18

7 0 0
                                    

Pamanku adalah seorang driver taksi. Ia tinggal bersama denganku dan keluargaku. Jadwal pulangnya tidak tentu, terkadang larut malam, dini hari, atau pun sore hari.

Suatu ketika, ia pulang dini hari. Aku yang belum tidur menyambutnya dan bertanya bagaimana hari ini ia jalani.

"Kau tahu, Lisa? Aku tadi mengantar seorang penumpang perempuan. Dia kuantar dari rumahnya menuju bandara. Dia cantik, tapi nasibnya tak secantik wajahnya."

"Ada apa dengan perempuan itu paman?" aku mengunyah french fries yang kubeli beberapa saat lalu.

"Ya, dia bercerita tentang sepenggal kisahnya pada paman. Ia adalah seorang fresh graduate dari universitas luar negeri. Ia lulus dengan menyandang lulusan terbaik mahasiswa internasional."

"Bukankah itu nasib yang baik, Paman? Aku saja menginginkan hal itu, lulusan terbaik."

"Aku baru saja memulai cerita, keponakanku yang manis. Sekarang dengarkanlah pamanmu dengan baik."

"Baik, Paman."

Malam ini rasanya tidak biasa. Entah mengapa sekarang adalah saat yang sangat mendukung untuk mendengarkan cerita paman. Hujan lebat mulai turun ditemani angin yang berembus kencang. Benda-benda di luar berbunyi saling bertabrakan, entah apa itu. Entah juga mengapa bulu kudukku berdiri. Hawanya juga sangat dingin sampai aku sedikit menggigil. Jalanan kompleks yang biasanya terang mendadak gelap. Aku seperti bisa melihat sesuatu yang seharusnya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang manusia. Paman melanjutkan lagi ceritanya.

"Sebelum ia bisa menyandang prestasi itu, ia harus berjuang melewati masa suram. Ayahnya adalah seorang pebisnis sukses dan ibunya adalah konsultan. Sayangnya, mereka bercerai. Lalu, ia memilih tinggal bersama dengan ibunya. Ibunya sangat tertekan dengan kejadian besar tersebut. Ia menjadi depresi dan terus mengurung diri di kamarnya."

"Kasihan sekali, Paman."

"Benar. Wanita muda itu juga tertekan, tetapi ia mencoba untuk tetap waras demi merawat ibunya. Suatu hari, tiba-tiba saja ibunya sembuh seperti sedia kala."

"Ada apa dengannya, Paman?"

"Sayangnya, wanita muda itu tidak menceritakannya padaku. Kebahagiaan itu berlangsung sampai ia diterima di kampus luar negeri itu. Awalnya, dia ragu untuk melanjutkan kuliahnya, tetapi sang ibu meyakinkan bahwa ibu akan baik-baik saja tanpa dirinya. Akhirnya, dia memantapkan hatinya dan berangkat."

"Lalu, setelah itu bagaimana, Paman?"

"Dia hanya menceritakan kondisi terkini dengan ibunya. Dia bilang dia baru saja mengetahui fakta bahwa sebenarnya ibunya melakukan pesugihan."

"Wah, apakah ibunya melakukan itu karena ia kesepian?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu."

"Apakah dia bercerita pada Paman bagaimana ibunya mendapat tumbal?"

"Hmm, kata wanita itu dia harus membantu ibunya agar tidak mati. Ia akan mengikatkan sebuah gelang berwarna merah darah kepada orang yang ditemuinya secara tidak sadar. Nantinya, jin pesugihan itu akan menjemput jiwa mereka."

Aku seketika melirik pergelangan tangan kiri paman yang telah terpasang gelang merah darah.

SHORT HORROR STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang