"Ok, Sean."
"Terima kasih dok."
"Kamu jangan putus asa, Sean. Percaya, kamu pasti bisa sembuh."
"Oh ya, kamu udah liat adik mu?"
"Sudah dok, sebelum kesini saya langsung jenguk adik saya."
"Saya permisi dok."
Sean keluar dengan wajah yang berantakan. Di tangannya sudah ada hasil pemeriksaan yang di berikan dokter Law. Sean lalu meremasnya kuat. "Sialan!" umpatnya. Lalu melempar itu ke tong sampah di seberangnya.
Gagal. Tidak tepat sasaran.
Sean, menutup wajahnya dengan lengannya. Bahunya terlihat bergetar, ia tak kuasa menahan tangisnya.
"Ini apa?"
Deg.
Siapa? Siapa itu? Sean buru buru menghapus air matanya, lalu menatap orang yang barusan bicara.
Reluca?
Kapan gadis itu ada disana? Dan apa yang ia lakukan disini?. Reluca mengambil amplop yang tadi Sean buang. Jangan, jangan di buka. Sean ingin menghentikan Reluca, tapi tak bisa. Tiba tiba saja kepalanya terasa benar benar berat.
"Re...luca." bisiknya. Pandangan nya memburam, ia akan kehilangan keseimbangannya. Apa yang terjadi?
Bruk.
✅✅✅
Sean menatap sekelilingnya, ruangan dengan ornamen putih itu terasa benar benar dingin. Ia belum bisa melihat dengan jelas, akibat rasa pusing yg di rasakannya. Sean meringis, saat merasakan tangannya seperti di tusuk sesuatu.
"Jangan bergerak ya." ujar seorang suster, yang tak Sean sadari kehadirannya.
Setelah ia bangun yang di kepalanya hanya ada Reluca, kemana wanita itu. Apakah ia sudah melihat fakta tentang dirinya lagi? Sean merutuki kebodohannya karena membuang sembarangan amplop itu.
Reluca tak ada di ruangan itu, kemana gadis itu? Bertanya pada suster sepertinya bukan opsi yang bagus, karena ia tak mau. Saat ia bertanya pada suster, ternyata Reluca ada di luar. Dan mendengar bahwa ia menanyakannya. Jadi dia memilih diam, toh tanpa Sean cari. Gadis itu juga akan mengikuti dan datang padanya.
"Sus, nggak bisa nggak di infus aja?"
"Setelah cairan infus nya habis, langsung bisa pulang kok kak. Kakaknya pingsan karena kekurangan cairan. Belum makan juga ya?" tanya Suster, itu. Sean mengangguk, ia ingat, dari kemarin belum makan dan minum, dia hanya sempat menyicipi pasta yang ia masak beberapa sendok. Untuk selanjutnya pergi ke rumah sakit.
"Saya tinggal ya?" suster itu lalu merapikan alatnya untuk kemudian di bawa keluar. Sean menghembuskan nafasnya. Ia lalu menutup matanya, berusaha untuk tertidur, terlalu banyak fikiran tak bagus untuk Sean. Jadi ia melampiaskan segalanya pada tidur.
"Sean?" itu Reluca. Sean membuka matanya perlahan, tanpa mau terlihat bahwa ia sebenarnya terkejut karena kehadiran Reluca. "Kamu nggak apa apa?" tanya Reluca, dengan suara kecil. Hampir berbisik.
Sean bangun dari tidurnya, lalu menatap datar ke arah Reluca. "Denger, apapun yang lo tahu tentang gue. Terserah, lo mau bilang ke orang orang gue nggak peduli, jadi, tinggalin gue sekarang." Sean benar benar muak dengan segalanya, melepaskan nya sedikit sepertinya bukan masalah besar.
"Sean." ujar Reluca lalu memeluk Sean. Tentu membuat laki laki itu sangat terkejut, sampai sampai jantungnya akan berpindah dari tempatnya. "Aku tahu rasanya gimana, mungkin awalnya terasa sulit untuk di percaya. Tapi mau gimana pun Sean, tetep sahabat aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
SERING Luka✅
Roman pour AdolescentsSean Antonia, laki laki tampan yang cukup populer untuk ukuran anak baru. Tatapannya yang tajam dan misterius. membuat semua siswi berlomba lomba menarik perhatiannya. Tapi rasa kagum itu berubah seketika. 'Jerk From Hell' panggilan untuk Sean, saa...