Santri Baru

27 2 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Tak dapat dipungkiri, aku mengagumi semenjak awal pertemuan kita.
-Muhabbah Rindu-

Happy Reading...
.
.
.
.
.
.

Allahu akbar.. Allahu akbar..

Terdengar suara adzan isya' yang menggema hingga ke pelosok kota. Orang-orang mulai berbondong-bondong pergi ke surau untuk menunaikan sholat isya'.

Usai sholat isya', seorang remaja laki-laki dengan paras yang tampan tengah bersiap-siap menuju madrasah aliyah tempatnya menimba ilmu.

Namun saat sedang mengenakan sarung terdengar ketukan pintu diiringi salam.

Tok.. Tok.. Tok..

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam" Jawab Fathan sembari membukakan pintu. Ya, Fathan remaja lelaki yang kini bersekolah di salah satu SMP favorit di kotanya. Nama lengkapnya adalah Fathan Ar-Razi. Pemuda tampan yang banyak digemari para ukhti di kampungnya.

Fathan adalah anak dari saudagar kaya raya yang ada di kampungnya. Meskipun Ia hidup berkecukupan, dia bukan termasuk anak yang sombong dan suka pamer harta orang tuanya.

"Ehh, Mas Zaid. Piye, Mas. Ada perlu apa? " tanya Fathan sambil membenarkan pecinya.

"Ikut yuk, rutinan malam jumat." Ajak Zaid.

Zaid adalah kakak kelas Fathan yang terpaut 2 tahun darinya. Nama lengkapnya adalah Zaidan Annazih

"Aduuh, Mas. Aku juga ada yasinan nih, kapan-kapan aja, hehehe," Tolak Fathan sembari tertawa kecil.

"Ahhhhh.. Wes melu wae, nyesel koe ra melu," Paksa Zaid dengan logat jawanya sembari menarik tangan Fathan.

"Ehh.. Bentar Mas. Aku ijin Ummi dulu, " sergah Fathan yang diikuti anggukan Zaid.

Setelah mendapat izin dari Umminya, Fathan bergegas keluar menemui Zaid.

"Gimana?" Tanya Zaid. Fathan hanya mengangguk pelan. Mereka pun bergegas menuju tempat berlangsungnya acara rutinan tersebut.

"Dimana to, Mas rutinannya? " Tanya Fathan tak sabar. Zaid menoleh."Ehh..  dirumah Ustadz Chafid, "

"Oohh.. Emang ada acara apa to?" Tanya Fathan kembali.

"Hari ini miladnya beliau, jadi seluruh santri diharap hadir di acara syukuran beliau, " Terang Zaid.

"Lho, Aku kan bukan termasuk san--" Belum selesai Ia bicara langsung dipotong oleh Zaid.

"Wes koe menengo, " Geruntu Zaid karena sedari tadi Fathan terus bertanya.

"Santai to Mas, " Jawab Fathan dengan muka masam.

Setelah melewati rumah-rumah yang padat oleh penduduk, Mereka pun sampai di rumah sang ustadz. Rumah dengan desain minimalis bercat hijau menambah kesan luwes bagi rumah tersebut. "Ooo.. Iki to daleme, gedhe yo jebule, " batin Fathan.

Zaid yang melihat Fathan hanya berdiam diri ditempat, lantas menepuk pelan bahunya. "Woy"

"Opo to Mas" Fathan berusaha menahan kekesalannya.

"Ya maaf abisnya sampean ngelamun" Jawab Zaid cengengesan.

Kemudian mereka pun meneruskan langkah kaki memasuki pelataran rumah Ustadz Chafid. Tampak dari luar sudah terdapat beberapa santri putra dan putri yang sibuk mempersiapkan segala tetek-bengeknya.

Mereka pun tiba di depan pintu utama dan langsung disambut oleh remaja yang seumuran Fathan.

"Monggo, Mas, " Remaja itu mempersilahkan mereka masuk.

"Ohh.. Nggih maturnuwun, " Dijawab oleh Zaid.

"Siapa,Mas?" Tanya Fathan berbisik.

"Ohh itu anaknya Ustadz Chafid, " Jawab Zaid singkat.

Fathan hanya ber-oh ria. Mereka berdua duduk di ruang tengah sembari menunggu santri yang lain datang.

"Perempuannya cantik-cantik yo, Mas. Hihihihihi, " Bisik Fathan sembari terkekeh.

"Husstt.. Dirimu meh pengajian opo cuci mata? " Sindir Zaid.

"Ohh iya, Astaugfirullah, " Ucap Fathan beristighfar.

Setelah semua persiapan sudah lengkap, barulah acara tersebut dimulai. Semua santri mendapat bagian membacakan kitab maulid dan ada juga yang mendapat bagian menjadi vocal dari hadroh tersebut.

Fathan yang mendapat bagian menjadi vocal hadroh pun tersentak kaget.

"Piye, Mas. Aku malu, " Bisik Fathan pada Zaid.

"Wes gausah isin awakmu suarane apik kok, " Timpal Zaid meyakinkan.

"Yasudah, bismillah, " Ucap Fathan mantap. Fathan pun mengumandangkan sholawat yang diawali dengan suluk.

Laukana bainanal habib..

Yang sontak membuat para hadirin menoleh. Kecuali gadis berbaju syar'i berwarna maroon senada dengan khirmar yang dipakainya. Nampaknya gadis itu seumuran Fathan. Dia terus menunduk dan tak sedikitpun menengadahkan kepalanya membuat Fathan semakin dibuat penasaran olehnya.

"Masya allah, Kok adem ya dengernya, siapa sih kok kayak anak baru?, " ucap wanita ber khimar marron itu dalam hati.

Entah apa yang dirasakan gadis tersebut dengan suara khas itu..
.
.
.
.
.
.

Hadehhh.. Kalo jelek dimaklumi yaa..
Baru belajar.. Pencet tombol vote yaaa biar Author tambah semangat..
.
.
.
.
Ig: fshl.akbar27

Mahabbah RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang