Part 22

21.1K 1K 31
                                    

Sekali lagi Vella melupakan sejenak masalahnya, statusnya, juga siapa sebenarnya orang yang berhak menyentuhnya seperti saat ini. Vella seolah lupa bahwa ia mempunyai Jimmy. Baginya sekarang hanya ada Josh, pria yang baru beberapa menit lalu membuatnya kembali menangis karena sebuah ucapan yang begitu menyiksa perasaannya.

"Vel.." Josh mengerang saat jemari Vella bermain di sekujur otot dada hingga perutnya.

Vella tak lagi malu-malu atau takut untuk menyentuh Josh. Padahal seingatnya ia tak pernah seagresif ini pada Jimmy. Tapi ini berbeda ketika ia bersama Josh. Apakah karena ledakan perasaannya? Mungkin. Ia juga tidak mengerti dengan dirinya saat ini.

Usapannya pun terasa semakin liar, apalagi disaat Josh semakin memperdalam ciumannya.

"Vel, kamu menyiksaku." ucapnya serak bersamaan dengan deru napasnya yang kencang.

Vella mendadak gugup saat Josh menarik diri dan terlihat jelas kilatan gairah di kedua matanya. Tanpa berbicara lagi, pria yang baru saja melepaskan jeans serta boxer yang masih tersisa ditubuhnya itu segera membentangkan kedua kaki Vella.

"Vel, hentikan aku jika aku terlalu kasar padamu." ucapnya kemudian bergerak masuk pada tubuh Vella.

Josh memang sedikit kasar jika Vella harus membandingkannya dengan Jimmy yang selalu bermain lembut dengannya. Namun begitu, Vella tak akan menghentikannya. Karena sejujurnya ia menyukai perlakuan Josh. Meskipun terbilang kasar, tapi Josh sama sekali tidak menyakitinya. Yang ada malah membawanya pada rasa baru yang disukainya.

Josh terus berpacu dalam diri Vella. Ia pun terdengar berkali-kali menyebut nama wanita yang sedang menggerakkan pinggulnya, mengimbangi setiap gerakannya. Sungguh, apa yang dilakukan Vella membuatnya semakin gila.

"Jangan membuatku semakin kasar." Josh menggeram.

"Lakukan saja, Josh." desahnya terdengar.

Dan benar saja, Josh menaikkan ritmenya namun tetap tak menyakiti Vella sedikitpun. Ia bukan seorang pria berkelainan, yang bersikap brutal saat bercinta.

"Josh.." Vella mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam. Cengkeraman kuat pada lengan Josh membuat pria itu sendiri paham dengan maksud Vella.

Josh pun bergerak semakin dalam menekan miliknya, hingga akhirnya ia tak mampu lagi menahan suatu ledakan dari dalam miliknya, begitu juga Vella.

Josh mencium bibir Vella beberapa saat sebelum ia bergerak menjauhi tubuhnya yang masih berada pada tubuh Vella.

"Josh!" Vella menahan lengan Josh sambil menggeleng, memberi isyarat bahwa Josh tidak perlu menarik dirinya.

Josh dengan cepat menggulingkan tubuhnya hingga keduanya bertukar posisi. Kini Vella pun sudah berbaring diatas tubuhnya.

Merasa lelah dan nyaman dalam dekapan Josh, Vella pun terlelap membiarkan Josh yang sedang mencium keningnya dengan sayang.

***

Kesadaran Vella kembali ketika ia merasakan pancaran cahaya yang menembus kain gorden hotel. Tangannya meraba ke atas nakas untuk melihat jam pada ponselnya.

"Jam 7 pagi." ujarnya lalu meletakkan kembali ponselnya.

Sesungguhnya Vella sedikit kesusahan mengambil ponselnya. Pasalnya tangan kekar Josh memeluk erat tubuhnya. Entah kapan Josh memindahkannya ke atas kasur. Yang diingatnya terakhir kali ia tertidur diatas tubuh Josh.

Vella memperhatikan wajah Josh beberapa saat, lalu mengusapnya lembut sambil memikirkan bagaimana dirinya setelah ini.

"Baru sadar dengan ketampananku?" ucapnya dengan mata terpejam.

Perfection of Madness (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang