3-1=?

6 0 0
                                    

Emang benar kata orang-orang, ekspektasi sama realita sering tak sejalan. Biasanya kalau dengar kata 'luar negeri' pasti mikir yang bagus-bagus. Pelayanan bagus, jalan raya bagus, fasilitas bagus, penginapan bagus, kamar bagus.

Itu dia, kamar..

Jauh sekali dari bayanganku dan teman-teman tentunya.

Kamar yang kami tempati memang lumayan luas, ada 2 lampu dinding diujung kanan dan kiri ruangan, 5 kasur yang sudah dilengkapi bantal dan selimut. Lemari? Meja? Jawabannya 'gak ada'.

"Ayo masuk" lamunan kami buyar saat kak Iman bersuara, lantas satu per satu masuk, menengok kanan dan kiri, bingung koper mau diletakkan dimana.

"Kopernya taru disini aja, besok pagi kita atur lagi." Semua setuju dengan usulan Manda, langsung meletakkan koper di sebelah kiri pintu.

"Kalian mau ke kamar mandi? Biar diantar sama si Lina" tawar kak Iman seakan menjawab pertanyaanku dalam hati. Jadilah kami mengekori kak Lina yang entah datangnya darimana.

Kami dibawa melewati lorong tadi, namun kali ini tidak melalui tangga yang sama. Ada tangga di belakang asrama, lebih curam dan tanpa atap, membuat permukaannya licin karena langsung terkena air hujan.

Kamar mandinya pun tidak sesuai ekspektasi. Ada 2 pintu masuk, sebelah kiri untuk wanita dan kanan untuk pria. Jika kau masuk kedalam, bak besar untuk menampung air langsung terlihat oleh mata, lalu di depannya ada 3 toilet yang berjejer.

"Aneh, kenapa bak nya harus dipasang disini ya. Mana besar banget lagi" komen Manda sambil memandang sinis ke objek yang tak bersalah

"Jangan-jangan mandinya diluar" balas Kharis mengada ngada

"Ihh sumpah ya, mending aku ga mandi daripada mandi bareng dan liat-liatan"

"Ndaa, bagi sabun dongggg" goda Kharis sambil menyilangkan tangan depan dada, memperagakan situasi mandi bareng

"Hihh jijikk ahh, gamau" eluh Manda dengan suara cemprengnya dan berakhir dengan tawa puas Kharis yang mendominasi kamar mandi.

Manusia PerantauanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang