Prolog

0 0 0
                                    

"Bangun heh! sekolah negri kalau telat gak boleh masuk pelajaran!"

"Iya bun iyaa"

Hi, kenalin aku Gabrie Anatasha, orang-orang sih manggil aku Brie.

"Cepet anak perawan lelet banget sih!"

"Astagfirullah bun iya bentar, tinggal make sepatu"

Aku baru aja lulus, masuk di SMP yang katanya zaman-zamannya bandel. Aku yang anak Pusat ini harus pindah ke Timur karna alasan keluarga aku, gak penting juga sih.

"Assalamualaikum bun, kakak jalan dulu"

"Waalaikumusallam, iya hati-hati"

Pagi-pagi buta jalan kesekolah, dalam keadaan mata nahan berat beban dosa. Berangkat sepagi ini juga gara-gara jarak rumah kesekolah cukup jauh.

"Assalamualaikum yah" sembari salim yang tentunya diselipin duit.

"Waalaikumusallam, duitnya buat jajan"

"Makasih yah, ayah ter the best emang hihihi"

Lapangan sudah penuh dengan siswa lainnya. Karna aku dari Pusat sendiri, jadi gak ada satupun yang aku kenal disini, semuanya asing. Lingkungan sekolah, yang ramai, dan penuh akan orang tua murid dan siswa, satu yang pasti aku gak nyaman disini.

"Ayo murid-murid buatlah barisan sesuai kelasnya masing-masing" suara nyaring dari speaker itu sukses mengambil alih perhatian seluruh manusia disana.

Semua siswa berhamburan mencari barisannya, terkecuali aku.

"Gue kelas berapa woiii!!" Panik, akhirnya aku lari mencari mading di semua sudut sekolah, dan berujung zonk, yak tidak ketemu.

"Hei, itu madingnya dibelakang kamu" suara itu menyita perhatian ku, tinggi, besar, dan rambut ikalnya, kesan pertama aku melihatnya.

"Ahh iya maka-.." aku menelaah seseorang ini dari atas hingga bawah, mencoba mencari namanya. 3 garis didasinya, dan sebuah label nama Dirga Yogie "sih kak Dirga" lanjut ku.

"Sama-sama, panggil Yogie aj-"
"Yah, malah langsung cabut"

-----@-----

GieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang