E Ra

6 0 0
                                    

Emosiku naik ke ubun ubun, ketika melihat Era lama sekali muncul. Pekerjaan yang menumpuk pemicu emosiku, ingin rasanya ku cincang menjadi berapa bagian.

Dan rasa kantuk yang campur aduk membuatku semakin emosi dan tidak tenang. Wajar saja mata tinggal satu garis, seharian kemarin aku kelelahan dan malamnya ku paksa mata ini menemaniku mengerjakan laporan hingga azan subuh berkumandang. Setelah sholat subuh akhirnya kelopak mata ini pun menguncup bersama iringin angin malam.
***

Siang hampir menjelang sore, sudah berjam jam aku menungguinya. Tetapi sampai detik ini pula Era masih menghilang, tak tahu entah kemana. Aku membatin, kemanakah Era pergi?
Dan pertanyaan itu hanya sampai di kerongkonganku saja, tak terucap.
Dan mereka menertawakan ku yang asyik kesana kemari, seperti anak ayam yang kehilangan emaknya.

Setelah berjam jam menunggu, tetiba Era muncul entah dari mana datangnya.
Dan langsung saja semangatku mulai bangkit, sebab itu pertanda Era akan segera selesai sore ini, E-raport sungguh melelahkan, belum lagi ngeprint dan tanda tangannya. Kriting nih jari jari.

By: Pena Tanpa Nama (MH)

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang