Chapter 2

46 5 1
                                    

Attasya Dipurnawirawan POV

message:
Abang Valde: syaaa,lagi dimana?

Tasya: di kampus lah,kan ada kelas hari ini.

AbangValde: jadi ke makam papah?

Tasya: menurut NGANA?

AbangValde: kakak udah kelar ini kerjaan,jadi di temenin nggak?

Tasya: TELAT!!!

Aku mendengus kesal,lalu membanting kecil handphone ku ke atas meja kantin. Membuat Wanda dan tyas yang sedari tadi di sampingku sedikit tersentak.

"Yaellah,kenapa lu sya? Suka tiba tiba kumat sendiri" ucap Syani heran

"Au tuh, sawan lu?" Almira ikut menyahut.

"Sembarangan aja kalian, gue lagi sebel sama Abang gue."

"Kenapa Abang lu?"

"Sibuk sama Kantor terossss"

"Eeh ngomong ngomong,lulus nanti. Boleh dong gue nyalon jadi kakak ipar lo,ya nggak syan?" ucap Almira yang mengalihkan topik pembicaraan entah kemana.

"Ya ampun Almi,sekarang giliran lu yang Kumat. Eh tapi gapapa deng,boleh dong comblangin sama gue" ucap Syani sembari mengerlingkan kedua bola matanya ke arah ku. Membuat aku yang melihatnya geli.

"Dih apaan dah kalian berdua,sawan kalian?" Tanyaku.

Aku kemudian berlalu meninggalkan Almira dan Syani yang masih berdebat memperebutkan tahta sebagai kakak ipar ku. Aku beranjak meninggalkan mereka menuju salah satu gazebo kampus ini. Kemudian,membuka buku usang yang ku temui di gudang rumah lama kami kemarin. Aku membukanya satu persatu,tak ada yang menarik. Selain lembaran lembaran nya yang mulai kecokelatan. Hingga ada sesuatu yang membuat ku cukup terkejut.

Di tengah lembaran buku itu terselip beberapa foto lama masa kecilku. Aku melihat nya dengan jeli. Itu benar,aku,mamah, papah,dan kak valde. Itu semua masih terlihat begitu membahagiakan. Tanpa sadar mata ku mulai berkaca kaca. Sadar betapa menyedihkannya aku sekarang.

Aku mengusap air mata ku lalu mencoba tersenyum. Tapi hal terbaik dalam menyendiri adalah menangis. Tak bisa ku pungkiri ini.

Aku masih saja membalik balikan lembaran demi lembaran usang kecoklatan. Tapi percuma saja. Tak ada sesuatu yang dapat menjawab pertanyaan ku selama ini. Kecuali foto foto masa kecil ku tadi.

*****


Huftttt....hari ini cukup melelahkan. Memang benar, tempat terbaik untuk pulang adalah rumah. Aku menghela nafas lalu meminum segelas air yang baru saja ku tuang di dapur tadi. Kemudian, berkeliling sebentar berusaha mencari sosok kak valde.

Ini sudah hampir gelap. Tetapi,Tak ada tanda tanda kehadiran kak valde. Bukankah beberapa jam lalu dia menelpon ku dan mengatakan bahwa meeting nya telah selesai. Lalu,kemana dia sekarang? Aku meraih ponselku,mencoba menghubungi kak valde agar pulang sebelum jam makan malam . Belum sempat terdengar nada sambung,tiba tiba saja pintu depan terbuka. Disusul dengan kehadiran dua orang pria. Tidak salah lagi satu diantara nya adalah kak Valde.

Dan siapa lelaki disampingnya itu? Dia cukup tampan dengan kaos panjang yang lengannya ia naikan hingga atas siku. Kaos putih nya itu serasi dengan celana panjang abu abu yang ia kenakan. Ditambah mata yang bersinar terang. Dan lagi, alis nya cukup membuat ku tertarik. Tidak tidak,aku lebih menyukai tatanan rambutnya yang rapi. Itu cocok dengan hidung mancung dan kulit putih yang dimiliki nya. Oh my God,this is a Prince? Tidak, setelah ku lihat lebih lama lagi ternyata dia biasa saja. Ku rasa aku berlebihan. Aku berbalik untuk menaiki tangga menuju kamar.

"SYAAA...tunggu bentar"  dan ya lagi dan lagi. Bisakah dia memanggil ku dengan nada yang sedikit pelan. Arghhhhh....

"Nggak usah teriak bisa nggak si ih" ucap ku kesal kepada kak valde.

"Abisnya lu Bolot"

Aku membalikkan langkah ku. Mencoba mendekat ke arah nya. Tenang ini hanya formalitas ketika tamu datang. Setelah nya dapat ku pastikan Medan peperangan akan berlangsung.

"Kenapa?" Ucapku lembut dengan di iringi senyuman manis.

"Tolong bilangin mbok,suruh siapin makan malam. Oiya kenalin,ini askala temen kakak. Dia baru aja pulang dari luar negeri. Kebetulan malam ini kakak ajak makan malam dia sekalian buat sharing sharing nongki gitu"

Teman?kak Valde? Kurasa dia salah bicara. Si Akas,bukan siapa tadi Aksa,tidak maksudku askala terlihat 2 tahun lebih tua dibanding dengan aku. Dan jika dibandingkan dengan kak valde... Dia tiga tahun lebih muda. Tapi, sejak kapan mereka berteman? Sudahlah untuk apa juga aku memedulikan orang asing. Aku berbalik lalu menuju dapur.

"Mbak thasya,makan malam udah siap" ucap mbok Darmi.

"Eh kebetulan mbok kalo gitu,"  Akhirnya aku memutuskan berteriak dari dapur,karena malas berbolak balik dapur-ruang tamu.
"KAK VALDEEEEE UDAH SIAP..." Teriakku dengan nada melengking. Dapat ku pastikan seisi rumah ini dapat mendengar teriakan ku.

"Ya nda usah teriak gitu toh mbak,nggak baik buat anak gadis" mbok Darmi menasihati. Aku hanya tersenyum cekikikan.

Makan malam berlangsung di selingi dengan obrolan gaya Abang Abang dari kedua Lelaki ini.

"Gimana kedepannya? Mau stay di indo atau balik ke Australi? Lagipula pendidikan lo disana udah selesai kan?" Tanya kak Valde

"Rencana nya beberapa saat ini gue tetep di indo dulu. Mungkin sewaktu waktu balik ke Australi lagi. Karena ada beberapa urusan yang mesti diselesaikan" ucapnya di tutup dengan senyuman manis.

"Uhuk uhuk..." Aku tersedak,tak percaya Betapa manis senyuman nya tadi. Tanpa menunggu lama, segelas berisi air putih di sodorkan ke arahku. Ditambah dia yang menyodorkan nya. Ya Tuhan,kenapa sih dengan aku?

"Ma makasih" ucap ku sedikit terbata. Di bawah meja kurasakan kaki kak Valde menendang nendang kecil kaki ku. Seolah berbicara "ciee,uhuyy ada yang tersepona ini" tetapi aku mengabaikan nya,tetap menjaga sikapku. Tidak,maksudku image ku.

"Ehemm.. oya kal, lain kali ajak Tante Mia kesini. Udah lama lagi nggak ketemu Tante Mia. Toh,dia pasti seneng bareng sama thasya. " Ucap kak Valde

"Lain kali deh kalo gitu. Soalnya gue ga yakin sama kondisinya sekarang bener bener sehat atau nggak" jawab nya.

Aku seperti bocah cilik pengiring obrolan orang dewasa. Sungguh,aku benar benar tak mengerti arah pembicaraan obrolan ini. Tante Mia?siapa lagi ini?

*****


Makan malam selesai. Setelah kami mengantar askala sampai pintu depan aku segera menuju kamar ku. Membaringkan tubuhku ke kasur. Lalu menatap dinding dinding kamar.

"Mahhhh, thasya nggak mau ditinggal mamah" ucapku merengek sambil menghalangi jalan mamah. Mamah tetap berusaha pergi. Namun,aku semakin kuat menghalangi nya.

"Baik baik ya nak, jagain papah" ucapnya sambil memegang pipiku dengan kedua tangannya. Kemudian berlalu meninggalkan ku.

"Mamahhh..." Teriakku diiringi tangisan. Aku berusaha mengejarnya. Namun,papah memegangi tubuh ku dari belakang. Mencoba membuat ku diam di tempat.

Hufft..huftttt... Aku menghela nafas panjang. Jam berapa ini? Apa aku ketiduran? Mimpi itu lagi. Bahkan jika pun dia kembali saat ini. Aku ragu,harus membenci atau menyayangi nya kembali seperti dulu.

*note: Hay guys,si askala udah nongol tuh. Yakin nggak kepo buat chapter selanjutnya?

AsKalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang