iv. permisi bayu.

353 68 14
                                    

kamu pernah melewati hari-harimu dengan senyuman manis, dan semangat yang membara. langkahmu tegas dan yakin, pikiranmu jernih, senyum tak pernah lepas dari wajahmu. dulu, hidup begitu mendebarkan bagimu.



kamu ingat betul hari dimana orang-orang memujimu; mengatakan hal-hal indah tentang cara dan hasil kerjamu yang memuaskan. kamu tersenyum sangat lebar. matamu berbinar, bunga-bunga di perutmu bermekaran: rasanya menakjubkan.


namun, ada hari dimana semuanya terasa hancur. kerja kerasmu dianggap remeh, senyumanmu menghilang, raut wajahmu lesu. matamu sayu, hatimu pecah perlahan: rasanya menyakitkan.



sudah lama kamu merasa seperti kehilangan jiwa. bergerak hanya karena kebutuhan. haris bilang itu normal. katanya, ia juga pernah seperti itu. sedangkan aruna menggeleng, saat ditanya perihal jiwa yang mati. dengan helaan napas, ia menjawab: "udah biasa. satu tahun lalu gue kayak gitu, tapi namanya hidup, pasti ada fase dimana kita bosen mampus ngejalanin rutinitas."




rasanya seperti kamu sudah tahu hal-hal apa yang akan terjadi jika kamu melakukan hal ini, yang seharusnya bisa membuatmu cemas. tapi jiwamu seperti sudah mati; kamu pasrah, sudah terlalu banyak hal yang kamu lewati.






ah iya, sekarang hari minggu. pagi ini kamu harus berurusan dengan hira dan dami yang kembali bertengkar dengan topik argumen olahan telur.




dami yang duduk di sampingmu bersikeras beranggapan kalau telur setengah matang tidak layak konsumsi, dengan alasan kuning telur belum matang. hira menanggapi dengan helaan napas kasar, dilanjutkan dengan bantahan kalau telur setengah matang itu layak konsumsi karena sudah dimasak terlebih dahulu.





kamu berdiri, sembari menggenggam erat piring berisi nasi uduk, kamu berjalan menuju ruang tengah, meninggalkan dua orang yang sedang beradu opini di meja makan.




ini lucu. jiwamu mati, namun ada jiwa-jiwa lain yang dengan yakin menyampaikan opini mereka tentang olahan telur. di pagi hari.





kamu tertawa. "udah, ah, apa aja enak. mau mateng mau setengah mateng, sama enaknya." kamu berusaha menengahi diskusi dami dan hira yang nyaris berakhir menjadi pertengkaran. hira menghela napasnya, kemudian menenggak gelas berisi air mineral. sementara dami kembali melanjutkan sarapannya.


"ini nasi uduknya beli dimana tadi, kak?" dami bangun dari kursinya, bertanya kepada hira selaku jasa titip nasi uduk pagi ini, dan mengambil segelas air mineral.



"samping toko thai tea, yang kalo lo balik tutup mulu," jawab hira. "emang kalo siang-siang nasi uduk nggak laku, ya?" dami kembali bersama segelas air mineral yang tadi ia ambil. "mungkin? sama kayak bubur," jawab hira sebelum ia menyendok nasi uduk yang sedikit lagi habis di hadapannya.


"eh? tapi di deket stasiun ada tukang bubur bukanya malem-malem,"

kamu menghela napasmu.


"dimana nya?"

"ada, di sebrang stasiun."

"yang beli banyak?"

"banyak! waktu itu aku ngantri,"

"emang enak apa malem-malem makan bubur?"

"emang nggak boleh? ada undang-undangnya?"

"gue nanya doang loh? kok lo sewot banget?"


sepertinya akan ada adu argumen sesi kedua pagi ini.





∘∘∘






Bayu @ccbayu
Permisi Bayu yang ketiga udah bisa didengerin di Spotify! Have a great day semuanya. 😊




podcast malam hari. ✩ hwang hyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang