Day of Presents

148 19 0
                                    

Ishtoria berkeliling di Pasar Marketborough di pagi hari yang cerah. Ia tampaknya sedang bingung. Ia telah berkeliling cukup lama, tapi ia tetap tidak bisa memutuskan untuk membeli apa. Humonculus itu tidak sedang membeli bahan makanan karena ia dan Hiyoshi akan membelikan makanan untuk mereka makan nanti malam. Ia sedang bingung karena tidak tahu apa yang akan ia berikan kepada Hiyoshi untuk Hari Hadiah.

Hari Hadiah dilaksanakan saat musim semi saat bunga pertama mulai mekar di Saxonia. Hari ini dirayakan berdasarkan keyakinan masyarakat Saxonia Kuno yang meyakini bahwa musim semi adalah hadiah dari Tuhan untuk manusia. Karena keyakinan bahwa Tuhan tidak memerlukan balasan berbentuk benda untuk berterima kasih, masyarakat Saxonia Kuno hingga sekarang memberikan hadiah kepada orang - orang yang menurut mereka sangat spesial seperti pasangan, rekan, orangtua, guru, dan lain - lain untuk berterima kasih kepada Tuhan karena mereka juga yakin Tuhan menyukai orang yang menyayangi orang lain.

Ishtoria mendengar tentang Hari Hadiah dari para gadis yang bekerja di pasar. Ishtoria telah melewati satu Hari Hadiah karena ketidaktahuan dan ia bertekad untuk memberikan sesuatu yang spesial sebagai gantinya kepada Hiyoshi di Hari Hadiah tahun ini.

"Ishtoria, senang bertemu denganmu."

Ishtoria menoleh. Ia melihat Nyonya von Blütcher dengan mantel militer suaminya mendekat ke arahnya. Ishtoria sudah tidak membenci Nyonya von Blütcher, terutama karena Nyonya von Blütcher mengajarinya menyulam saat ia tinggal sementara di mansion von Blütcher. Tapi ia tetap merasa tidak nyaman di dekatnya.

"Um... Nyonya von Blütcher," balas Ishtoria gugup.

"Aku memperhatikanmu beberapa saat dan sepertinya kau kebingungan," kata Nyonya von Blütcher, "mencari hadiah untuk Tuan Takeda?"

Ishtoria memerah, "bagaimana anda tahu?"

"Ya... wanita muda seperti kau dan aku memiliki kekhawatiran yang sama belakangan ini. Aku juga kebingungan ingin memberikan apa untuk suamiku tahun ini."

Nyonya von Blütcher lalu mengajak Ishtoria untuk minum teh di sebuah toko teh di dekat pasar. Keduanya kemudian berbincang tentang hadiah untuk Hari Hadiah dan pasangan mereka masing - masing.

"Dalam memberi hadiah, kau harus tahu dulu pasanganmu orang yang seperti apa," kata Nyonya von Blütcher.

"Maksud Nyonya von Blütcher?"

"Contoh suamiku Wilhelm. Dia pria paruh baya yang bersemangat dan tidak suka diperlakukan seperti pria tua. Tahun lalu aku memberikannya sebuah pisau lipat serba guna dan dia sangat menyukainya," jelas Nyonya von Blütcher.

"Apa Tuan von Blütcher juga memberikan sesuatu yang kau inginkan?"

"Tentu saja. Suamiku tahu aku dulu seorang gadis yang tinggal bersama suku semi militer di tengah hutan yang lebat. Sehingga dia memberiku mantel militernya di Hari Hadiah pertama kami," Nyonya von Blütcher lalu tersipu, "juga... ini mantel yang sama yang ia pakai saat kami pertama bertemu. Sehingga aku selalu memakainya ke manapun aku pergi keluar."

"Aku... aku tahu Hiyoshi orang yang seperti apa. Tapi aku tetap tidak yakin ingin memberikan dia apa."

"Tuan Takeda adalah pria yang baik dan aku yakin dia mencintaimu. Berikan sesuatu yang hatimu katakan dan aku yakin dia akan menyukainya," kata Nyonya von Blütcher, "kau telah tinggal bersama Tuan Takeda lebih dari setahun, kan? Apa dia memberimu sesuatu pada Hari Hadiah tahun lalu?"

"Dia memberikanku satu set alat masak yang bagus karena aku mulai suka memasak waktu itu."

"Tuan Takeda sepertinya tahu apa yang kau sukai. Apa kau tahu yang Tuan Takeda sukai, mungkin?"

"Dia suka minum kopi dan makan daging."

"Sempurna. Kau tahu apa yang dia sukai. Coba pikirkan sesuatu yang berkaitan dengan kopi dan daging."

"Aku bisa buatkan steak cincang lada hitam dan kue bolu kopi."

"Itu dia. Buatkan Tuan Takeda kedua masakan itu dan aku yakin Hiyoshi akan menyukainya."

"Terima kasih saranmu, Nyonya von Blütcher," Ishtoria sedikit membungkuk.

"Tidak masalah," kata Nyonya von Blütcher sedikit tertawa, "pergilah sekarang dan buat Tuan Takeda senang."

Ishtoria mengangguk. Ia bergegas ke pasar dan membeli semua bahan yang ia perlukan untuk memasak makanan untuk besok. Begitu pulang, Ishtoria menyembunyikan semua bahan makanan di dalam kamarnya dan mulai turun ke bawah untuk memasak pada jam tiga pagi.

Ishtoria mencurahkan semua perasaan sayangnya kepada Hiyoshi. Ia ingin membuat Hiyoshi senang, sehingga Ishtoria berusaha sebaik mungkin dalam memasak. Ia menikmati setiap langkah demi langkah proses memasak walau beberapa kali minyak daging yang panas mengenai tangannya.

Tepat jam lima pagi. Hiyoshi yang telah bangun turun karena ia mencium wangi masakan yang enak dari bawah. Hiyoshi terkejut ketika ia melihat Ishtoria, yang terlihat kelelahan, sedang memasak di dapur. Ishtoria menyadari kehadiran Hiyoshi dan menyempatkan dirinya untuk tersenyum sebelum kembali memasak.

"Hiyoshi, tunggulah di toko. Aku akan menyajikan ini untukmu nanti."

Hiyoshi menunggu di toko dan Ishtoria mengantarkan makanan yang baru ia masak kepada Hiyoshi. Mata Hiyoshi berbinar ketika melihat makanan yang terlihat lezat telah tersaji di depannya.

"Ishtoria, ini untukku?," tanya Hiyoshi.

Ishtoria tersenyum dan mengangguk, "selamat Hari Hadiah!"

"Benar, ini Hari Hadiah."

Hiyoshi mulai mencicipi makanan yang ada di depannya. Ia menyukainya. Tampak dari senyum lebar dan pipi Hiyoshi yang memerah. Hiyoshi lalu menyantapnya dengan lahap dan semua makanan telah ludes dalam waktu singkat.

"Terima kasih makanannya," kata Hiyoshi senang, "aku benar - benar merasakan cinta di dalamnya."

"Aku senang kau menyukainya."

"Oh ya, aku memiliki sesuatu untukmu."

"Benarkah?," Ishtoria bersemangat.

Hiyoshi mengangguk, "tutup matamu."

Ishtoria menutup matanya. Hiyoshi bangkit dari kursinya dan mengeluarkan sebuah kalung dari sakunya. Ia lalu mengalungkan kalung tersebut di leher Ishtoria.

"Buka matamu," kata Hiyoshi.

Ishtoria membuka matanya dan melirik ke lehernya. Terdapat sebuah kalung dengan batu berwarna biru besar yang indah dengan frame besi anti karat berbentuk tetesan air yang berkilau. Ishtoria terkejut. Ia tahu perhiasan seperti ini pasti mahal dan berpikir Hiyoshi telah mengeluarkan banyak uang untuk ini.

"Bagaimana? Kau suka?"

"Hiyoshi, ini sangat indah," kata Ishtoria sambil tersenyum kecil, "aku menyukainya."

"Aku senang kau suka," Hiyoshi tersenyum, "aku takut kau tidak menyukainya."

"Tapi, tidakah ini mahal? Maksudku, kau sebaiknya jangan mengeluarkan uang terlalu banyak untuk..."

"Ishtoria, kau adalah orang yang paling kucintai di dunia ini. Aku tentu ingin membelikanmu sesuatu yang spesial sesekali sebagai bukti bahwa aku menyayangimu. Hadiah yang spesial untuk orang yang spesial, benar?"

Ishtoria terdiam. Hatinya meleleh karena perkataan Hiyoshi tersebut. Rasanya ia ingin mengambil bantal dan berteriak sekencang - kencangnya di bantal tersebut. Hiyoshi mencintainya. Ia sudah sering mendengar kata - kata 'aku mencintaimu' dari Hiyoshi, namun ia merasa kali ini Hiyoshi benar - benar mengatakannya dengan tegas dan mantap.

"Nah, sekarang mari kita siap - siap. Toko akan buka satu jam lagi. Sebaiknya kita..."

Ishtoria tiba - tiba memeluk Hiyoshi dengan erat, "aku mencintaimu juga, Hiyoshi."

"Aku tahu," kata Hiyoshi, "aku juga mencintaimu."

Setelah itu, mereka menjalankan hari - hari di toko seperti biasa.

Me As Bounty Hunter In This Foreign WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang