A million dreams, 'banyak halu', cibiran hangat dari bibir sendiri.bukan sekedar cibiran tapi realita juga seakan-akan menampar tajam di pipi, sungguh memperkeruh suasana saja!. Akhirnya a million dreams seketika menjelma menjadi a million risk hingga melampaui metamorfosis kupu-kupu. Rumit! itulah proses yang tidak bisa di hindari. Planning yang sudah tersusun rapi seketika hancur lebur terbukur nestapa, apakah masih bisa di galih? Terdengar sedikit geli. Belum lagi persoalan cinta makin menjadi jadi, merusak segalanya! Ahh.. rasanya ingin terlahir kembali, Siall!!
But, thank you makassar tempat padi di tananam hingga berbuah sawah.
Tanah Ogi Wanuakku!! tempat ku akan bermuara memberika ribuan jawaban pasti.
Marillau ripuangnge, Natepu winasakku.Selamat berimajinasi Tokoh, Latar tempat, waktu dan suasana sindah mungkin. Selamat membaca! Mulai detik ini kita bersahabat 🌹
.
.**
"Suster.. tolong bapakku dari tadi mi kami menunggu. Nda mauka kenapa-kenapa bapakku""Sabar maki sebentar nah, belum pi datang dokter. Tenang mi dulu"
Gadis bugis itu terus menangis sedari sejam yang lalu sambil memegang erat kursi roda yang ditempati pria paruhbaya berusia sekitar 56 tahun.
..
"Dokterrrr.. tolong bapakku dokter" teriaknya sambil terisak.
"iya"
"Sabar nah dek, sesuai aturan di rumah sakit ini silahkan antri ki dulu sesuai nomor urutta" perintah suster di situ karena dari tadi sudah banyak pasien yang menunggu dokter yang sama di tempat itu.
"Tapi sus kita liat mi keadaannya bapakku kasian, masih tega ki suruhka antri?"
"sesuai aturan semua pasien masuk berdasarkan antrian dek, jadi silahkan menunggu nomor antriannya bapakta di panggil nah dan mohon tenang. Terima kasih perhatiannya"
"Tapii suss..... "
Suster meninggalkan gadis itu dan mulai memanggil pasien nomor antrian pertama.
Antrian sangat panjang, ruangan terasa begitu gerah karena dipenuhi pasien yang sedang antri beserta keluarga yang mengantar, sementara gadis yang tingginya sekita 160cm dengar air mata terus mengalir menunggu nomor antrian gilirannya di panggil. Kali ini dia hanya bisa diam tanpa protes."Sabar ki nah pak, janganki kenapa-kenapa pak.. Janjika akan rawat ki sampai kita sembuh pak" ucapnya kepada sang bapak sambil menggenggam erat tangan yang semakin hari semakin mengkerut itu.
Lelaki paruhbaya itu tidak mengeluarkan suara apapun. Entah apa yang akan terjadi bila tadi anak gadisnya tidak menemuinya di sofa ruang tamu, memegang dada kesakitan.
"antrian nomor 3 pasien atas nama Sainuddin silahkan masuk" ...
*
Wiuu.. Wiu.. Wiuu.. Wiuu.. Wiuu..Te**t...
.
.
Perawat dari ruang IGD berlari menuju ruang berAC berukuran 4x6 m³ menemui dokter spesialis jantung disana, "Dokter ada pasien rujukan dari Rs. Ahmad Dahlan anak ketua DPRD yang segerah butuh penanganan khusus, keadaan pasien sedang gawat dok""Baik saya segera kesana, pasangkan dia infus dan bawa ke kamar mawar nomor 1 di lantai 2", jawabnya tanpa basa basi.
"Tapi bagaimana dengan pasien yang sedang antri di luar dok?" tanya suster di sebelahnya.
"Suruh untuk menunggu sebentar, saya akan melayani pasien rujukan dulu, jika mereka merasa lama menunggu katakan untuk kembali lagi ke sini besok."
"baik dok"
"Saya ke ruang IGD sekarang, terima kasih" dokterpun meninggalkan ruang periksa.
**
"Mohon maaf pemeriksaan di hentikan sampai antrian ke-3, dikarenakan dr. Guana harus melayani pasien rujukan yang sedang gawat darurat di ruang IGD" suster memberitahukan semua pasien yang menunggu di luar ruangan."jadi bagaimana mi nasipta di sini suster yang sudah antri berjam-jam yang lalu? " bantah salah satu pasien di ruang tunggu.
"silahkan menunggu dulu sampai dokter selesai menangani pasien rujukan"
"sampai kapanpi suster?" tanya keluarga pasien di pojok kiri.
"Untuk waktunya tidak di tentukan karena dr. Guana tidak memberi tahu akan berapa lama melayani pasien rujukan, mungkin yang masih mengantri sekarang bisa datang lagi besok supaya tidak perluh lama menunggu"
Dari jauh terlihat di pojok kanan ruangan seorang gadis memberikan tatapan tajam kepada suster dengan mata berkaca-kaca. Seolah-olah dia ingin memangsa orang di depan sana hidup-hidup detik ini juga.
Braaaakkkkkk.........
"Apa maksudmu suster?" gadis itu memukul meja hingga mengeluarkan suara keras membuat semua orang di ruangan kaget.
"Mauko bunuh bapakku? Ko liat mi bapakku sekarang.. Kenapa seenaknya ko bilang begitu? Mau ko tanggungjawab kalau bapakku dan semua pasien yang antri di sini kenapa-kenapa? Iya? ."
"maaf saya hanya menjalankan perintah dari dokter"
"Mana dokterrr?... Manaa ii? Sini saya mau ketemuu. Di mana belas kasihannya, dimana tanggungjawabnya sebagai dokter.. Tidak layak dia itu jadi dokter!" gadis itu memaksa masuk ruang periksa.
"tolong tenang, ini rumah sakit dr. Guana sudah ke ruang IGD" menahan paksa gadis itu agar tidak masuk ruangan.
"ada apa ini?Ada apa ini? Kenapa ribut sekali, ini rumah sakit" terdengan suara dari pintu ruang tunggu.
"ini dok keluarga pasien ini marah-marah dan buat kacau ingin masuk ruangan dengan paksa" lapor si suster.
"tolong dok, tolong saya sekali saja.. Tolong bapakku. Kita liat bapakku sana" gadis itu memohon sambil menunjuk kearah pria paruhbaya di pojok kanan yang diam membisu di atas kursi rodanya.
"tolongg bapakku dokterr, mohonka dokter" sekali lagi dengan lemah dan penuh air mata.
"suster bawa bapak itu ke kamar melati sekarang" perintahnya tanpa banyak basa basi.
"baik dok"
Suster mendorong kursi roda pria paruhbaya itu memuju kamar melatih, sedangkan dokter dan gadis itu berjalan sejajar di samping kiri dan kanannya.
***
"untuk sementara bapakmu dirawat disini dulu nah, kamu tenang saja bapakmu tidak kenapa-kenapa. Sebentar saya akan memanggil dr. Guana untuk memeriksa riwayat jantung bapakmu""terimah kasih banyak dokter, baik sekali ki" ucapnya dengan begitu ikhlas.
"iya, saya pergi dulu" pamitnya dengan senyuman tipis.
Gadis itu mengangguk, hanya bapaknya pusat perhatiannya saat ini. Setelah memeriksa pria paruhbaya dengan tetoskop berwarna birunya dokter segera keluar dari kamar melati.
"ndapapa ki pak? Bagaimana perasaanta mi pak? Saya janji akan jagaki sampai sembuh.. Saya juga janji akan belajar betul-betul biar bisaka jadi dokter pak, mauka obat sendiri ki nanti biar nda menungguki lama kayak tadi"
Gadis dengan tinggi sekitar 160cm itu duduk di samping pria tua dan terus menenangkannya. Dan dokter yang mendengar itu dibalik pintu hanya tersenyum tipis lalu pergi.
**
"Assalamualaikum."Sarah beranjak menuju pintu.
.
.
.
.Selamat Anda telah selesai membaca part ini!! Setelah ini, kita tetap sahabat 🌹
23/03/20, pkl 23.32
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Sarah
Teen FictionSave di sini deh, biarkan ini sebagai sumber ekspresi saya ketika jiwa seni saya menggebu-gebu. Di cerita ini saya pake bahasa 'Aku, kamu' aja kali yak biar kedengaran sedikit elegan hehe. I will intoduce my self dulu ah (buat seru-seruan sendiri...