tujuh

5.3K 418 75
                                    

"Suasana hati Mean sedang bagus, kurasa." Gun berbisik kepada Kimmon. Gun bertemu dengan Mean tadi pagi ketika akan memasukki kantor dan Gun hampir melepas bola matanya keluar, lalu menggosokkanya dan memakainya kembali.

Ia melihat Mean tersenyum, ramah. Bahkan menyapa beberapa pegawai. Kantor sampai dibuatnya ramai pagi-pagi. Sifat Mean menjadi buah gossip diantara pegawai sekarang.

Jelas saja. Mean selama memimpin perusahaan, jarang tersenyum, air wajahnya selalu Nampak kaku. Bahkan untuk menyapa, Mean hanya akan mengangguk sekenanya, dan berlalu, tanpa senyum. Berbeda dengan pagi ini, Mean datang, menyapa security, resepsionis, dan beberapa pegawai yang ia temui disepanjang jalan menuju ruangannya.

Ini pertama kali dalam tiga belas tahun.

"Kau tau dia kenapa?" Kimmon membalas.

Gun angkat bahu, "Dia menghilang selama akhir pekan, dan sudah secerah matahari di hari senin."

Kimmon memperhatikan Mean dari balik kaca jendela, ia menyesap kopinya dan meninggalkan Gun, menghampiri Mean.

Kimmon berjalan pelan, menyapa sekertaris Mean dan membuka pintu ruangan Mean pelan. Pria itu tengah sibuk dengan beberapa berkas.

"Aku dengar kau jadi bahan gossip."

Mean mendongak, lalu mengernyit, "Maksudmu?"

Kimmon mengambil duduk di sofa yang tersedia dia ruangan kerja milik Mean, "Presiden Direktur sangat tampan ketika tersenyum, suasana hati Presdir bagus sekali, dia tampan saat tersenyum, dan blablabla lain—Well, Gun bilang kau menghilang di akhir pekan dan kembali dengan suasana hati yang bagus."

Mean mengganguk, ia hanya mengangkat bahu, dan kembali sibuk dengan berkas-berkas kantor.

"Aku bertanya ngomong-ngomong." Kimmon mengulang.

Mean mendongak lagi, "Aku tidak boleh merasa senang maksudmu?"

"Bukan tidak boleh, tapi tidak biasa."

Mean tak acuh lagi, beberapa saat sampai ia kembali mendongak. Menatap Kimmon.

"Kenapa melihatku begitu?" Tanya Kimmon setelah menyadari Mean tak kunjung melemparinya dengan sebuah ukara.

"Telpon istrimu untukku."

Kimmon mengernyit. Sepertinya ada yang tak benar dengan kepala Mean, apa pria itu baru mengalami kecalakaan dan gegar otak?

Paham dengan mimik wajah Kimmon, Mean menambahi, "Aku ingin bertanya kado untuk anak perempuan."

Semakin terheran, Kimmon menatap Mean, keningnya berkerut, menyatu ditengah. Kebingungan. Mean sangat aneh, ia bahkan tak pernah membelikan Dion, keponakannya mainan, hanya memberi uang dan berakhir menyuruh Dion yang membelinya sendiri. Lagipula, Mean akan memberi kado siapa? Anak perempuan Kimmon berulang tahun baru enam bulan lagi, Title tak memiliki anak gadis, Gun, Earth, dan Blue, mereka saja belum menikah.

Kolega bisnis? Astaga apa Mean adalah type semacam itu sekarang? Sepertinya tidak.

"Kau dekat dengan seorang janda?"

Mean hampir tersedak ludah sendiri, bolpoin yang ia pakai sampai terjatuh.

"Jangan gila, Phi!"

Kimmon angkat bahu, "Kau bertanya soal kado untuk anak permpuan, wajar aku tanya."

Mean terpejam, memijit tulang hidungnya pelan, "Tidak bisakah Phi tak bertanya aneh-aneh dan kerjakan saja? Aku minta tolong."

"Aku penasaran, tau!"

Mean sudah tidak peduli, ia menggeleng dan kembali mengerjakan berkas-berkas kantor miliknya.

HOME | end'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang