Chingu

995 177 9
                                    


Suatu malam yang cukup tidak terduga bagi Jennie karena tiba-tiba saja Jisoo mengajaknya ke taman bermain. Karena ia juga sedang bosan di apartemennya, maka diterimalah dengan senang hati ajakan Jisoo tersebut.

Di taman bermain keduanya mencoba banyak permainan, hingga membeli camilan selagi berjalan menuju wahana yang lain. Sejujurnya Jennie senang karena Jisoo mengajaknya pergi, membuatnya tertawa. Namun disisipi jeda yang diisi suasana taman bermain di malam hari beraroma 'kencan', perasaan Jennie terganggu.

Adalah bahwa mereka selama ini berteman baik, namun Jennie memiliki sebentuk perasaan yang aneh untuk Jisoo. Jennie tidak yakin pada perasaannya sendiri karena banyak hal. Jenis kelamin mereka, stigma hubungan sejenis, dan yang paling mengganggunya.. kedekatan Jisoo dengan Jinyoung.

Rasa tidak nyaman itu yang kemudian mendorong Jennie untuk berani bertanya pada Jisoo.

"Jisoo ya.."

"Mm?"

"Kenapa mengajakku kesini malam ini?"

"Aku sedang memikirkanmu sebelum kesini, jadi aku mengajakmu bersenang-senang.

Kau keberatan?"

"Ani, hanya saja..."

"Hanya apa, Jennie ah? Apa butuh alasan yang spesifik untuk mengajak temanmu bersenang-senang?"

Jennie terdiam mendengar ucapan Jisoo. Kata "teman" yang Jisoo ucapkan memang tidak salah sama sekali, hanya saja itu memberi sensasi yang tidak menyenangkan bagi Jennie.

Jauh di dalam hatinya Jennie merasa kacau dengan perasaannya sendiri. Kadang ia melihat Jisoo sebagai eonni-nya yang dewasa, lalu ia bisa sangat menyenangkan ketika menjadi Jichuu yang sangat periang. Tapi lebih dari itu, perasaan Jennie semakin kompleks manakala menginginkan Jisoo lebih dari apapun.

Kepalanya penuh dengan pikiran, sementara sosok disampingnya tengah terkekeh geli dengan hadiah yang ia menangkan dari sebuah permainan sebelum ini.

"Eonni, boleh aku bertanya sesuatu?", Jennie bertanya hati-hati.

"Tanyakan saja selagi bertanya itu gratis, Jennie ah."

"Bagaimana hubunganmu dengan Jinyoung?"

Jisoo tiba-tiba saja menatapnya dengan intens. Tatap mata itu cukup membuat Jennie kikuk dan terintimidasi jadi ia berusaha mengalihkan pandangannya.

"Jennie ah, kau menyukaiku kan?"

"Mwo?"

Jennie tidak tahu akan mendapat serangan balik seperti itu. Mengapa Jisoo berkata begitu alih-alih menjawab pertanyaan Jennie tadi?

"Itu.. aku.. kita kan teman, Jisoo ya. Tentu aku menyukaimu karena kau menyenangkan sebagai teman."

Jennie tidak tahu harus berkata apa jadi ia hanya mengatakan apa yang terlintas di kepalanya saat itu juga.

"Begitu? Lalu kenapa kau begitu khawatir soal Jinyoung?", Jisoo menyelidik.

"Aku hanya bertanya, karena banyak sekali orang yang membicarakan kedekatan kalian."

"Kau yakin hanya menyukaiku sebagai teman, Jennie ah?"

Mana Jennie tahu kalau Jisoo akan semengintimidasi ini padahal ia hanya berbicara. Jantung Jennie berdegup kencang sekali.

Haruskah? Haruskah Jennie mengatakannya tentang perasaannya pada Jisoo? Apakah itu hal yang benar?

"Kau membuatku bingung, eonni. Kedekatan kita, perhatianmu, sikapmu padaku membuatku bingung. Aku ingin sekali menganggapmu sebagai teman dan memang itulah batasan kita, tapi hatiku tidak bisa.

Hatiku menginginkan hal lain, Jisoo ya.."

Masih dengan degup jantungnya yang tidak normal Jennie mengungkapkan segalanya. Dihadapannya Jisoo mendengarkannya, memperhatikannya dengan seksama lalu menggamit telapak tangan Jennie.

"Ikut aku.."

Jennie pasrah saja ketika Jisoo membawanya pergi dari tempat duduk mereka tadi menuju entah kemana. Ketika mereka berhenti di tempat yang sedikit gelap tak jauh dari bianglala, Jisoo menarik Jennie dan menciumnya tepat di bibir.

Satu sergapan yang begitu cepat namun memabukkan. Jennie mengikuti instingnya untuk menutup mata dan menikmati pagutan Jisoo di bibirnya.

Jantungnya mungkin terjatuh entah dimana, kini yang membuatnya masih bernafas adalah Jisoo yang menciumnya lembut tanpa jeda.

Kini seolah Jisoo sedang menghisap segala keraguan Jennie, segala rasa takut dan bimbangnya. Hingga yang Jennie rasakan hanya rasa hangat yang menjalar hebat di seluruh tubuhnya.

Ketika pagutan itu terlepas dan Jennie tersengal, Jisoo memeluknya.

"Tenangkan dirimu dulu ya..", Jisoo berusaha menenangkannya.

Jennie berusaha bernapas sebisanya, menghirup aroma malam sebanyak yang ia bisa. Mungkin setelah ini segalanya berbeda dan ia perlu cukup tenaga untuk menghadapinya.

"Bisa kita bicara di mobil saja?", pinta Jennie.

Jisoo mengangguk lalu membawa Jennie ke mobilnya.

Menutup pintu, Jisoo duduk menyamankan diri menghadap Jennie yang duduk di sisi lain.

"Katakan bagaimana perasaanmu.."

"Jantungku berdegup sangat kencang, eonni. Kenapa kau menciumku?"

"Karena aku menyukaimu, sangat.
Karena aku menginginkanmu lebih dari sekedar teman, Jennie ah."

"Apa itu mungkin, eonni? Apa itu.."

"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Selama ini aku berusaha lengkap padamu agar kau nyaman menganggapku sebagai apa saja. Tapi aku menyukaimu lebih dari yang kau tahu. Aku ingin menjagamu."

"Eonni..."

"Jika kau butuh seseorang yang memahami sebaik seorang kakak, aku bisa melakukan itu untukmu. Jika kau butuh teman yang selalu ada untukmu, aku akan ada untukmu.

Lalu jika kau merasa kosong karena tak seorangpun melihatmu, aku ada dihadapanmu. Melihatmu dengan seksama, membuatmu tersenyum, memastikan kau utuh.

Tidakkah itu lebih baik daripada hanya sebagai 'teman'?"

Jennie bergeming mendengar ucapan Jisoo yang menyentuh hatinya. Benar, selama ini meskipun Jennie melihat orang lain bersamanya namun Jisoo selalu ada di dekatnya dan memposisikan dirinya sebagai seseorang yang dibutuhkan Jennie. Lebih dari sekedar teman.

Namun..

"Jangan khawatirkan Jinyoung atau orang lain, Jennie ah. Menjadi normal dalam bersosialisasi itu bukan hal yang istimewa.

Khawatirkan saja aku jika tidak disisimu."

Jisoo seperti sedang membaca pikirannya. Lagi, Jennie tidak yakin bahwa ia hanya menginginkan Jisoo sebagai teman. Jisoo pantas untuk lebih dari itu di hidupnya.

"Apa kau menerimaku yang seperti ini?", Jennie bertanya.

"Bahkan jika kau lebih cantik dari Gigi Hadid, aku tetap akan menyukaimu..", ujar Jisoo menggoda.

Jennie tersenyum karena ucapan Jisoo yang ia tahu hanya lelucon. Selalu yang paling penting adalah bahwa Jisoo tidak pernah kehabisan cara untuk membuat Jennie merasa 'ada'.

"Sebenarnya, aku juga ingin kita sebagai teman saja, Jennie ah."

Hati Jennie goyah.

"Teman hidup. Ayo hidup bersamaku sampai tua, Kim Jennie." Jisoo mengatakannya dengan yakin.

Jennie tidak bisa lagi menahan perasaannya. Kali ini ia yang terburu-buru mencium Jisoo tanpa jeda hingga memaksa mereka berpindah ke kursi tengah mobil Jisoo.

Ia tahu, hatinya menginginkan Jisoo melebihi status apapun.

Point of ViewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang