prolog

14 2 4
                                    

Ini kisah ku, anak sialan yang tidak tau malu mencintai orang paling perfeksionis di kelas ku sendiri, Devi. Devi adalah wanita yang aku yakin siapapun laki-laki yang normal penglihatannya pasti beranggapan sama, perempuan ini anggun nan manis.

Pandangannya teduh, dibalik matanya seakan tersirat bahwa dialah wanita terbaik, sopan, pelan saat berbicara, tidak tergesa-gesa, namun punya semangat dan jiwa keibuan yang terpancar nyata di dalamnya. Ahhh, memandangi dia lebih dari sepuluh menit saja seakan ingin rasanya menikahi betina satu ini.

Namun aku hanya secercah puing yang tak pantas dianggap. Banyak pria yang mengejar dia, dan aku salah satunya, urutan kesekian ratus. Dan sedihnya dia telah dimiliki yang lain. Minder? Sudah barang pasti, aku harus berjuang dengan persaingan yang terlalu mustahil aku menangi, pria ini keren, tampan, anak orang kaya, dan yang membuat ku keok dia punya mobil.

Hari hari ku awalnya seakan biasa saja, saat pertama kali melihatnya aku seakan dimabuk, tak Apang kepalang.

Langit berubah berwana merah jambu, awan-awan menjadi bunga-bunga nan indah yang bertaburan di langit, burung-burung bernyanyi merdu menenangkan kalbu yang tak berisi, pepohonan seakan ikut berdansa-dansa dan memberikan kabar gembira.

Saat aku dapat kabar kalau dia sudah ada yang punya, semuanya berubah menjadi kelam, layaknya aku diasingkan ke sebuah pulau nan jauh di antah berantah pelosok bumi, pulau yang dipenuhi segudang cerita mistis yang siapapun tak Sudi mendengar kisahnya, lalu badai dan tornado menjadi hal yang biasa terjadi di pulau kecil sialan ini, pulau yang miskin akan sumber daya alam, mungkin dulu saat perang dunia kedua para komplotan blok barat menyembunyikan senjata nuklir disini kemudian kesalahan teknis barang itu meledak, dan saat setelah diketahui pemiliknya, dia tidak mengurusnya kembali, karena mengurus pulau sisa bom nuklir harus keluarkan uang jutaan dollar dan itu sangat merugikan, kemudian pulai ini tidak dipedulikan lagi.

Akan butuh seratus tahun lamanya untuk bisa menjadikan pulau ini bisa ditanami pohon, dan sialnya aku berada di tanah persetan ini. Begitulah suasana hati ku saat mengetahui dia sudah ada yang punya.

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang