[3]

3.4K 359 30
                                    

"Apa tidak ada kue untuk kami?!"

Suara ratapan Wangnan bergema di koridor yang luas, mewakili hati beberapa orang disana. "Sungguh, kau biru bajingan. Kau sama sekali tidak menyiapkan untuk kami?!" Endorsi menatap Khun kesal.

Khun mendengus acuh, "Kenapa aku harus? Aku tidak memiliki kewajiban untuk melayani kalian semua!" sang lightbearer memberikan satu piring kue pada Miseng, "Ingat, ini bagianmu sebaiknya kau memakannya sendiri jika tidak ingin kehabisan."

Miseng mengucapkan terima kasih sebelum memakannya di sudut untuk berbagi dengan Ehwa. Wangnan? Dia tidak bisa mengajak si kuning itu atau kalau tidak dirinya sendiri tidak akan kebagian.

Baam 3# melihat kue-kue yang di miliki oleh dua dirinya yang lain, beralih menatap Khun heran. "Apa aku juga tidak kebagian?"

"Kau sudah dewasa, tidak masuk hitungan."

"Lalu kenapa dia –Viole- mendapatkannya? Dia bukan lagi anak-anak."

"Mentalnya masih anak-anak."

"Me-mental?" Baam 3# menatap dirinya lain lamat. Sungguh, jika saja Khun tahu kalau dulu saat dia masih seorang Jyu Viole Grace, calon slayer yang disembunyikan oleh FUG. Dia sudah pernah membunuh pada saat itu, bahkan walau itu karena paksaan. Yah, Khun tidak pernah tahu hal itu sih. Karena Baam sendiri tidak ingin menceritakannya.

Baam 1# berjalan menghampiri Rachel dengan sepiring biscuit dan kue kering lainnya. "Rachel, ayo makan bersama!"

Rachel ragu, tapi dia tetap mengambil satu kue. Mata emas Baam 1# berbinar menatapnya, "Bagaimana? Bukankah itu enak?"

"Ya, itu enak sekali."

"Benarkah?! Aku membantu Tuan Peri mengaduknya."

"Kau hebat sekali Baam." Puji Rachel saat dia mengelus puncak kepala bocah kecil yang tersenyum bahagia itu. Baam 2# datang wajah bertanya, "Apa yang kalian bicarakan?"

"Dirimu yang satu ini hanya ingin pujian, seperti yang selalu kau lakukan."

Baam 2# tertawa mendengarnya, menawarkan kue di piringnya pada Rachel. "Kau ingin mencoba satu, Rachel?"

Rachel melihat kue-kue di sana sebelum dengan senyum palsu mengambil satu. "Biar ku tebak, kau membantu Tuan Khun mengaduknya?"

"Lebih tepatnya, dia membantu mencetak kue-kue itu." ujar Viole yang sedari awal sudah duduk di dekat Rachel. "Kenapa kau hanya memakannya begitu sedikit? Rasanya enak, kami tidak masalah berbagi dengan mu."

Kalian tidak, tapi Tuan Khun akan semakin melihatku dengan buruk. Rachel mengukir senyum palsu saat menyuap satu kue, "Aku perempuan Baam, jadi aku wajar kalau aku diet."

"Kau sudah cukup kurus, kenapa kau ingin diet lagi? itu tidak baik untuk kesehatan." Ingat Baam 1#.

"Kalian para lelaki tidak akan mengerti wanita."

Endorsi melihat interaksi antara para Baam dan Rachel. Memendam rasa jengkelnya saat melihat semua afeksi yang diberikan oleh Baam pada Rachel. Endorsi sama sekali tidak bisa mengerti, kenapa Rachel memilih untuk mengkhianati Baam hanya untuk langit penuh bintang. Apa gunanya langit penuh bintang itu? ini tidak seperti kau bisa memilikinya, kau hanya bisa menatapnya. Dan apakah pada saat menatap langit itu kau masih memiliki seseorang disampingmu? Rachel jelas tidak memikirkan semua itu.

Wanita itu terlalu egois hendak menikmati pemandangan langit itu sendiri. Bahkan walau dia harus menginjak gunungan mayat untuk mencapai tujuannya yang sama sekali tidak ada gunanya itu.

Itu masih sore ketika Baam 1# menguap mengantuk. Mata emasnya melirik kesegala arah sebelum dia bertanya pada Wangnan. "Tuan Wangnan, apa kau melihat Rachel?"

[BL] 25th Baams ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang