[1]

5.3K 408 193
                                    

"Hwa Ryun, apa kau yakin ini tempat tes selanjutnya?" Sang Irreguler bersurai coklat itu mengamati tempat luas di kereta yang nampak sepi. Tidak ada aura yang mencurigakan seperti yang biasanya menyelimuti tempat lain di kereta.

"Aku yakin," setidaknya itu yang kupikirkan.

Hwa Ryun sebenarnya juga ragu. Karena keberadaan Rachel di Hell Train, terlebih saat ini untuk beberapa alasan Rachel bergabung dengan mereka. Membuat jalan yang dilihat oleh Hawa Ryun semakin kacau dan berubah arah.

Baam yang bisa merubah takdir sudah menjadi tantangan tersendiri bagi Hwa Ryun untuk memimpin jalannya, dan keberadaan Rachel yang membuat 'jalan takdir' menjadi kacau tidak membantu sama sekali.

Baam melangkah memasuki tengah ruangan, tidak melepaskan rasa awasnya saat sekali lagi mengamati ruangan itu.

Hening selama beberapa waktu membuat kendur penjagaan Baam. Irreguler itu menoleh pada Hwa Ryun dengan tatapan bertanya yang dibalas dengan tatapan tanpa ekspresi oleh Hwa Ryun.

Suara kilat kecil terdengar di dalam hening, membuat Baam kembali siaga namun sedikit terlambat saat satu bola cahaya menghantamnya. Bola cahaya itu mulanya berukuran seperti bola pingpong yang kemudian semakin membesar saat menyentuh target, menelan Baam dalam cahaya.

"VIOLE!"

Hwa Ryun berteriak panik untuk pertama kalinya, "Oh dasar sialan, wanita jelek itu seharusnya tidak berada disini!"

Hwa Ryun terus mengutuk Rachel saat dia menunggu cahaya menyilaukan yang menyelimuti Baam perlahan menghilang. Jantung sang pemandu terasa seakan diremas oleh tangan tak kasat mata saat melihat apa yang ada di depannya.

"Damn, si Biru akan mengamuk kalau begini."

***

"Buaya! Apa kau melihat Baam?"

"Jangan panggil aku Buaya!" Teriak Rak marah tapi tetap menjawab pertanyaan Khun, "Kura-kura Merah membawa Kura-kura Hitam pergi tadi. Ada tes yang harus di lewati oleh Kura-kura Hitam sendirian."

Alis tebal milik Khun bertaut, dia khawatir tentu saja. Sejak pagi ini dia sudah merasa tidak enak akan sesuatu yang mungkin menimpa Baam. Dia sudah mewanti-wanti hal itu dengan membuat Baam seminimal mungkin tidak mendekati Rachel.

Melirik ke arah lain, dia mendapati wanita itu ternyata juga tengah mengamati mereka sambil duduk di atas lighthouse kuningnya.

"Kau tampak khawatir, Tuan Khun."

Khun tidak menjawab, dia hanya mendengus kesal. Yuri tengah membahas sesuatu dengan Evan di sudut lain, dia (Khun) ingin meminta Evan untuk melatihnya sementara menunggu Baam.

"Oh si putra Khun, kau ingin berlatih sekarang?" Yuri berkata saat Khun menghampiri mereka, Khun mengangguk mengiyakan.

"Aku akan berlatih sendiri jika kalian masih sibuk."

"Tidak, tidak masalah. Lagipula kebanyakan hanyalah hal-hal tidak penting yang selalu di katakan oleh Sang Putri." Ujar Evan sembari bangkit berdiri.

Mengabaikan omelan marah Yuri, keduanya berjalan hendak menuju ruangan yang selalu menjadi tempat berlatih mereka. Rachel menunduk melihat tangannya saat Khun dan Evan melewatinya.

"Oh, kau hendak pergi berlatih. Baguslah."

Kemunculan Hwa Ryun dari tikungan membuat Khun menghentikan langkahnya, mata kobalt pemuda itu mengawasi si pemandu merah.

"Kau bersama Baam tadi, dimana dia?"

"Dia masih menjalani tes nya, seharusnya dia akan kembali nanti."

[BL] 25th Baams ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang