7.00 pm. Aku tiba disini, bersama teman yang lain. Meninggalkan negara tercinta demi mengenyam pendidikan dan menambah daftar pengalaman yang sekiranya berharga.
Siem Reap international airport. Cukup sepi dari yang dibayangkan, kau harus berjalan sekitar 10 meter untuk masuk ke dalam. Saat itu sedang hujan, untung hanya gerimis. Kami segera berjalan ke dalam bandara, tanpa sempat berfoto untuk kenang"an.
"Gausah foto, udah gelap. Lagian hujan, Aku gamau rambutku basah" kata Kharis sambil melindungi kepalanya dari rintik hujan dengan kedua telapak tangannya. Yang lain sih iya iya saja, kecuali si Bagus yang sudah siap dengan handphone di tangannya. Wajahnya seperti tak rela jika harus melewati moment yang berharga seperti ini.
Setelah melewati beberapa tahap administrasi yang membuat kaki berteriak ingin diistirahatkan, hingga kami ditertawakan petugas visa karena pronounce kata Battambang yang salah. Kami menuju ke tempat penjemputan. Kami dijemput dengan van yang sederhana. 'Tak apa, asal kaki ini bisa istirahat' kataku dalam hati.
Van yang kami tumpangi cukup luas, 2 orang di depan adalah abang yang menjemput kami. Syafil, Wahyu, dan aku dibangku 2. Sedangkan bangku 3 ditempati Bagus, Manda, Aslam dan Kharis. Koper? Tentu saja ada di bagasi. Kami tidur nyenyak selama perjalanan.
Membutuhkan waktu 3 jam untuk tiba di tempat penginapan a.k.a asrama. (Ditambah 1 jam. Sebab Bagus sudah tidak tahan untuk menahan kencing sendari di pesawat).
Kami tiba tidak pasti pukul berapa, sebab kami turun dari van dalam keadaan seperti mabuk. Seingatku Ada 3 kakak tingkat yang menunggu kedatangan kami. Mereka membantu kami mengangkat barang bawaan. Terutama barang-barang si Wahyu, karena dia sudah tak berdaya membawa, mabuk berat katanya.
Aku, Kharis, Wahyu, Manda dan Syafil (kecuali Aslam dan Bagus karena mereka laki-laki) diantar ke kamar yang akan kami tempati selama 6 bulan kedepan. Untuk menuju kesana kami harus menaiki tangga lalu belok ke kanan, ada lorong yang menghubungkan kamar 1 dan lainnya dengan 2 lampu sebagai penerang lorong itu.
"Disebelah sini kamar teman-teman dari Thailand" kata kak Iman sambil menunjuk ruangan disebelah kirinya.
Lalu dia masuk ke ruangan sebelah kanannya "ini kamar kalian".1
2
3Kami terdiam sesaat. Masuk dengan ragu-ragu, semua orang memikirkan hal yang sama. 'seriusan ini kamar kita?!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Perantauan
Non-FictionKisah dan pengalaman tokoh 'aku' di negeri orang. Based on true story, dengan sedikit perubahan nama tokoh agar lebih estetik~