tiga

11 0 0
                                    

selamat membacaaaaa:)

vote+comment

***

pagi hari diena bangun dari tempat tidurnya, menatap ke arah jendela kamarnya. "dienaaa, cepetan turun"  teriak natasya.

diena segera beranjak dari tempat tidurnya dan segera turun ke bawah, om bima berdiri di depan pintu, terlihat tampak rapih sekali, dan di sampingnya ada sebuah koper besar.

"om bima? mau kemana??" tanya diena yang baru saja turun dari lantai dua

"ehh diena, baru bangun?"

"mmmm, iya om, hehehe" diena menghampiri om bima

"diena, om mau pergi dulu keluar kota ada urusan sebentar, 4 hari mungkin perginya"

"ohhh keluar kota?"

"iya" lalu tiba tiba muka diena cemas, mungkin ia takut, "jangan kahwatir, revan sama natasya jagain kamu kok" om bima mengelus rambut diena yang berantakan.

"mmmm, yaudah om pergi dulu ya" om bima melambaikan tangannya

"iya om hati hati ya" ucap natasya

diena berlari kecil naik ke atas, "diena!", diena memberhentikan langkahnya dan berbalik badan, "apa lagi si ka!", natasya menghampiri diena yang berada di anak tangga, "kaka mau pergi sama revan, kamu jangan kemana mana", tanpa menjawab diena langsung pergi ke atas.

diena sendirian di rumah, sunyi, sepi, itu yang dirasakan diena, ia hanya berdiam di tempat tidurnya, ia selalu menatap ke arah jendala, namun tatapan diena berpaling ke laci yang berada di depan tempat tidurnya, ia menghapiri laci yang ia tatap tadi.

diena membuka lacinya, dan menemukan sebuah foto yang sudah rusak, ia menggambil foto itu, mencoba melihat jelas siapa yang ada di foto itu, dua cowo dan dua perempuan, dua cowo itu seperti om bima dan revan, tapi diena tidak mengetahui siapa dua perempuan yang ada di foto itu.

DRIIINGGG
tiba tiba telfon rumah berbunyi, diena segera menuju ke telfon yang berada di ujung lorong lantai 2 di rumah itu.

diena mengangkat telfonnya, "halo", tapi tidak ada suara yang terdengar, "halo ini siapa?", masih belum terdengar suara sama sekali, "haloo!!", diena mengeraskan suaranya, tapi tidak ada suara yang terdengar.

diena menutup telfonnya, lalu ia berjalan kembali ke kamarnya, ketika diena melangkahkan kakinya lima langkah, tiba tiba telfon itu berbunyi lagi, diena kaget, lalu ia bergegas untung megangkat, "hallo ini siapa!!??", diena berbicara sangat keras sehingga menyaringkan satu rumah yang sepi tidak ada siapa siapa, namun diena tidak mendengar suara dari telfon itu.

diena berfikir negatif mungkin telfonnya rusak dan harus diganti, lalu ia pergi ke lantai satu, diena berjalan jalan di rumah yang sepi itu, sendirian.

ketika diena berjalan di lorong bawah yang menuju ke arah gudang, diena berdiam berdiri di tengah tengah lorong.

BRUKKK
tiba tiba terdengar suara dari ruang tengah seperti seseorang jatuh, dien kaget lalu ia langsung berlari ke ruang tengah, diena teridam, ternyata di ruang tengah tidak ada apa apa.

diena melihat ke arah luar rumah, terlihat ada gadis berdiri di tengah tengah luar rumah, diena segera menghampiri gadis yang berdiri itu.

"ha- halo, kamu nga- ngapain??"

gadis yang ia hampiri itu pun menengok ke arahnya, lalu ia tersenyum.

"hallo" gadis itu mengulurkan tangan ke diena

"mmmm, iya" lalu diena memegang tangannya, diena membesarkan bola matanya, tangan gadis itu sangat sangat dingin, "ka- kamu dari mana?", gadis itu hanya menunjuk ke arah belakang rumah om bima, "hah??"

gadis itu berjalan menuju ke pohon besar yang ada di samping rumah om bima, "ka-kamu mau kemana?" tanya diena, gadis menengok ke arah diena, lalu diena mengikuti gadis itu berjalan.

diena dan gadis yang tadi ia temui duduk di bawah pohon besar yang ada di samping rumah om bima, "nama kamu siapa??", gadis itu tersenyum dan menunjukkan jarinya ke arah tulisan yang ada di pohon itu.

"airin?" diena membaca tulisan yang ia tunjuk, lalu airin mengangguk, "ko kamu bisa kesini??" tanya diena, airin hanya diam, "kamu sekolah dimana?", diena bertanya lagi lalu tasya hanya diam.

"DIENAAA!" teriak natasya dari dalam rumah

"eh kaka aku udah pulang, aku masuk dulu ya" pamit diena ke airin.

diena berlari kecil menuju natasya, "dari mana??" tanya natasya ke diena yang baru saja menghampirinya, "dari luar, kenapa?"

"emngnya punya temen main di luar??" tanya natasya

diena terdiam sebentar "pu- punya!!" tuh dia lagi duduk di bawah pohon

"hah? pohon? manaa? gada siapa siapa??"

"ishhh ittt..." diena menunjuk pohon besar itu dan airin sudah tidak ada di situ, "udah pulang kali dia..."

"Halah"

lalu diena geram dan ia pergi ke dapur menghampiri revan.
"ka revan tadi ada telfon tapi dari telfon itu gaada suaranya," ucap diena sambil melihat revan yang sedang memasukan makanan ke dalam kulkas

"telfon? dari siapa??"

"gatau, orang telfonnya gaada suaranya, diena udah teriak teriak tetep gaada suaranya"

"emng telfon yang di mana?"

"yang di ujung lorong deket kamar diena", revan terdiam, diena melihat ke arah revan, "kenapa ka??"

"ohhh, ng-ngga, ya jelas lah gaada suaranya, orang itu telfon rusak.."

"ohh bener kan dugaan diena, pasti itu telfon rusak.."

"iya mau di ganti tapi lupa terus, dan sayang juga sekarang kan udah ada smartphone pasti orang orang nelfon lewat smartphone"

"oh iya ya, tapi kenapa itu orang yang tadi nelfon ga lewat smartphone aja ya..."

"ya mungkin orang itu gapunya smartphone..."

"hahaha, jaman sekarang gapunya smartphone?? anak baru lahir aja udah magang smartphone ka"

revan berdiri tegak menatap diena yang sedang bersender di tembok, "ya mungkin smartphonenya rusak dia belum sempet ganti, udah yu ke ruang tengah"


***

comment + vote

@sltnzidan44

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ghost friendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang