Satu

26.3K 279 41
                                    

Part ini kupersembahkan untuk shashapecintanovel yang selalu nagih cerita Langit 😘😘😘

******************************
********************





Langit



Hari ini aku sangat lelah, akhirnya terungkap siapa dalang dibalik semua kejadian yang menimpa Camelia Soetedja, istri Abraham Soetedja. Esok lusa aku akan berangkat ke Rusia, dan aku belum tahu berapa lama tinggal di sana. Hidupku memang tidak punya kepastian.



Ponselku tiba-tiba berdering, nama Ayah angkatku tertera di layar.



"Ya Pi?."




"Kau sekarang di mana?"



"Baru sampai rumah Pi"



"Kau tidak rindu pada Papi?, sejak kau di Jakarta tidak pernah datang menemui Papi."



"Papi kan sedang tour?." Aku tertawa.



"Papi sekarang sudah di Jakarta dan besok malam kau harus datang di acara ulang tahun Papi. Kau juga sudah lama tidak datang ke rumah"



"Iya Papi."



"Kapan kau pergi dari Jakarta?, atau kau sudah ingin menetap di sini?"



"Lusa aku berangkat ke moskow"



"Kau tunda dulu!, lusa setelah kau harus menemani Papi memancing, kau jangan menolak!"



Aku menarik nafas.



"Iya Pi"



"Good. Ngomomg-ngomong apa besok kau akan membawa pacarmu?."



Aku tertawa karena perkataan Ayahku.



Ray Tahitu adalah penolongku, kalau aku bisa seperti sekarang, semua karena beliau. Aku mencintainya seperti Ayahku sendiri, dan mantan istrinya, Mami Jenia juga sudah seperti Ibuku sendiri, dia rajin meneleponku dan menayakan kabarku, dan pasti selalu bertanya kapan aku akan menikah.


Anak-anak Ayahku yaitu Ringgo dan juga kedua adiknya sudah aku anggap seperti saudara kandungku, begitu juga sebaliknya. Tapi ada yang satu orang yang tidak lagi menganggapku saudaranya, anak bungsu Ayahku, Rizka Joanna Tahitu.



Aku masih ingat bagaimana aku bisa menjadi bagian keluarga mereka.



"Ringgo, Roe, Papi mau mengenalkan seseorang pada kalia. Ini Langit, saudara kalian yg baru."



"Anak Papi dari Perempuan lain lagi?." Ringgo menatap Ayahnya sinis.



Papi Ray tertawa. "Bukan, dia selama ini tinggal sama Ibu Kasih dan Pak Burhan, dan sekarang Langit tinggal bersama kita"



Ringgo mengangguk, setelah dia tah aku dari panti asuhan milik keluarganya. Aku diam saja menatap kedua anak Ayahku saat itu. Mereka juga menatapku penuh penilaian.



"Nah satu lagi, yang di box itu, adik perempuan kalian, Rizka, umurnya baru enam bulan." Ayahku menunjuk seorang balita di dalam box yang tertawa melihat kami.



Aku melihat bayi perempuan, gemuk dan putih, matanya berbinar menatapku, lalu ia tertawa, saat itu pikiranku, dia seperti boneka hidup. Ringgo dan Ronan mengajakku bicara, tapi aku diam saja.



Aku yang sudah biasa menderita tidak terlalu percaya dengan siapapun. Aku tidak mengenal Ayah dan Ibuku.



Aku besar di tempat pelacuran, dan dari mulai aku bisa mengingat, aku sudah terbiasa hidup dalam kesusahan, sejak aku sudah bisa berjalan aku sudah dipaksa bekerja. Aku disuruh mengemis, mengamen, mencopet dan masih banyak lagi. Aku akan dipukuli kalau kerja lambat atau salah melakukan perintah.

Langit (Passionate Hurt #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang