Chapter 4

24 3 1
                                    

Attasya Dipurnawirawan POV.

Aku menuruni tangga. Dengan membawa Tote bag berwarna cokelat muda. Pagi ini aku mengenakan skirt pendek berwarna cream dan atasan panjang berwarna putih. Kemudian ditambah sepatu kets putih yang seirama dengan baju atasan ku.

"Syaa sarapan sini" ucap kak Valde.

Kali ini aku tidak memedulikannya. Langsung nyelonong keluar rumah lalu menaiki ojek online yang ku pesan tadi. Entah kenapa hari ini aku malas berbicara.
Sesampainya di kampus. Seseorang menyapaku.

"Hayy sya" sapa nya.

"Hay" aku membalasnya dengan sedikit senyuman mencoba seramah mungkin. Padahal suasana hati ku hari ini tak begitu mengenakan.

"Tumben sendirian" ucapnya
Aku memasang mimik wajah bertanya tanya.

"Iya sendirian,biasanya kan ada dayang dayang di belakang lu" lanjutnya lagi.

Dayang dayang? Aku yakin yang dimaksud nya adalah Almi dan Syani. Aku tertawa kecil.

"Haha,mereka berdua nggak mungkin berangkat sepagi ini" jawab ku kepada Arda. Dia satu fakultas denganku. Sama sama fakultas kedokteran. Bisa ku bilang dia mahasiswa yang cukup populer karena kepintaran nya.

"Gue mau ke kantin,Lo ikutan nggak? Gue yakin sih Lo belum sarapan" ucap Arda

"Nggaa deh,kayaknya gue mau ke gazebo aja" jawab ku

" Sarapan pagi itu baik untuk kesehatan,dah ah yuk ikut gue" Arda menarik tanganku lalu menuju ke kantin.

Di kantin aku terduduk,sibuk memainkan handphone yang sedari tadi tak ada notifikasi mengenakan.

"Kenapa Lo? Lagi ada masalah? " Dia menyodorkan ku sandwich dan susu putih. Lalu duduk di samping ku.

"Gue? Ada masalah? Hahaha ngga lah. Gila kali" aku berbicara dengan diikuti nada tertawa yang cukup di buat buat. Banyak banget woeyyy,plis tolongin GUEEEE!!!! tangis batinku yang sebenarnya.

"Nggak begitu meyakinkan hmmm..." Tatapnya ke arah ku mencurigai.

"Apa? Mau ngeramal?" Ucapku sedikit kesal lalu mengambil sandwich dengan kedua tangan ku. Kemudian melahap nya.

"Boleh boleh" dia menggapai salah satu telapak tangan ku. Ada beberapa noda saus tomat jejak sandwich yang sedang ku makan ini.
Dia menggerakkan jari jari nya. Mata nya begitu fokus mengikuti alur alur yang ia bentuk dengan jarinya. Setelah itu, dia menggenggam tanganku. Arda memejamkan matanya,seolah olah sedang melihat suatu gambaran. Aku memperhatikan tingkah Arda dengan seksama.

"BHAAAAA,nungguin yaaaaakkk" teriak nya diiringi lelucon yang sangat tidak mengenakkan.

Aku tersentak kaget mendengar teriakannya.

"Iih sumpah ya ini ngga lucu Loh Da." Aku berbicara sembari mengatur nafasku yang tersengal sengal.

Arda berhenti tertawa,lalu merubah tatapan nya ke arah ku menjadi seperti... Arghhh aku bingung ingin mengutarakan nya bagaimana. Kami pun saling terdiam. Aku mulai larut dalam tatapan Arda yang cukup meneduhkan mungkin?1 detik 2 detik 3 detik...
"SO SWEET banget si!!!!!!!" ucap Almira dan syani. Sial! Mereka membuat kami terkejut. lalu,kami reflek melepaskan genggaman tangan masing masing.
"Apaan sih Lo berdua" ucap ku kepada Almira dan Syani

Mereka berdua masih saja menatap aku dan Arda dengan tatapan berbinar binar. Ditambah posisi telapak tangan yang menyangga kedua pipinya membuat ku risih.

"Ka.. kalo.. gitu gue ke kelas duluan ya. pak Bram bentar lagi masuk kelas pasti" ucap Arda sedikit kikuk, kemudian cepat cepat pergi untuk menghindari tatapan Almira dan syani yang begitu mencurigai.

"Turunin ngga tuh tangan dari pipi Lo" aku melemparkan bungkus susu putih kosong yang telah ku minum tadi ke arah Almira dan syani.
Mereka berdua dengan cekatan menghindar.

"Cieee,ada hubungan apa Lo sama Arda" ucap Almi mencurigai.

"Nggada apa apa,kalian aja yang berlebihan"

"Ngga ada apa apa kok pegangan tangan sampe segitunya" syani ikut menginterogasi ku.

"Dia cuma becanda tadi, terus kalo gue sama Lo pegangan tangan berarti kita ada hubungan,gitu? Yakali gue lesbi"

"Cuma becanda katanya cuy,kode kode minta di seriusin nih" Almi semakin memanasi ku.

"WOEYYYY ARDAAAAA, THASYA MINTA DISERIUSIN SAMA LO!!!"
Seketika Syani berteriak ke arah Arda yang belum sepenuhnya keluar dari area kantin. Masih duduk di dekat ujung kantin menunggu beberapa temannya.

Aku langsung membekap mulut Syani. Beberapa mata memerhatikan ke arah gerombolan kami. Aku yakin lengkingan nya membuat semua yang ada disini mengalihkan fokus ke arah kami. Aku membekap Syani dan menarik Almira keluar dari area kantin. Karena, aku sendiri tak sanggup menahan malu.

"Gila Lo yaa... Gue malu anjir" umpat ku kepada mereka berdua.
Syani tertawa,sambil kedua tangannya sibuk menyiapkan laptop dan beberapa alat tulis di meja kelas nya.

AsKalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang