Bab 4 - Jason Pergi

3 0 0
                                    

Salma mengerjap-ngerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke indera penglihatannya. Ia segera meraih handphone yang sejak tadi berdering seolah memanggil-manggil namanya.

"Hallo." Sapanya setelah menyentuh tombol berwarna hijau.

"Sayang, kau baru bangun tidur?" Tanya seseorang di seberang sana yang tidak lain adalah kekasihnya.

"Iya. Aku sangat kelelahan." Jawab Salma dengan mata yang menutup kembali. Sialnya kasur baru nya terasa sangat nyaman membuatnya ingin berlama-lama menikmati tidurnya.

Salma dapat merasakan Randi tersenyum di seberang sana, "Maaf aku sangat sibuk tiga hari lalu, aku baru bisa menghubungimu."

"Tidak apa-apa." Meski matanya tertutup ia tersenyum hambar. Sering kali sangat sibuk, sampai satu detik pun tidak ada waktu untuk mengabarinya -lanjutnya dalam hati.

"Aku akan segera pergi bekerja. Jaga dirimu baik-baik." Baru saja Salma akan menjawab namun Randi sudah menutup telponnya. Hal itu membuat Salma mengernyit heran, tidak seperti biasanya. Bahkan pria itu tidak mengatakan cintanya sebelum menutup telpon.

Mungkin sangat sibuk -begitu pikirnya sebelum akhirnya ia bangkit dari tempat tidurnya.

Tiga hari ini ia sangat kelelahan karena ulah Jason yang telah berhasil membuat kontrakan sederhana menjadi seperti apartemen mahal. Jason mengganti semua barang-barangnya dengan yang baru. Semua barang. Bahkan sendok garpu pun Jason membelilannya yang baru.

Salma hanya tidak ingin merepotkan siapapun. Lagipula barangnya pun masih layak digunakan meski jauh dari kata mewah. Baginya, Jason hanya bingung bagaimana menghabiskan uangnya sehingga ia merubah seisi kontrakannya dengan yang baru.

"Aku hanya menggunakan seperempat gajiku yang ku dapatkan setiap bulan untuk make over kontrakanmu yang sudah usang ini." Itulah yang dikatakan Jason satu hari yang lalu. Jason jelas bukan menyombongkan uang miliknya, ia hanya terlalu berinisiatif membuat kontrakannya nyaman.

Baru saja Salma selesai merapikan tempat tidurnya, ketukan di pintu sudah terdengar membuatnya menghela nafas. Ia sudah tahu siapa yang mengetuk pintu, bukan mengetuk melainkan lebih dari menggedor keras pintunya.

"Kau benar-benar menghabiskan waktu liburmu denganku."

Sosok Jason tersenyum lebar saat Salma membuka pintu dengan wajah bangun tidur dan kesal. Kini pria itu menenteng sebuah paperbag yang entah apa isinya. Segera ia menyerobot masuk lalu duduk di sofa baru yang sangat empuk yang ia beli dua hari lalu.

"Apalagi?" Salma lalu duduk di sampingnya.

Jason segera membuka paperbag dan menarik keluar sebuah kotak yang tidak lain adalah kotak handphone. Dari kotak yang Salma lihat, ia yakin harganya jauh lebih mahal dari handphone miliknya.

"Aku membelikanmu handphone baru." Jason menujukan sebuah handphone warna gold dengan logo apel di gigit.

"Bisakah kau tidak menghabiskan uangmu untuk hal-hal yang tidak di perlukan?" Salma frustasi ia menendang-nendang kaki Jason yang dibalut sepatu seharga satu unit motor sport.

"Tidak bisa." Jawabnya lalu menyentuh layar handphone yang berbentuk kamera. Tidak lama ia memotret wajah Salma. "Lihat, ini handphone bagus. Handphone mu sudah kuno dan jadul." Tambahnya lagi yang semakin membuat Salma jengkel.

"Handphone itu masih berfungsi. Aku tidak akan menerimanya."

Jason hanya mengedikan bahunya acuh. Ia tidak menghiraukan ucapan Salma.

Salma bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamar mandi. Ia perlu mendinginkan kepalanya saat menghadapi Jason - pria kelebihan uang.

"Ayo pergi makan bubur Rindu lagi." Jason berteriak saat mendengar suara air mengguyur dari kamar mandi.

❤🖤❤

Tidak biasanya Salma cemberut saat menikmati bubur Rindu. Bahkan ia lupa menambahkan sambal dan mengaduk buburnya. Ia tampak terpaksa menerima ajakan sahabatnya yang pagi ini sukses membuat gadis itu kesal bukan main.

Bagaimana ia tidak jengkel, setelah mandi Salma melihat handphone yang sudah sejak lama menemaninya rusak. Tepatnya di rusak oleh Jason. Pria itu dengan sengaja menjatuhkan handphone Salma yang membuat layar handphone nya pecah.

Seharusnya Salma tidak mempercayai Jason yang diam-diam menjengkelkan. Pria itu tidak akan menyerah hanya karena Salma menolak pemberiannya.

"Wajahmu semakin jelek saat cemberut begitu." Ucap Jason setelah menelan satu sendok bubur terakhirnya.

Salma semakin cemberut dibuatnya. Gadis itu bahkan tidak menghabiskan sarapannya.

"Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."

Salma memutar bola matanya, "Katakan saja. Biasanya kau melakukannya tanpa bertanya dahulu."

"Malam ini aku kembali ke Amerika."

Salma menatapnya. Kini wajahnya tidak terlihat jengkel. "Kau bilang satu minggu, ini baru empat hari." Nyatanya Salma masih merindukan Jason. Ia tidak rela jika pria itu akan segera kembali.

"Ada pekerjaan mendadak yang harus segera aku selesaikan." Jawab Jason. Ia juga menatap wajah Salma yang berubah sedih. Begitu menggemaskan.

"Tidak bisakah kau kembali besok malam." Pinta Salma dengan mata berkaca-kaca.

Jason menggeleng, tangannya terangkat untuk mengelus pundak Salma.

"Lalu kapan kau akan kembali ke sini lagi?" Tidak bisa di tahan akhirnya Salma menangis lalu memeluk Jason. Jason mengusap-ngusap puncak kepala Salma dengan sayang. Mereka berdua terlihat seperti seorang kekasih yang akan berpisah.

"Aku akan menyempatkannya jika ada waktu luang. Secepatnya." Jawab Jason.

Jason masih saja mengelus puncak rambut Salma dengan lembut. Meskipun galak namun Salma masih saja cengeng. Tidak bisa dibohongi, Jason begitu menyayangi sahabatnya itu.

"Tadi saja kau cemberut dan marah-marah padaku, sekarang menangis seperti anak kecil." Ucap Jason berusaha membuat suasana hati Salma sedikit berubah.

❤🖤❤

Salma masih memeluk Jason dengan erat. Kini mereka berada di depan tv di rumah Jason. Rencananya ia akan mengantar Jason ke bandara malam ini. Sementara tangan Jason menepuk-nepuk punggung Salma dengan pelan.

Mereka terlihat seperti pengantin baru kali ini. Televisi yang menayangkan acara yang di pandu Ayu Ting Ting terlihat tidak menarik. Salma seperti tidak ingin melepaskan Jason untuk kembali ke Amerika.

"Kau bisa menyusulku kesana kapanpun kau mau." Begitu yang di ucapkan Jason namun tidak bisa merubah kesedihan Salma.

Irene datang dengan satu toples kacang Bandung. Lalu wanita itu duduk di sofa single.

"Bulan depan kita bisa menyusul kesana." Irene pun berusaha menghibur Salma yang bertingkah seperti anak kecil. Salma merubah duduknya dan melepaskan pelukannya namun masih menggenggam tangan Jason.

"Atau kau ingin pergi denganku malam ini? Kau bisa tinggal bersamaku disana." Goda Jason sembari mengedipkan sebelah matanya.

Salma memukul lengan Jason, "Itu bukan ide bagus." Jawabnya ketus.

"Memangnya pekerjaannya sangat penting sampai kau tidak bisa meninggalkannya?" Tanya Irene.

"Pekerjaannya hanya membutuhkan Jason, Ma. Jadi sangat penting." Jawab Jason.

"Kau tidak pernah memberitahu Mama tentang pekerjaanmu." Irene menatap intens Jason memastikan jika putera nya tidak berbuat hal yang tidak-tidak.

Jason terkekeh, "Jangan khawatir, Ma."

"Ingat! Jangan sampai kau bermain-main dengan anak gadis orang disana."

"Tidak akan, Ma." Jawab Jason dengan senyum lebar.

❤🖤❤

Yang suka sama Jason kasih bintang dong❤

Before Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang