tiba tiba deringan ponsel membuat keempatnya gelagapan mencari ponsel siapa yang berbunyi.
ternyata ponsel langit.
ia mengambil ponsel disaku celana kanannya menggunakan tangan kirinya karna tangan yang satunya sedang menggenggam lengan senja yang mungkin kini sudah memerah.
"halo?"
"halo lang"
suara wanita yang terdengar cukup keras dari ponsel langit membuat cahaya dan mentari memutar bola matanya malas.
"kenapa lan?"
"ehm- kamu bisa anterin aku makan ga?"
"emang kamu belum makan??"
cahaya berekspresi ingin memuntahkan semua makanan yang ia makan tadi karna mendengar langit menggunakan aku-kamu dengan bulan padahal ia tidak pernah aku kamuan dengan senja. hilih.
"belum lang, aku nungguin kamu"
"oh yaudah, tunggu aku 20 menit lagi"
"ok lang!"
telpon dimatikan.
langit seperti sedang berpikir saat telepon sudah dimatikan, tapi setelah itu ia langsung melepas genggaman pada lengan senja sambil mendorong gadis itu pada cahaya dan mentari.
"bajingan." satu kata keluar dari mulut cahaya yang ditanggapi senja dengan gelengan.
langit menaiki motornya kembali dan pergi entah kemana.
"udah ayo pulang, udah lewat ashar ca, tar" mendengar suara parau milik senja, cahaya dan mentari tidak tega untuk memarahinya lagi.
akhirnya mentari mengantarkan senja sampai rumahnya. senja turun dan tersenyum sambil melambaikan tangannya saat mobil mentari mulai menjauh.
sebelum senja masuk kedalam rumah, ia menutupi memar pada lengannya karna dicengkram kuat oleh langit menggunakan buku buku miliknya yang ditaruh diatas memarnya.
senja mengetuk pintu rumahnya dan terpampanglah bintang yang masih memakai baju seragamnya. terlihat juga teman teman bintang.
"loh mba nja baru pulang??" tanya salah satu teman bintang —arkan felix neptunio, felix.
"iya barusan lix"
"kok mba nja ga chat bintang aja? sama ka langit tadi?" mau tak mau senja menganggukan kepalanya.
"sekarang ka langitnya mana?" kepala bintang menengok keluar mencari kekasih kakaknya.
"udah pulang to dek, ya masa suruh nungguin sampe mba nja masuk."
senja masuk dan menaruh sepatu di rak sepatu rumahnya.
"tumben tumbenan nih ngumpul full club, biasanya cuma aldhi, felix, sama haris doang" semuanya tersenyum malu.
"iya nih mba nja, baru pada full club kalo bintangnya beliin pizza lima box" ucap salah satu yang lainnya lagi —aldhikra stratasfa, aldhi.
senja tertawa lalu pamit masuk kedalam kamar ingin menaruh tas dan berganti baju.
sedangkan bintang berkumpul lagi dengan teman temannya. haris yang sedang memakan potongan pizza keempat nya, tiba tiba berucap.
"mba lo habis digebukin apa gimana tang? tangannya ampe memar gitu"
dasar dower.
-,
Bintang Gian Kandana