Ara menatap lelaki di depannya dengan tajam. Dia mengerutu saat melihat lelaki itu membalas tatapannya dengan senyum menyebalkan. Ara kesal setengah mati, dia ingin kabur dari sini.
Jujur, jika Ara tak ingat siapa pemuda ini, sudah pasti dia akan terpesona dengan mata hitam itu. Meski matanya juga memiliki warna yang sama, tetap saja mata Aris sangat memikat. Namun, tidak dengan pemiliknya yang super duper menyebalkan.
Aris Pramudha Putra, nama lengkap lelaki yang tersenyum sejuta watt itu. Lelaki yang berstatus hanya sekadar kenal untuk beberapa tahun lalu. Akan tetapi, status itu kini dipertanyakan.
Tiga hari yang lalu, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, ibu dan ayah Ara mengatakan akan menikahkannya seminggu lagi dengan anak sahabat lama mereka. Ara menolak tentu saja, mana mau dia menikah dengan lelaki tak di kenal. Mau jadi apa hidupnya nanti. Jika mendapat masalah dan kesulitan dalam pernikahannya juga dia sendiri yang akan rugi. Bukan keluarganya.
Namun ultimatum sang papa membuat Ara terluka. Dia tak diizinkan menolak sama sekali. Meski sudah memohon dan menangis, orang tuanya tetap berkeras dengan pilihan mereka.
Ara yang tak terima tetap menolak, dia kabur ke kamar. Tidak keluar dan makan seharian dengan harapan orang tuanya akan luluh dan membatalkan niat jahat tersebut.
Tapi perkataan sang papa di suatu malam membuat Ara tak berkutik.
Sial memang, ini semua karena sumpah yang Ara ucapkan beberapa tahun lalu saat dia tidak mau meneruskan usaha keluarga. Kala itu dia bersumpah akan menuruti kemauan lain orang tuanya asal diizinkan menjadi chef. Apesnya sampai sekarang pun mimpinya belum terwujud.
Akan tetapi kenapa mereka memintanya menikah? Secepat ini pula?
Ara belum siap, dia masih ingin bermain dengan bebas tanpa ada tanggung jawab mengurus suami dan anak. Membayangkannya saja dia ingin menangis.
Usianya memang sudah 25 tahun. Sudah cocok menyandang status istri. Namun, tak secepat ini juga, kan? Dia belum siap.
Lagi pula dewasa bukan di ukur dari segi usia.
Berbagai usaha dan upaya telah dia lakukan untuk membatalkan niat orang tuanya itu. Namun, semua gagal. Ini adalah cara terakhir yang dia pikirkan untuk membatalkan perjodohan itu. Berbekal merayu sang Ibu, dia berhasil mendapat kontak orang yang akan dijodohkan dengannya. Tanpa membuang kesempatan lagi, dia langsung menghubungi dan meminta bertemu sekarang juga.
Namun, Ara harus dibuat terkejut sekali lagi saat melihat siapa orang yang akan dijodohkan dengannya. Dunia tak selebar daun kelor, kan? Tapi kenapa dia harus dijodohkan dengan Aris, mantan teman seangkatan saat SMA, dia dan lelaki itu juga satu universitas. Pantas saja orang tuanya bilang dia mengenal dan akan sangat menyukai calon suaminya.
"Jadi, ada apa calon istriku mengajak bertemu hari ini? Sudah kangen, kah? Bukannya kita baru berjumpa pagi tadi."
Mendengkus, Ara menatap lelaki itu dengan sinis. Menggeleng Ara mengalihkan pandangan. Terlalu percaya diri.
"Ara,” panggil Aris tersenyum tipis, dia melempar kentang goreng ke piring gadis itu guna mendapat perhatian. Dia tak suka diabaikan, apalagi dengan calon istrinya ini. Aris langsung tersenyum lebar saat sepasang mata hitam itu kembali menatapnya. "Ada apa ingin bertemu? Merindukanku ya?”
Kembali mengalihkan pandangan, Ara tetap tutup mulut. Dia sedang menyusun berbagai macam skenario untuk mengajak lelaki menyebalkan di depannya ini kerja sama. Seratus persen Ara yakin akan sulit, tapi tak masalah asal usahanya membuahkan hasil yang baik.
"Ara... hello?"
"Apakah kamu menerima perjodohan ini?" tanya Ara menyamankan posisi duduk. Pertanyaan itu sudah bersarang di kepala, sejak pertama kali dia tahu siapa lelaki yang akan dijodohkan dengannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before Marriage
Roman d'amourAra membenci Aris, lelaki itu sangat menyebalkan di matanya. Ara juga benci Aris karena lelaki itu telah mencuri ciuman pertamanya. Ciuman yang dia jaga dan akan dipersembahkan untuk kekasihnya pertamanya kelak. Tapi Aris menghancurkan segalanya.