03. Perjalanan

122 13 5
                                    


Yeonjun POV

Malam itu aku berhasil melarikan diri dari para polisi dan kesatuan militer yang terus memberikan berbagai pertanyaan yang bahkan tidak aku ketahui jawabannya. Aku teringat waktu itu ayahku pernah bilang padaku, saat kejadian yang tidak diduga bisa terjadi aku harus pergi ke laut bagian utara akan ada seseorang yang langsung mengenaliku dan membawaku bersembunyi.

Awalnya aku pikir itu adalah sebuah gurauan konyol yang ayah kataka padaku, jadi aku melupakannya begitu saja, dan aku baru mengingatnya kembali hari ini.

Aku tahu sebuah fakta bahwa keluargaku adalah seorang mata-mata dari korea utara, dan mereka menolak untuk di tangkap yang mengharuskan tim pasukan khusus untuk membunuhnya di tempat.

Itu sangat kejam, aku sangat membenci negaraku saat ini, aku harus balas dendam untuk menebus kematian keluargaku.

Tidak ada hal lain yang aku pikirkan saat ini selain pergi ke pantai utara dan juga Choi Soobin. Aku harus menemuinya untuk terakhir kalinya. Aku tidak bisa membiarkannya untuk terus mecariku seumur hidupnya.

Berbagai tempat sudah aku cari, Soobin tidak berhasil aku temukan. Seperti sebuah sihir kakiku berjalan ke arah area rumahku, seharusnya aku tidak boleh kesana, takut akan menemukan beberapa petugas yang mungkin saat ini sedang mencariku kalang kabut.

Aku berhasil menemukannya, ia tengah duduk termenung pada sebuah taman. Dengan berat hati aku pun mendekatinya.

Perpisahan kami bisa dibilang cukup mengenaskan, maaf Choi Soobin, aku harap kita tidak akan bertemu kembali.

Aku berhasil kabur dan menaiki sebuah perahu yang sering mengangkut penumpang gelap. Sang Nahkoda ternyata sudah mengenalku padahal ini adalah kali pertama bagiku bertemu dengannya.

"Jika kau sudah datang kesini, itu artinya keluargamu sudah hancur"

Itu sudah jelas bukan, aku tidak akan menjaawab sebuah pertanyaan seperti itu. Pandanganku saat ini hanya terus menatap ke arah laut yang gelap gulita. Di dalam pikiranku hanya ada pikiran untuk balas dendam, dan juga Choi Soobin.

"Adikmu juga tidak terselematkan?"

"Kau sangat berisik"

"apa kau tidak penasaran seseorang yang akan kau temui setibanya disana?"

"Aku tidak peduli, tujuanku saat ini hanya ingin balas dendam"

"Orang tuamu sudah menjadi mata-mata sejak kau baru lahir, mereka membawamu juga saat itu menaiki kapal ini. Secara diam-diam menjadi bagian dari selatan."

"Aku sudah tau semua cerita itu. Jadi bisakah kau diam?"

Aku bisa melihat Nahkoda tersebut tengah menertawakanku, namun aku tidak ada niat untuk mengajaknya ribut. Pikiranku sedang sangat kacau saat ini jadi aku tidak ingin menambahnya.

"hahhh Baiklah tuan muda..."

"Oh, saat kau menemui seseorang dari utara yang akan kau temui, sebaiknya jaga sikapmu sebelum kau di cincang olehnya"

Perjalanan yang sangat lama dengan seorang nahkoda yang sangat cerewet, itu hampir membuatku naik pitam berkali-kali.

Akhirnya Fajar mulai menampakan dirinya, aku pun kini sudah mendarat dengan selamat di dermaga korea utara. Tidak ada siapapun yang mejemputku, apa aku baru saja di tipu oleh nahkoda cerewet ini?

"ikut aku"

Perintah sang nahkoda dengan jalannya yang agak sepoyongan seperti orang mabuk. Aku pun berjalan mengitunya dibelakang. Kami bertemu denga seseorang di tempat parkiran mobil. Ada dua orang dengan penampilan menakutkan seperti preman.

"Bawa dia pada tuan kalian. Tugasku sudah selesai. Berikan uangnya"

"Apa? Uang? Kau menjualku? Sialan!"

Aku menerik kerah jaket pria tua cerewet ini, hampir saja aku memukulnya namun salah satu pria yang akan membawaku mengehntikan pukulanku. genggaman tanganya begitu kuat.

"Kau bodoh, tidak bisa di andalkan"

Ucap pria tersebut mengehempaskan tanganku yang baru saja ia pegang

"Hei bocah, kau tidak dijual. Ini adalah bayaranku yang sudah mengantarmu kemari. Kau tidak bisa bayar ongkos kan? Aku hanya meminta uang ongkos pada mereka"

Pria tua cerewet itu mencoba menjelaskan yang ia sebut sebagai uang ongkos. Baiklah aku terdiam merasa bersalah. Itu wajar kan harus terus waspada apalagi saat ini aku tengah berada di utara. Musuh bebuyutan korea selatan yang selama ini sudah menjadi tempat tinggalku.

Pria berpenampilan preman tersebut pun memberikan sebuah amplop pada pria cerewet di sampingku, ia membukanya dan benar isi amplop tersebut adalah pecahan uang kertas korea selatan.

Aku pun maniki mobil kedua preman ini dan meninggalkan pria cerewet ituAku bisa melihatnya dengan jelas dari kaca spion mobil ia masih setia melihat ke arah mobil ini yang mulai menjauhinya.

POV End

"Kau datang juga"

Pria dengan postur bertubuh tegap yang sebelumnya menatap keluar jendela kini memutar tubuhnya menatap sosok pria berubuh kurus dengan penampilannya yang sangat berantakan di depannya, pandangan matanya dinginwajahnya terpahat rapi dengan senyuman tipisnya itu menatap Yeonjun.

Rasa pahit mendadak tercekat di kerongkongan, Yeonjun menatap lurus pada wajah yang melemparkan pandangan dingin bahkan belum sempat Yeonjun mengeluarkan napas yang di tatap sudah berkata.

"Tidak kusangka kau akan datang secepat ini"

Yeonjun bisa merasakan ada gelenyar aneh menyelimuti tengkuk, merasakan udara bergolak panas.

"Kau tau kan yang harus kau lakukan"

-Tbc



jangan lupa untuk vote dan komentar ya....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 24, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

REVENGE [YEONBIN]Where stories live. Discover now