Bohong kalau Sharon bilang ia tak dibuat geli ketika membaca suratnya sepuluh tahun lalu.
❝𝒑𝒓𝒐𝒅𝒊𝒈𝒚❞
「October 23rd, 2009There are many things happen today. rain, jacket and school radio. Meski tak semua hal berjalan baik, tapi aku menikmatinya, terlebih ketika aku berhasil ditarik ke dalam iris pekatnya」
Sharon tertawa pelan. Surat yang ia buat pada dekade lalu benar-benar menggelitik perutnya.
Bernolstagia katanya. Surat itu membawanya terbang kembali ke sepuluh tahun yang lalu. Saat itu, untuk pertama kalinya ia jatuh hati.
Pipinya memerah. Rasanya aneh bahwa dirimu yang dulu dengan naifnya menulis lelaki impianmu. Entah itu menjadi nyata atau tidak.
❝𝒑𝒓𝒐𝒅𝒊𝒈𝒚❞
|Flashback
“Sharon!” Panggil Bambam tepat ketika ia melangkahkan kaki keluar kelas. Bel baru saja berbunyi namun Bambam sudah duduk manis di kantin. Oh ya, kebetulan sekali kelas mereka dan kantin berhadapan.
“Miles mana?” Tanya Sharon ketika sahabat jangkungnya satu itu belum menampakkan batang hidungnya sampai sekarang
“lah lo gatau Shar? Miles kan baru gabung club”
Sharon menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Mengetahui Miles ikut kegiatan club jauh lebih aneh daripada tak menemukan eksistensi Miles di kantin. Itu menurut Sharon.
Beberapa waktu setelah menyeruput habis teh lemonnya Sharon bangkit dan beranjak ke perpustakaan. Sebelumnya ia sudah bilang kepada Bambam sehingga sepupunya ini tak merengek ingin ditemani. Toh, paling sebentar lagi Lisa, akan datang.
The moment I first met you
I remember I couldn’t breathe
In case you heard me
In case you noticed, I felt so anxious, I remember
Lagu cinta diputar dengan pengeras suara sehingga orang yang berada di sekitar dapat mendengar dengan jelas. Sharon mendongak kearah speaker di dekatnya. Bertanya-tanya siapa anggota club radio yang tengah dimabuk cinta, atau lagu ini hanya request semata. Apapun ini, mereka punya selera yang bagus.
Setelah melepas sepatunya, Sharon masuk ke perpustakaan. Lagu yang diputar masih dapat di dengar dengan jelas. oh ya, ruangan club radio dan perpustakaan bersebelahan karena itulah suara musik dari club radio tak terasa pudar meski langkah mulai menjauh.
Bukankah seharusnya club radio tak boleh berada dekat perpustakaan sehingga perpustakaan tidak berisik dan mengganggu konsentrasi?
Seharusnya begitu. Namun memang peminat perpustakaan sedikit dan jarang dikunjungi murid, juga penggemar club radio semakin bertambah membuat mereka membutuhkan ruangan yang layak. Satu-satunya ruangan yang tersisa adalah ruangan di sebelah perpustakaan. Itu alasannya.
Sharon berjalan menyusuri tiap gang yang dibatasi dengan rak buku. Mencari letak rak novel yang tak kunjung ia temukan. Terakhir kali Sharon kesini buku-buku tak sebanyak ini sehingga tak sesukit ini untuk mencari target bacaannya.
Langkah Sharon kemudian diarahkan menuju bagian belakang perpustakaan. Jari telunjuknya tak berhenti bergerak aktif ditiap-tiap buku.
Sharon melihat ke sekitarnya ketika lagu yang diputar oleh radio sekolah masuk ke bagian chorus. Gadis itu ikut bersenandung.
Matanya kemudian menangkap sosok dari ruang radio yang hanya dibatasi oleh jendela kaca. Mendapati seseorang yang membuatnya terkejut untuk ditemui disini.
Gerak-gerik pemuda disana diperhatikan dengan baik oleh Sharon. Pemuda itu tampaknya tak sadar bahwa ada yang mmelerhatikan sehingga ia meneruskan kegiatannya.
❝𝒑𝒓𝒐𝒅𝒊𝒈𝒚❞
Sudah setengah jam Sharon menunggu tapi hujan tak kunjung reda. Rencananya hari ini ia akan pulang cepat dan memasak, tapi sepertinya harus diundur.
Sharon tak gusar karena tangisan langit, tapi ia juga tak begitu sabar untuk menghadapinya. Cuaca semakin dingin sedangkan seragam sekolahnya sangat tipis. Ia perlu menghangatkan tubuhnya dengan sesuatu. Seperti tas kalau saja tasnya tak disiram langit
“Sharon?”
“ehㅡ”
“lo tumben sendirian. Yang lain mana?”
“Bambam sama Lisa cabut tadi”
“Kok kamu tumben baru pulang?”
“Oh, abis club tadi”
Sharon ber oh ria. Ini pertama kalinya Sharon bertemu pemuda 180an ini hari ini.
Suasana hening. Sharon benar-benar tak tau apa yang ingin dibicarakan ketika hanya berdua begini. Jangan salahkan dirinya yang memang pemalu. Atau bahkan pemuda disebelahnya ini.
“Shar?”
“Iyㅡ”
Sharon hampir saja memekik ketika tiba-tiba mendapat perlakuan romantis seperti ini. Jantungnya hampir meledak ketika pemuda disebelahnya memasangkan jaket yang sedari tadi ia kenakan. Membuat Jantung Sharon berdesir ketika pemuda itu menatapnya dalam dengan senyum manisnya yang diulas.
“yuk aku anter pulang!”
jangan tanyakan bagaimana perasaan Sharon sekarang.
❝𝒑𝒓𝒐𝒅𝒊𝒈𝒚❞
mungkin ada yang mau main tebak-tebakan,
•siapa cowok yang ada di club radio
• siapa cowo pas hujan📩mohon kritik dan sarannya