Si ketus Sean

862 64 11
                                    


Reluca menatap wajah Sean yang tertidur. Wajah Sean terlihat amat tenang, tidak ada lagi kerutan marah seperti saat berbicara pada Reluca. Reluca memperhatikan setiap detail wajah Sean. Sempurna. Hanya itu.

Tapi ia selalu bertanya tanya dalam hati, bagaiman rasanya menyukai seorang pria? Terdengar aneh di buatnya. Tapi ia sangat penasaran. "Ngapain deket deket gini?" ujar Sean dengan mata yang masih tertutup.

Reluca melotot, Reflek ia mundur ke belakang. Karena terkejut.

Sean membuka matanya, dan mendudukan tubuhnya. Ia lalu menatap tajam ke arah Reluca. Yang di tatap hanya memalingkan wajahnya sambil menggigit bibir bawah nya. "Jam berapa ini?" tanya Sean.

Reluca diam sesaat, sedikit bingung karena Sean tak memarahinya. Dan malah menanyakan jam. Melihat Sean yang makin menatap tajam ke arahnya. Membuat Reluca tersadar, dan berlari ke kamarnya, untuk melihat jam yang ada di atas nakas.

"SEAN! KITA TELAT! UDAH JAM 10!" teriak Reluca sambil berlari keluar. Dengan ekspresi dan tingkah yang dramatik.

Berbeda dengan Reluca, Sean menanggapinya dengan santai. Tak terlihat terkejut dan panik. Sean malah bangun dari tidurnya. Mulai membuka seragam sekolahnya, berganti dengan baju hitam yang menjadi dalamannya. Sean lalu berjalan ke arah dapur. Membuka beberapa laci dan berakhir di kulkas.

"Lo nggak punya sesuatu buat dimasak?" tanya Sean pada Reluca yang hanya memperhatikan.

✅✅✅

Sean menggelengkan kepalanya saat Reluca menawarkan ikan untuk mereka beli.

"Kalo gitu ayam aja?" tanya Reluca lagi. Sean lalu mengangguk, dasar Sean. Irit banget sih ngomongnya.

Ya, mereka sedang berbelanja untuk memasak di rumah. Sedari tadi Reluca sibuk bertanya tentang bahan apa saja yang mereka butuhkan. Sesekali Reluca beralih dari bahan makanan yang harus mereka beli, dengan snack yang mungkin di rumah Reluca sudah ada banyak. Tapi Sean terus melarangnya, dengan alasan "Snack itu nggak penting. Nggak ngenyangin. Dan di rumah lo kan masih ada banyak."

"Tapi udah mau kadaluarsa, Sean. Setelah ini mungkin gue gak ada waktu lagi buat beli snack snack ini." Ujar Reluca.

"Sok sibuk." Sean lalu kembali memilih bahan makanan, tanpa mempedulikan Reluca. Ia baru sadar, kenapa ia mau repot bertengkar dengan Reluca hanya untuk masalah snack. Padahal harusnya ia tak peduli.


✅✅✅

Reluca menatap Sean yang terlihat sedang berkutik di dapurnya. Laki laki itu terlihat amat serius saat sedang memasak. Tanganmu terlihat lihai saat memegang pisau, sesekali Sean juga mencicipi masakannya.

Reluca sesekali terkekeh saat mengingat kejadian, saat mereka baru saja sampai rumah dengan Sean yang juga siap memasak. Tapi Reluca lupa, bahwa ia tidak memiliki gas di rumahnya. Karena memang ia tak bisa memakai kompor. Reluca tertawa mengingat ekspresi kesal Sean.

"Cobain!" Suruh Sean, sambil menyodorkan semangkuk masakan yang ia buat.

Aroma dan kepulan asap membuat perut Reluca lapar, ia lalu mulai mencicipnya. Reluca sedikit mengernyit karena melihat ada Read been di dalam pasta. Tapi, setelah memakannya, lernyitan itu berubah menjadi kagum. Benar benar enak. "ini apa Sean?" tanya Reluca.

Sean hanya tak menjawab, ia sibuk menyendok pasta untuk dirinya. Dan duduk di hadapan Reluca untuk selanjutnya makan. "Sean, jawab!" rengek Reluca. Ia benar benar kesal dengan Sean yang irit ngomong.

"Gue kasih tau, juga. Lo nggak bisa masaknya." ketus Sean sambil terus makan.

"Iya juga sih," ujar Reluca sambil terkekeh. Reluca sangat senang bisa bersama Sean, karena ia Setidaknya bisa terlihat normal di dekat Sean.

Nada dering handphone terdengar. Membuat Sean dan Reluca berpandangan sesaat. "Ini handphone aku." ujar Reluca.

Sean lalu berjalan ke sofa, mencari benda pipih miliknya yg entah terselip dimana.

"Ya, Halo." ujar Sean, mengangkat telfon yang tak tahu dari siapa.

"Ya, saya kesana." ujar Sean. Ia lalu mematikan telfonnya. Setelah itu ia mengambil tas dan jaketnya. Bersiap pergi. "Gue pergi." ujar Sean pamit.

Reluca belum sempat bicara, tapi Sean sudah berlari keluar.

"Seragam kamu!" Teriak Reluca di lorong apartemen. Tapi Sean tak dengar. "Dasar Sean, seragam ijinkan di pakai lagi besok." Reluca lalu memutuskan untuk mengikuti Sean. Sebelum benar benar jauh.

Reluca menekan nomor seseorang yang ia tuju. "Halo, Kak. Aku cancel pemotretan hari ini ya."

Reluca menyisir rambutnya ke belakang dengan tangannya. "Iya, sorry banget." Setelah mendapat izin Reluca lalu berlari mengambil gardigannya. Dan berlari menyusul Sean.



SERING Luka✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang