We love and hurt

46 0 0
                                    

Mengapa tidak ada orang yang memahamiku

meski setiap orang menyukaiku - Einstein

            Taxiku berhenti didepan rumah arga. Perasaan kelegaan luar biasa yang tidak pernah kudapati akhirnya kembali lagi. Aku melambaikan tanganku pada arga dan raditya.

“Haii....”

“Hai... cerah nih mukanya dapet kecengan baru ya” Radit meledekku

“Bisa aja deh, oiyaaa pantai yuk”

“Ini perempuan apa-apaan sih? baru nyampai juga udah ngajak cabut”

“Mau kemana lagi nduk?” Tiba-tiba mama arga yang lebih tepatnya budeku menghampiri kami. Aku menundukkan kepalaku kemudian mencium tangan bude.

“Jalan-jalan bude”

“Seger pulang dari ubud ini, ada apa disana?” Bude dan radit meledekku kembali

“AAAH bude nggak ada apa-apa disana, Cuma romannya lagi happy aja”

“Halah, makan dulu. Sudah makan?”

“Udah bude tadi” Aku tersenyum manis pada bude.

“Ya udah bude tinggal ya, mau ke tetangga sebelah”

“Iya bude” Begitu bude pergi aku melirik pada dua orang yang ada didekatku.

“Apa liat-liat?”

“Galak banget si gaa” Arga hanya tersenyum menatapku

“Eh liat hasil foto kita dong” Untuk pertama kalinya aku antusias dengan hasil foto mereka. Mmmmm sebelumnya tertarik aja, belum seantusias sekarang, aku merasa udara kehidupan seperti meniupiku kembali. Aku sadar ada seseorang yang dari tadi mencuri-curi pandang ke arahku, tapi ku abaikan pandangan itu.

“Baguus ih yang ini” Aku menunjuk salah satu foto yang dipamerkan arga

“Itu radit yang jepret”

“Waaa.. oiya kapan balik ke jakarta kamu dit?”

“Belum tau, kenapa? mau ikut?”

“Enggak, nanya aja”

“Ooooh kirain”

“Ehhh ayookk, kepantai”

“Iiihh ini anak, udah tua juga kelakuan kaya anak remaja” Sewot arga, yang membuatku terkekeh.

“Ya udah aku pergi sendiri lagi”

“Ooohh ngeloyor? ngeloyor?? ngambek?? marah?? demi apa ca, kalo kamu pacarku udah  aku putus. Heran ngadepin wanita itu kok ya nggak jauh-jauh dari yang namanya ngambek, kesel, nangis" gerutu arga

"The Journey"Where stories live. Discover now