Bab 1 - Pak Tua itu Kekasihku

0 0 0
                                    

Udara sore itu terasa sedikit dingin dan angin berhembus cukup kencang. Namun gadis dengan surai hitam itu masih setia berdiri menatap jalanan tengah kota di balkon apartemen. Kedua tangannya menyilang memeluk tubuh rampingnya. Dress dengan motif bunga yang ia kenakan menari indah tertiup angin, namun itu sama sekali tidak mengganggu gadis itu.

Tiba-tiba kedua tangan kokoh memeluk perutnya dari belakang, gadis itu tersenyum menyadarinya. Ia memejamkan matanya, jantungnya berdetak tidak karuan seperti gadis abg yang sedang jatuh cinta meski hubungannya sudah menginjak empat bulan dengan pria jangkung yang kini tengah memeluknya.

"Aku membuat teh manis untukmu" ucap Pria itu masih memeluk gadis bernama Salma itu.

Salma tersenyum, "Terimakasih" ucapnya lalu berbalik menatap Pria dihadapannya. Tak henti-hentinya senyum Salma mengembang.

"Bukankah aku sangat memanjakanmu" goda Pria jangkung bertubuh kekar dengam kulit kecoklatan itu.

"Iya aku tahu. Kau berjanji kepadaku, akan memperlakukanku seperti bayi kecilmu" ucap Salma. "Lagipula aku merasa sangat muda" tambahnya mengerling jahil menyindir pria yang dianggapnya sangat tua untuknya.

"Kau tahu, aku merasa sangat beruntung memilikimu" pria bernama Randi itu menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga gadisnya itu, "Kau sangat cantik dan apa adanya. Kau membuatku jatuh cinta padamu setiap hari" ucapnya dengan tatapan lembut.

Salma tersenyum mengembang, "Kau mengucapkan itu hampir setiap hari pak tua" balas salma diakhiri dengan kekehan kecil.

"Aku merasa sangat muda saat bersamamu" ucapnya.

"Seharusnya memang begitu" Salma menahan tawanya. Ia menatap mata Randi yang selalu memancarkan kehangatan dan membuatnya nyaman. Tangan salma merayap menyentuh wajah pria yang kini sedang menutup mata merasakan sentuhan Salma. Tangan salma berhenti di hidung Randi lalu sedikit mencubitnya. "Aku menyukai hidungmu" ucapnya.

Randi membuka matanya, "Lalu apalagi yang kau sukai?" Tanyanya.

"Matamu, bibirmu, lesung pipimu, senyummu. Semua hal kecil tentangmu aku menyukainya" jawab Salma menunjuk bagian wajah Randi yang baru saja ia sebutkan.

"Aku ingin menciummu" ucap Randi menatap mata Salma dengan intens.

"Jangan menggodaku" Salma mencubit kedua pipi Randi yang membuat pemiliknya mengaduh kesakitan meski itu bukanlah cubitan kasar.

Salma tertawa melihat wajah Randi yang memerah lalu ia menepuk-nepuk pelan pipi Randi. "Kau tidak pantas bertingkah sok imut, usiamu sangat tua untuk melakukannya" ucapnya.

Randi melotot lalu menarik pinggang Salma dan memeluknya, "Iya aku sangat tua, jangan mengejekku terus. Kau membuatku ingin mengikatmu di tempat tidur lalu menggelitik kakimu" ucap Randi sedikit berbisik di wajah Salma.

Salma membulatkan mulutnya, "Oh aku sangat takut" ucapnya bertingkah seolah ketakutan lalu ia berlari sembari tertawa keras masuk ke kamar di susul oleh Randi yang mengejarnya.

"Aku baru tahu saat kau takut, kau akan tertawa" teriak Randi mengejar Salma yang kini berlari memutar mengelilingi kamar, naik ke tempat tidur lalu meloncat kesana kemari.

"Aku memang aneh" balasnya lalu meloncat ke atas sofa berwarna putih gading. "Menarik dan juga seksi" tambahnya sambil tertawa lalu turun dari sofa.

"Sangat seksi dan membuatku ingin segera menikahimu" ucap Randi sembari mengatur nafasnya. Ia mulai merasa lelah mengejar gadis muda kekasihnya itu.

Langkah Salma terhenti saat merasakan kakinya menggores sesuatu dan membuatnya berdarah. Ia menatap horor kakinya lalu menatap Randi yang kini juga tengah menatap kaki Salma.

Before Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang