~"Dia akan baik-baik saja jika sadar beberapa jam lagi. Tapi jika belum sadar hingga esok pagi maka dokter harus memeriksanya lagi."
Kata-kata Donghwa terus terngiang di kepala Young Me.
Sebegitu parahkah luka yang didapat Donghae karena kecelakaan itu?
Bagaimana jika dia tidak sadar hingga esok pagi? Bukankah pria ini sudah tertidur lebih dari lima jam?
"Aku sangat merindukanmu tapi kenapa saat kita bertemu kau justru dalam keadaan seperti ini?"
"Bisakah kau sadar dan tidak membuatku khawatir?"
Young Me menggenggam tangan sang kekasih, mengusap pipi dan kepalanya yang diperban.
Menyerah; lelah dengan pikiran dan tubuhnya yang kembali melemah.
Young Me meletakkan kepalanya ke pinggir ranjang tidur Donghae. Mungkin saja saat ia bangun nanti pria itu sudah sadar.
Dia yang masih bergerak mencari posisi nyaman untuk kepalanya kembali mengangkat wajah saat mendengar sesuatu.
"Arrgh."
Donghae. Apa dia merasa kesakitan?
"Kau sadar?"
"Nggh."
Pria itu sedikit menggeliat, wajahnya menunjukkan ekspresi kesakitan.
"Oppa."
Air mata Young Me kembali mengalir; tidak sanggup melihat sang kekasih mengerang kesakitan.
"Tenanglah."
Dengan sedikit keberanian dia menyentuh kepala Donghae lalu mengusapnya pelan.
"Bangunlah. Katakan padaku apa yang sakit?"
Pria itu terus bergerak gelisah dengan mata yang masih tertutup.
"Tenanglah, tenang."
Panik dan bingung.
Apa dia harus keluar memanggil dokter dan meninggalkan pria itu atau tetap di sana menunggu sakit yang dirasakan Donghae menghilang?
Dia tetap mengusap kepala Donghae; menebak jika rasa sakit itu berasal dari sana. Terus mengusap hingga pria itu kembali tenang.
"Astaga."
Air mata yang kembali tumpah mewakili perasaan sakit di hatinya melihat keadaan sang kekasih.
Tangan kirinya masih menangkup pipi Donghae hingga pria itu kembali sedikit bergerak dan membuka mata. Akhirnya.
Perasaan senang dan lega menyeruak. Pria itu sadar setelah semua gerakan gelisah dan ekspresi kesakitannya tadi.
Young Me dengan tangan masih mengusap kepala Donghae menatapnya berbinar-binar.
"Kau sadar?"
Mata pria itu bergerak pelan dan balas menatapnya. Hanya beberapa saat, lalu mengalihkan wajah.
Membuat hati sang gadis mencelos; apa dia marah dan tidak menyukai keberadaannya di sini?
Benar.
Bukankah pria itu memang sedang marah padanya?
Secara perlahan Young Me menghentikan usapan dan berniat menarik tangannya menjauh.
Takut jika pria itu tidak nyaman dengan sentuhannya.
"Jangan hentikan."
Suara yang sangat lirih dan lemah.
"Tanganmu."