2 | Pertemuan Manis

220 25 65
                                    

    Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen! Biar gak aku unpub ceritanya ya:)

Mendadak perasaan kecewa muncul sesaat langkahku baru saja menginjakkan kaki di toko buku. Usai mendapat pesan singkat dari Seojung kalau dia tidak bisa menemaniku pergi, dengan langkah terpaksa aku memasuki toko dengan malas. Jam telah menunjukkan pukul tiga sore, kuharap hujan tak turun untuk hari ini. Aku butuh penyegaran.

Mencari buku untuk menghadapi ujian, semacam buku sains serta semacamnya memang tidak terlalu sulit menurutku. Tapi tetap saja, aku butuh setidaknya teman untuk aku ajak bicara agar tidak kesepian.

Setelah mendapat tiga buku yang ku butuhkan. Segera ku langkahkan kaki keluar dari sana. Tidak berniat pulang lebih awal, terlebih besok akhir pekan, jadi tidak masalah. 

Tak jauh dari sana, berhubung dekat dengan halte bus, lantas aku memilih Time Square Mall menjadi objek pilihan di akhir pekan yang tepat, sekadar jalan-jalan santai sebelum menghadapi ujian akhir semester. Sedikitnya menghilangkan penat dari buku pelajaran.

Memilih memasuki bioskop dengan deretan film terbaru tentunya. Sebelumnya tidak terencana. Mengingat baru-baru ini Seojung bilang ada beberapa film baru yang tengah tayang, jadi tidak ada salahnya menonton.

Seusai memilih salah satu film pilihan terbaik di pekan ini, aku memilih Dolittle, yaitu si aktor tampan Robert Downey Jr. yang berperan di dalam cerita.

Tengah antre membeli tiket, kurasakan seseorang menepuk pelan bahuku dari belakang. Sontak aku berbalik kaget.

Tangannya melambai. "Sean? Hai?" katanya dengan senyum canggungnya. Kemudian menggaruk tengkuknya.

Aku sempat curiga sebab Jimin sama-sama berada di tempat yang sama denganku, namun aku enyahkan pikiran konyol tersebut. Daripada berpikir buruk soal orang lain, seharusnya aku senang setidaknya aku punya teman mengobrol.

"Oh, hai." jawabku membalasnya dengan seulas senyum.

Jimin sedikit mendekat. "Ternyata benar kau, aduh, tadinya kukira salah orang." ungkapnya sambil tertawa ringan.

Kubalas dengan anggukan. "Cukup jeli juga ya, Kak Jimin."

Dia menunjuk tas kecilku yang tersampir di sisi tubuh. "Itu, aku lihat gantungan boneka beruang kecil berwarna merah muda milikmu. Kau selalu pakai itu kan?"

Sontak aku menyadari kalau dia cukup memperhatikanku sejauh itu. Boneka beruang merah muda yang di maksud Jimin itu Lotso, si boneka beruang dengan harum strawberry di tubuhnya. Aku punya satu yang besar di kamar.

"Ah, ini?" kataku menunjukkan apa yang Jimin maksud. Kepalanya mengangguk. "Aku punya beberapa yang kupasang di semua tas milikku." jelasku yang hanya di balas anggukan oleh Jimin. Tidak masalah, aku juga tak begitu tertarik soal pembicaraan kami tentang gantungan boneka beruang ini.

"Menonton apa?" tanyanya. Dengan pakaian kasualnya, serta kedua tangan yang di jejalkan masuk ke dalam kantung celana, membuatku menelan ludah susah payah.

"Itu," jariku sedikit gemetar yang mengarah pada pilihanku. Lalu di mengangguk. "Kalau kak Jimin?"

Dia buru-buru mengalihkan perhatiannya dariku pada jajaran antrean yang hampir menguar habis. "S-sama. Aku juga memilih itu." jawabnya terlihat panik.

Ah, mungkin dia hanya belum menentukan film apa yang akan di pilih. Maka sebab itu dia sedikit kaget.

Namun aku hanya mengangguk-angguk. Sesaat giliranku untuk membeli tiket, Jimin buru-buru mengambil alih tempatku dan bergerak di hadapanku.

BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang