Dia Siapa?

11 2 0
                                    

Setelah melalui rentetan panjang daftar ulang dan PKK (Pengenalan Kehidupan Kampus) Universitas, sekarang aku harus melalui yang namanya PKK prodi. Emang ya ribet amat mau kuliah aja, padahal PKK kan gak ngaruh di nilai semesteran.

Dengan semangat 45 aku bergegas menuju garasi, mengeluarkan sepeda motor dan berpamitan pada Bunda.
"Bunda, Ara pamit dulu ya. Assalamualaikum" pamitku pada Bunda.

Setelah membelah jalanan sekitar 20 menit, akhirnya aku tiba di parkiran prodi ku. Di depan gedung sudah berbaris mahasiswi baru. Padahal kan sekarang masih pukul 6.23, tapi kok udah rame.

"Eh kamu anak baru, sini!" Panggil seorang kakak tingkatku.
Dengan buru-buru aku melepaskan jaket dan helm lalu menghampirinya.

"Tau gak sekarang jam berapa?" Tanyanya kasar. Perawakannya tinggi, berkulit sawo matang dan agak gondrong.

Aku lihat arloji ku dan menjawab dengan santai, "Jam 6.25 kak"

"Apa kamu bilang? Jam 6.25? Makanya batre jam nya diganti. Coba cek hp kamu!" Ucap seseorang dari belakangku.

Dengan segera aku lihat ponselku dan taraaa.... Sekarang jam 6.45.
"Maaf kak, saya salah, saya terlambat." Ucapku menunduk, merasa bersalah.

"Emang cukup minta maaf aja. Sini ikut!" Titah kakak tingkat yang suaranya berasal dari belakangku tadi.

Dia melangkah maju melalui ku tanpa melihat ke arahku. Hufth, sombong sekali, tapi terpaksa aku harus mengikutinya.

Ternyata dia membawaku ke gedung PKM  yang berada di depan perpustakaan tak jauh dari tempat kami berkumpul tadi. Setelah naik ke lantai 4, akhirnya dia berhenti di sebuah ruangan.
Ceklek, pintu dibuka.

"Masuk!" Titahnya.

"Ta... Tapi kak..." Belum sempat aku bicara dia sudah memotong.

"Udah masuk aja, aku gak bakal ngapa-ngapain kamu. Kamu tolong beresin ruangan ini serapi mungkin setelah itu temuin aku d lapangan jam 8 tepat" titahnya lagi bak seorang raja.

Tanpa memperlihatkan mukanya, dia langsung berlalu pergi meninggalkanku dan ruangan yang lumayan berantakan ini.

Tanpa Ba Bi Bu, aku langsung membersihkan ruangan yang kelihatannya seperti ruang kesekretariatan himpunan. Kulirik jam di ponselku yang menunjukkan pukul 7.49.

Yang benar saja, dia hanya memberiku waktu kurang dari 15 menit. Dasar seenaknya. Umpatku dalam hati.

Setelah memastikan ruangan itu benar-benar rapi, aku segera menuju lapangan tempat berkumpul tadi pagi. Dan satu kecerobohan ku, aku lupa siapa nama kakak yang menyuruhku tadi.

"Permisi kak, saya maba yang disuruh beresin ruang kesekretariatan. Saya mau laporan kalau ruangannya udah beres" ucapku sesopan mungkin.

"Kamu ngomong sama siapa?" Ketus salah satu dari 3 orang yang berdiri di lapangan. Dia terlihat lebih cantik dari yang lain dan memakai topi putih.

"Sama kakak ber-3" cengirku

"Kita punya nama tau... Siapa yang tadi nyuruh kamu beresin sekre?" Tanyanya sinis.

"Maaf kak, aku gak tau namanya, tapi dia pakai topi putih juga kayak kakak" jelasku.

"Oh... Siapa nama kamu?" Tanyanya lagi. Aku benar-benar seperti sedang diinterogasi di ruang penyidik kepolisian.

"Kinara kak, biasa dipanggil Ara"

"Tunggu bentar!" Aku pun mengangguk.

Wanita bertopi putih itu pun segera memainkan ponselnya dan menelepon seseorang.

Lapor pak, ada yang nyariin nih.

Iya, maba yang kamu hukum beresin sekre tadi. Namanya Kinara.

Oh, yaudah aku suruh ke mushola ya.

"Kamu disuruh ke Mushola." Ucap wanita itu.

"Oh iya kak, makasih. Saya pamit." Aku pun menundukkan kepala dan berlalu pergi.

"Hey..." Teriaknya dari belakang.

"Eh, iya kak. Ada lagi?" Tanyaku.

"Kamu mau kemana? Mushola bukan arah sana. Musholanya di gedung PKM lantai 5"

Duh, malunya.
"Iya kak, makasih." Aku langsung putar haluan kembali ke gedung tadi.

Yang benar saja. Musholanya di lantai 5. Itu artinya aku harus naik lagi. Masyaa Allah, cobaan apa lagi ini...
Dengusku dalam hati.

Setelah melalui 4 lantai, aku menyusuri tangga terakhir. Di sela-sela dengusan napasku, aku mendengar sayup-sayup suara tilawah seseorang. Dan surat yang dibacakannya adalah surat favoritku.
Ar-Rahman.
Makin aku mendekat ke arah mushola, suaranya makin jelas. Aku berusaha agar sepatuku tidak berdecit supaya si empunya suara tidak terganggu.

Teng....

Mampus.
Kakiku gak sengaja menyenggol tong sampah yang penuh, sehingga kaleng minuman di atasnya terjatuh.
Suara tilawah tadi mendadak berhenti.

"Kalau datang itu Assalamualaikum, bukannya nendang tong sampah" sindir suara dari dalam mushola.
Tak lama kemudian muncullah sosok pria yang tadi pagi hanya perawakan belakangnya saja yang aku lihat.

Tunggu! Aku seperti tidak asing lagi dengan wajahnya

"Kamu?" Ucapku spontan.

"Assalamualaikum. Iya, aku. Cowok yang kamu tabrak di toko buku, yang datang ke rumah kamu bareng Umi dan Abi, yang tadi pagi nyuruh-nyuruh buat beresin sekre" ucapnya sinis.

Huft.

"Kenapa mau marah? Gak jawab salam lagi. Udah beberesnya?" Tanyanya sambil melangkah ke tempat sepatu dan memakainya.

"Eh, Waalaikumsalam. Udah kak." Jawabku kikuk. Aku tidak mau lagi berhubungan dengan makhluk mengesalkan ini.
Ya Rabb, maafin Ara.

"Ya udah, sekarang kamu boleh gabung sama temen-temen kamu ikut sosialisasi dari dosen di gedung seberang, lantai 2."

"Makasih kak. Saya permisi" ucapku lalu berlalu. Belum juga 5 langkah jalan, tiba-tiba dia memanggilku.

"Ara, tunggu!"

Wait. Dia tau namaku? Oh iya, waktu dia ke rumahku kan kami sempat kenalan.

"Iya kak?" Jawabku.

"Lain kali jangan ceroboh. Masa kunci motor dibiarin gitu aja di motor. Ntar dibawa satpam ke Rektorat baru bingung kamu" Ucapnya santai sambil melalui ku dan menjatuhkan kunci motor tepat di sebelahku. Untung saja tanganku gercep menangkapnya.

"Iya kak, makasih" Aku langsung menuju tempat sosialisasi.

Segitu dulu ya...
Maaf kalau abstrak, soalnya gabut banget di rumah doang.
Mohon vote dan coment nya ya... 💙

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rahasia WaktuWhere stories live. Discover now