1 - Selamat datang!

31 6 0
                                    

"Ayah sebentar lagi datang."

Hongjoong, pria tertua kedua di panti asuhan itu berujar sesaat setelah memasukkan smartphone-nya ke dalam saku, habis berbincang dengan seseorang melalui telefonnya dan mengejutkan beberapa orang yang sedang bermalasan ria di depannya, bersantai jamaah di atas karpet beludru yang sekarang penuh oleh remahan snack milik Yeonjun dan Seonghwa.

Mereka tengah menonton film bersama, sedangkan Mingi sibuk tidur di sofa dengan baju yang sudah tiga hari ia pakai, menguarkan aroma asam badannya yang tak terlalu mengusik ketiga pemuda di ruangan itu. Mendengar kata "Ayah" yang entah disebut oleh siapa, dia sontak terbangun dari tidurnya dan beranjak berlari ke kamar mandi.

"Aduh, sudah jam segini, aku harus ke restoran! Kenapa aku sampai lupa!" pekik Yeonjun dengan naturalnya. Seonghwa hanya mengatupkan bibirnya dan mengeratkan gigi geram begitu Yeonjun dengan kesandiwaraannya dapat pergi begitu saja dari rumah.

"Jangan harap aku akan membukakan pintu untukmu lagi setelah ini!" teriak Seonghwa penuh kegeraman. Hongjoong hanya tertawa kecil seraya bergerak mengambil sapu di pojok ruangan dan mulai menyapu lantai, sedangkan Seonghwa sibuk dengan dirinya yang membersihkan remahan di karpet, lalu merapihkan ruang tengah yang penuh oleh sampah bungkus plastik.

"Kenapa ayah selalu datang secara mendadak begini? Kacau kan," gumam Seonghwa.

"Biar aku lanjutkan pekerjaanmu. Lebih baik kau bangunkan San. Dia pasti masih tidur. Kita bisa kena marah kalau ayah mencium bau alkohol darinya," ujar Hongjoong yang segera membuat Seonghwa menepuk jidatnya.

Seonghwa menjatuhkan begitu saja sampah-sampah yang sudah ia kumpulkan, dan bergegas menuju kamar San, meninggalkan Hongjoong yang memejamkan matanya seraya menghela nafas panjang menahan emosi. Lantas dia menyelesaikan menyapunya dan segera menggantikan kegiatan Seonghwa barusan.

"Aku benar-benar berperan menjadi ayah pengganti di sini. Harus sabar, tahan emosi," gumamnya seraya memunguti sampah bungkus snack yang berceceran.


***


"Halah! Kau pasti berbohong, bang. Tck, males ah." Mingi menggerutu begitu Hongjoong datang, duduk di sampingnya setelah mandi –memakan waktu karena harus bergantian akibat kamar mandi yang hanya ada sebuah, ditambah Mingi yang lama mandinya melebihi seorang puteri kerajaan yang sedang berendam dengan perawatan badan dan segala macamnya.

"Ayah beneran datang ish," bela Hongjoong dengan menunjukkan riwayat panggilannya dengan si Ayah.

"Lama banget? Nyesel sudah mandi begini. Enakan juga tidur," gerutu Mingi lagi sebelum akhirnya si Ayah benar-benar muncul di pintu dengan senyuman khasnya, persis seperti yang dikenal publik, seorang pria yang ramah.

"Ayah," monolog San yang segera beranjak dan menyalimi sang ayah, diikuti oleh anak lain dengan hormat, kecuali Seonghwa. Dia tetap duduk di sofa dengan santainya, berakhir dengan Hongjoong yang menariknya, menyuruhnya ikut bersalaman.

"Yang benar saja joong, aku baru saja dari rumah tadi subuh, tak perlu saliman lagi seperti orang yang jarang ketemu saja ais—"

Ucapan Seonghwa terhenti begitu netranya melihat seorang perempuan di belakang ayahnya dengan sebuah koper di tangannya. Ayahnya masuk ke dalam disusul oleh perempuan tersebut, dan duduk di sofa, diikuti oleh semua anak di ruangan itu.

"Bang Seonghwa, duduk," bisik San yang duduk di tepi sendiri. Merasa heran terhadap Seonghwa yang masih mematung dengan ekspresi melamun.

"Bang," panggilnya lagi yang akhirnya membuat mata Seonghwa berkedip. San menarik lengan besarnya, dan menggeser posisi lalu mendudukkan Seonghwa di sampingnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Panti Asuhan DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang