kakak pakai jilbab tapi pergi ke gereja."

" Yah gak usah pakai jilbab lah kak. Lagiankan malam dari pada kakak di rumah sendirian."

Makna HadirkuWhere stories live. Discover now