Pukul dua belas lewat empat puluh lima menit, Gevan tiba di penthouse Alka. Ya, yang dimaksud soal "Besok. Dirumah gue pas jam makan siang, jangan lupa bawa gitar." Adalah, penthouse. Mereka lebih nyaman untuk berlatih di penthouse daripada dirumah masing-masing.
Kembali pada keadaan, dimana mobil Lykan Hypersport milik Gevan baru saja tiba dan sudah disambut oleh dua Pria dengan busana hitam, yang diyakini sebagai Maid disini.
"Selamat siang, Tuan muda." Ucap mereka secara bersamaan, sesaat setelah Gevan membuka pintu mobil nya.
Gevan mengangguk, "Siang, Alka sudah sampai?" Ia bertanya, sembari mengunci mobil putih miliknya.
"Sudah, sejak tadi malam, Tuan muda." Jawab salah satu nya.
Sedangkan yang satu lagi, ikut membuka suara. "Kami akan kembali ke markas, maka dari itu, tolong jaga Nona. Ini perintah langsung dari Tuan besar, Tuan muda." Ujar Pria itu dan langsung diangguki oleh Gevan.
Kaki jenjang miliknya melangkah menuju pintu utama, menempelkan sidik jari nya pada tempat yang sudah disediakan. Lalu, pintu utama terbuka secara otomatis.
Indra pencium Gevan mencium bau masakan, yang tentu saja berasal dari dapur. Ia meletakkan paperbag, tas gitar, juga backpack nya di sofa, dan kembali berjalan menuju dapur.
Begitu sampai, melipat kedua tangan sembari bersender pada dinding untuk melihat putri tengah keluarga Alaskar tengah menyiapkan makan siang.
Pergerakan tangan Alka terhenti, saat mencium aroma yang sudah tak asing lagi pada indra pencium nya. Wangi citrus, yang tentu saja berasal dari Gevan.
"Tunggu di meja makan aja, No."
Alis kiri Gevan terangkat, "Dan ngebiarin lu ngebawa dua piring fried rice sama dua gelas lemon tea? Big no." Jawab nya asal.
Alka menghela nafas, percuma juga melarang Gevan. "Yaudah, tolong bawain dua gelas lemon tea nya aja. Kalo dua piring fried rice, biar gue." Balas Alka, seraya menyilangkan garpu dan juga sendok dipinggir piring.
Lalu Gevan berdehem sebagai jawaban.
•
•
•Tadi, saat sedang menikmati masakan Alka, tiba-tiba saja hujan turun begitu deras nya. Kemudian, mereka berdua berdecak tak suka karena hal itu akan mengulur waktu bagi keduanya untuk latihan.
Beradu suara, ditambah dengan petikan gitar ditengah hujan deras itu sungguh tak nyaman menurut mereka. Jadi, keduanya memutuskan untuk berbincang-bincang di ruang tamu, ditemani dengan dua cangkir cammomile tea.
Gevan teringat sesuatu, ia beranjak dari sofa putih sebelah kiri, untuk menuju sofa putih sebelah kanan. Lalu setelahnya memberikan sebuah paper bag pada Alka, dan dibalas tatapan heran oleh yang menerima.
Mengedikkan bahu acuh, dan kembali bersender pada sofa. "Dari Bunda, gak tau apa. Suruh kasih aja, katanya." Jawab Gevan.
"Oh." Jeda, jemari lentik Alka beralih membuka paperbag hitam polkadot itu, dan setelahnya sebuah senyum kecil tersemat pada ranum miliknya.
Sebuah hoodie hitam, dengan simbol A3 serta celana ripped jeans berada disana. Nyonya Sykha, yang tak lain adalah Bunda Gevan memang tahu selera fashion yang ia gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUVASKAR | Gevalka
RandomON REVISI - Tolong dibaca ulang. Namun, alur tetap sama. Hanya saja, cara penulisan yang berbeda. Cinta? Tidak. Lebih memikirkan untuk Menjaga Vexagle, itu bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi mengembalikan potongan puzzle yang terbuang jauh. De...