MR (Memori itu bernama kenangan)

24 5 7
                                    


Rembulan menatap sendu pada gundukan tanah yang ada di hadapannya. Gundukan yang di tancapkan batu nisan di atasnya.
"Muhammad Irfan Irsyadi"

Begitu membaca tulisan yang tercetak jelas di batu nisan berwarna putih itu, seketika Rembulan merasakan sakit yang luar biasa. Luka yang tak kunjung sembuh.
Air mata terus mengalir bagai mata air kehidupan yang takkan pernah berhenti.
Rasanya.. kejadian beberapa bulan yang lalu masih teringat jelas. Di setiap detiknya, di setiap menitnya, di setiap jam. Bahkan kejadian itu tergambar jelas di ingatan Rembulan.
Bagaikan sebuah film layar lebar yang terpampang dengan jelas alur cerita itu. Menyakitkan, bahkan terlalu sakit untuk di ingat.

"M.. ma..ss.." bibirnya bergetar hebat, tak mampu meneruskan kata.
Rembulan menatap sendu pada kuburan Irfan. Dengan penuh kasih sayang Rembulan menyirami gundukan tanah itu dengan air do'a.

"Allahummagfirlahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu anhu.."

"Mas... Mas Irfan tau tidak? Se.. sebe.."
Hiks... Hiks..

Bahunya bergetar hebat, tidak ada orang sama sekali di TPU marga asih. Rembulan menangis semakin menjadi-jadi.
Sebenarnya, Sampai saat ini pun ia tak bisa mengikhlaskan kepergian lelaki yang sangat di cintai nya itu.
Tetapi... Abah tak pernah bosan Untuk mengingat kan Bulan untuk selalu ikhlas dan sabar menghadapi takdir Tuhan yang kadang diluar rencana kita.

Setelah satu jam lamanya berada di makam, rembulan tertidur di dekat pusara sang suami.

"Neng... Neng.. bangun Neng.."

Rembulan mengerjap kaget, pandangan nya masih kalang kabut. Lalu beberapa detik kemudian, dia sudah bisa melihat dengan jelas.

"Eh.. maaf pak.."

"Gak baik Neng tidur di kuburan, Neng segera pulang aja. Istirahat di rumah" ucap pak Tono, penjaga makam.

Rembulan berdiri dan segera membereskan bekas botol yang berserakan. Lalu bergegas pergi.

"Kasihan kamu neng.. masih muda sudah jadi janda.
Irfan beruntung sekali mempunyai istri yang selalu menjenguk nya setiap hari tanpa satu hari absen"
Ucap pak Tono sambil berlalu pergi.

Sepanjang jalan.. pikirannya selalu teringat pada seorang pria yang di cintai nya.
Yang takkan mungkin bisa ada di dunia dan bersama-sama lagi dengan nya.

"Neng bulan .. udah dari makam ya?"

Sapa salah satu warga yang sedang memilih sayuran di gerobak sayur keliling.
Sedangkan yang lainnya masih sibuk memilih.

"Iya Bu, mari.. permisi"
Ucap rembulan sopan

"Eehh ehh lihat tuh si bulan .. rajin amat setiap hari bolak balik makam"

"Iya bu.. setiap pagi pasti aja ke sana, gak ada bosennya"

"Iya betul, tohh kalo sering juga gak bakalan hidup lagi"

Rembulan berjalan melewati warga yang asik dengan pembicaraan nya.
Rembulan merasakan ada sesuatu yang sangat menyakitkan ketika kata kata itu terdengar olehnya.

Air matanya menetes.. sakit.

Kenapa mereka berbicara seperti itu? Apakah kau tak pernah merasakan sakitnya di tinggal seorang yang terkasih?
Bukan kah untuk mencintai kau tak perlu mata?
Kau hanya memerlukan hati untuk merasakan sebuah cinta.

"Bu-- loh kenapa neng?"

Rembulan tidak menjawab pertanyaan abah, dia memilih untuk langsung pergi ke kamar.
Menangis sejadi jadinya.
Meluapkan rasa sedih dan kesal terhadap sebuah tangisan.

"Mereka tak pernah tau betapa sakitnya hati ini... hiks.."

Tok..tok..tok..
"Neng.. kamu pasti di omongin warga lagi ya? Sudahlah.. kata abah juga apa neng.. kamu gak usah sering menziarahi makam irfan.. berdo'a dari sini pun sampai.. percayalah"

Abah, salah satu orang yang selalu mengerti keadaan bulan saat ini. Tak pernah bosan.. tak pernah lelah.. tak pernah merasa capek ketika menasehati anak semata wayang nya untuk tetap tegar menghadapi setiap ujian.

Rembulan menangis, ketika mendengarkan wejangan abah di balik pintu.
Beberapa detik kemudian dia bisa mendengar langkah kaki abah yang mulai menjauh dari balik pintu kamarnya.

"Mas irfan... hiksss ..hikss" wanita itu sangat rapuh.. teramat rapuh. Bahkan untuk mengucapkan kata rindu pun butuh waktu yang lama. Karena di setiap kata, selalu di hapit oleh tangisan.



...

Plis dehh warga... jan julid julid sama neng bulan hehe auto kasiaaannnnnn banget dehh neng author huhuuu

Jangan lupa tinggalkan VOTE DAN KOMEN YAAAA SELALU PALING DI TUNGGU.. HEHE

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENCINTAI REMBULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang